Amazing You

100K 6.9K 365
                                    

"Bu, please bilang ke Ayah, aku mau ke Simply Breeze," rengekku pada Ibu yang sudah manyun dari tadi. "Aku janji bakalan langsung pulang. Lagian, Drey sudah ke Sidney. Aku ngelayap sama siapa lagi coba?"

Ibu mendengus kesal. "Kamu kenapa sih kalau di rumah? Gatal-gatal? Korengan? Istirahat di rumah sampai ayahmu pulang."

"Buuuu..." Aku menghentakkan kaki seperti Glacie. Siapa tahu berhasil. "Aku ini sudah gede, Bu. Kalau dikurung di dalam rumah terus mana bisa berkembang. Otakku perlu sinar matahari."

"Justru otakmu kebanyakan kena sinar matahari, Neng. Gosong sekarang nggak bisa mikir mana yang baik dan mana yang salah."

"Bu, please. Aku akui malam itu aku salah. Aku nggak bakalan ulangi lagi. Janji. Aku bakalan minta izin kalau mau ke mana-mana."

Ibu terlihat berpikir sebentar. "Ya sudah. Tapi, sama Arya ya?"

"Yah, ibu ... ngapain sih harus sama dia? Bu, sadar nggak, aku sudah punya pacar dan Arya itu suka sama aku."

"Dia itu ikhlas bantuin kita, Ana. Dia nggak cuma melulu mikir jadi pacar kamu. Dia teman kamu dari kecil. Dia sudah kayak saudara di sini. Ibu percaya kalau dia. Anaknya nggak macam-macam dan nggak gatalan sama cewek. Rumahnya juga di dekat sini. Kalau dia macam-macam ibu bawakan golok nanti bapaknya."

Aku baru mau membantah, tapi ya sudahlah. Yang penting aku bisa ke Simply Breeze hari ini. Gimana pun caranya, aku harus keluar rumah. Sumpah, bete banget kangen sama Drey tapi cuma mondar-mandir di kamar doang.

"Oke, Bu," kataku pasrah sambil jalan ke kamar.

"Siap-siap sana! Abangmu sudah pergi sama Karin."

"Tuh, Abang boleh jalan sama Karin."

"Lah, Abangmu sama Karin kan cuma teman. Lagian, Tundra itu anaknya baik, mana mungkin dia macem-macemin Karin."

Masalahnya, Karin yang predator, Bu. Aku nggak mau cari masalah dengan ngomong gini. Lagian, kalau Karin jadian sama tundra, nothing to loose, kok. Tundra bisa jagain Karin dan Karin bisa bikin Tundra jadi agak cowok dikit gitu.

Aku nggak tahu gimana ceritanya Arya bisa sampai di depan rumah dengan sangat kilat. Seharusnya dia pakai acara siap-siap dulu atau ngapain dulu gitu. Rasanya baru berapa menit aku masuk kamar, pas keluar dia sudah nongkrong aja di teras sambil cengar-cengir. Ini kayak ... sudah di-setting, deh.

"Hai, Nona manis!" sapanya dengan senyum lebar sekali. "Pergi sekarang?"

Aku merana melihatnya ceria begitu. Aku nggak mau dibilang cewek yang memanfaatkan teman. Aku tahu dia suka aku dan dia harusnya tahu aku sudah punya pacar yang LDR.

"Arya, maaf ngerepotin."

"Nggak masalah, Kok." Dia memasukkan tangan ke kantong celana. "Aku juga libur, kan?"

"Gini, aku kan sudah punya pacar ..."

"Aku tahu." Dia nyengir lebar. "Aku juga tahu kalau pacarmu lagi jauh." Dia menggaruh jenggotnya yang cuma beberapa helai, "gini, Ana. Ada orang bijak bilang, 'selama janur kuning belum melengkung, siapapun masih bisa ditikung.' Aku masih punya banyak harapan."

Aku tertawa, hambar. "Kamu kira aku ini busway bisa ditikung?"

"Kamu bukan busway. Kamu Savanna, cewek yang kusukai sejak kecil, tapi lebih suka baca buku pelajaran daripada lihat aku."

Aku tertawa lagi. Bukan kalimatnya yang lucu, tapi caranya mengucapkan kalimat itu yang kok kayaknya bikin geli. "Sejak kapan kamu jadi agresif gini?"

"Sejak aku tahu kalau aku harus berjuang buat mendapatkan kamu." Dia berdeham. "Jadi gini, aku memang nggak pernah masuk TV. Aku juga nggak punya bank. Aku juga mungkin nggak digilai cewek-cewek seperti dia. Paling banter yang ngejar aku si Yohana itu ..."

Filthy Shade Of Drey (Terbit; Heksamedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang