Aku memang sering ketiduran. Aku bisa ketiduran di mana aja. Aku pernah ketiduran pas nonton Justice League di bioskop yang adegan ngobrolnya boring banget itu. Aku pernah ketiduran di WC kampus pas lagi pipis gara-gara malamnya harus ngebut belajar sampai pagi. Aku pernah ketiduran pas nungguin Karin dan pacarnya berduaan di kamar. (Demi nggak ada setan saat mereka berduaan, maka aku yang ditumbalkan.)
Tapi, aku belum pernah ketiduran selama dan senyenyak ini, apalagi pas bangun aku sudah di kamar yang dingin banget. Aku tidur di tempat tidur empuk yang wanginya segar. Kuhirup dalam-dalam biar bisa merasakan aromanya yang bikin ketagihan.
Drey? Drey bawa aku ke sini? Terus mana orang itu?
Eh? Bajuku? Lengkap. Cuma sepatu aja yang sudah nggak kupakai. Sepatu?! Astaga! Untung kaos kakiku baru ganti. Moga aja hidung Drey nggak sensitif. Kebayang banget kan gimana bau kaos kaki yang seharian nggak diganti?
Eh ... terus, Drey angkat aku dari mobil ke sini? Beneran?!
Cuma ada lampu tidur kecil muram warna kebiruan yang nyala di sebelah tempat tidur. Aku memicingkan mata biar bisa lihat jelas tata letak kamar ini. Kok aku dodol sih? Nyalain aja lampunya. Saklar lampu. Mana saklar lampu?
Dapat!
Astaga! Ini sudah pasti kamar cowok. Kamarnya dingin dan wangi banget. Kamar ini didominasi dengan warna putih, cermin besar, dan aksen hitam serta abu-abu untu variasi warna. Di belakang tempat tidur ada sliding door besar menuju kamar mandi. Di sisi lain ada pintu kaca gelap menuju walk in closet.
Aku sempatkan sebentar kamar mandi untuk cuci muka dan kumur. Kantong mataku sudah tebal. Sudah berapa hari ini sejak bertemu dengan Drey aku jadi kurang tidur. Mukaku lebih pantas dibilang muka panda daripada manusia.
Pelan-pelan aku ke luar kamar, berusaha mempelajari letak rumah yang luas banget ini. Nggak habis pikir, orang yang bersihin rumah ini pasti langsung rematik.
Drey nggak ada. Aku coba buka salah satu pintu dengan hati-hati tapi belum ketemu juga orang itu. Di ruang tengah ada sosok yang berbaring di lantai. Cahaya yang dinyalaķan cuma lampu sudut yang sama remangnya dengan lampu tidur tadi. Tapi, aku yakin itu Drey yang berbaring di lantai. Kakinya menjejak dinding. Tangannya menopang kepala. Matanya lurus menatap langit-langit seperti ada yang seru di langiy-langitnya. Aku sampai ikut mendongak. Nggak ada apa-apa. Langit-langitnya putih bersih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Filthy Shade Of Drey (Terbit; Heksamedia)
ChickLitDari sekian banyak gadis yang ingin menjadi kekasih CEO super sempurna, Savana bukan salah satunya. Dia hanya ingin menyelesaikan kuliah dengan baik. Ayah dan kakaknya telah berkorban banyak agar dia bisa jadi sarjana kebanggaan keluarga. Namun, p...