Teman Kampret

277K 15.9K 1K
                                    

Sebagai anak yang jauh dari rumah, keberadaan teman sekamar itu penting banget. Bukan cuma untuk sharing uang kos-kosan, tetapi juga sebagai orang yang bisa diajak tukeran baju, dirampok persediaan makanannya, sampai diperalat untuk ngerjain tugas kuliah. Sayangnya, untuk bagian yang terakhir aku nggak bisa diandalkan. Karin tuh anak kedokteran. Nggak mungkinlah aku ngerjain tugas anak kedokteran yang bikin ubun-ubun meledak. Ngerjain tugas jurusan manajemen aja kepalaku berasap. 

Jangankan aku, Karin aja nggak suka jadi anak kedokteran. Setelah susah payah dimasukin ortunya pakai jalur kemitraan, kerjaan Karin di kampus cuma nangis. Dia sebenarnya pengin jadi wartawan. Sampai akhirnya dia ikut klub jurnalistik di universitas. Sejak itulah dia jadi semangat. Dia jadi seperti tanaman yang disiram air hujan, segar banget. Jadi deh dia kuliah asal-asalan. Lulus nggak lulus, toh bokapnya yang kekayaannya jelas melebihi duit sawerannya bu Dendy bakalan nyogok lagi.

Orang kaya! Kerja cuma untuk mempertahankan status sosial. Tanpa kerja juga dia bakalan tercukupi kok selama tujuh turunan.

"Yang penting gue nurut, An. Gue sudah bilang kalau otak gue nggak nyampe kuliah di kedokteran. Kalau emang ortu pengin gue jadi dokter, ya mereka harus bayar terus sampai gue lulus. Gue yakin itu Jaguar di rumah bakalan dijual deh buat ngelulusin gue," katanya sambil mengibarkan kertas evaluasi nilai dengan angka semini rok "anak-anak" mami Rinmar, mucikari kampus.

"Ortu lo nggak ngerti apa kalau lo nggak suka jadi dokter?" tanyaku bingung. Masa lebih rela nyogok mulu, sih?

Dia geleng-geleng sedih. "An, lo nggak ngerti ortu gue, sih. Mereka itu nggak sekolah dulunya. Mereka cuma orang yang punya talent pedagang sampai akhirnya bisa bisnis macem-macem. Sekarang, mereka mau naikin gengsi dengan nyekolahin anaknya setinggi-tingginya. Kalo ada sekolahan di atas Himalaya, mungkin gue bakalan dibuang ke situ sama mereka. Mereka milih kampus ini juga karena gedungnya tinggi banget, kan?"

"Ortu lo ngaco."

"Emang."

"Terus, kenapa kedokteran? Masa mereka nggak tahu lo bego?"

"Tahu sih. Tahu banget. Cuman, keluarga besar ngarep gue jadi dokter. Dari kecil gue udah disuruh sekolah yang bener biar jadi dokter. Mana mereka mau ngerti kalo gue mimisan setiap kali masuk kelas." Karin narik napas panjang terus bilang, "Buat naikin prestis, ya gue disuruh jadi dokter, An. Gue harus wujudkan cita-cita nggak kesampean keluarga besar gue. Lo ngerti ngenes nggak, sih?"

Di sinilah aku merasa beruntung jadi orang miskin. Ortuku lihat aku kuliah aja sudah hepi banget-banget. Terserah mau masuk jurusan apa, mereka nggak peduli. Lihat aku pulang pakai almamater aja langsung diarak keliling kampung. Sampai sekarang aja rapotku dari SD sampai SMA tu dipajang sama Ayah. Sumpah malu banget. Emang sih aku dapat ranking satu terus, tapi kan memalukan banget sampai semua orang diceritain tentang gituan.

Tapi yah ... sekarang aku merasa kelakuan ortuku nggak seburuk ortu Karin, sih. Mereka nggak berharap terlalu banyak. Menurut mereka apapun bidang studi yang kutekuni kalau aku suka, pasti nanti aku jadi sukses.

Jadi, kukasih tahu ya ke kalian. Kuliah itu murah. Yang bikin mahal tuh biaya gengsi dan biaya kebodohan. Kalau kalian pinter kayak aku, nggak usah bayar juga bisa kok kuliah.

Kalian pasti mikir kenapa cewek sekaya Karin mau temenan sama cewek nista hina dina dari keluarga melarat yang kuliah karena otak sakti kayak gue?

Karin itu cakep banget cuman kadang tulalit. Kalau sudah mikir tentang satu hal, dia nggak bakalan bisa mikir yang lain. Pas ketemu tuh si Karin lagi dikerjain sama bagian administrasi universitas. Kan pas penerimaan mahasiswa baru kudu ngumpulin tanda tangan dari beberapa bagian administrasi universitas sebelum bisa dapat nomor induk mahasiswa (NIM). Nah, bagian administrasi nakal ini bilang ke Karin kalau yang boleh masuk kedokteran cuma yang nenennya gede doang. Jadi, si Karin tuh dengan tololnya rela digrepein sama tu oknum bejat. Untungnya pas aku lewat di situ. Kudramain aja deh sekali.

Filthy Shade Of Drey (Terbit; Heksamedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang