Catatan Savanna: Ini Gue!

152K 10.8K 233
                                    

Sebenarnya aku nggak pengin nempelin mukaku ke catatan ini. Yah, biar kalian bisa bebas memikirkan siapa aku gitu. Bayangin aja aku ini elf yang hidup abadi dengan tampang yang flawless gitu. hahaha...

Kalau ngomongin masalah fisik, aku jauh banget kalau dibandingkan dengan Karin yang luar biasa. Biaya perawatan mukanya aja lebih mahal dari uang semesteranku. 

Memang, kalau dilihat dari kecil aku nggak punya masalah kulit yang berarti. Aku cuma kadang gatal-gatal kalau kena air yang jorok gitu. Itu juga bagian tertentu. Makanya, biarpun aku ini bukan anak orang kaya, tapi tetap dong harus jaga kebersihan dan nggak pakai air di WC umum sembarangan. kalau terpaksa harus cuci muka atau mandi  atau cebok di tempat umum, mending pakai air mineral kemasan, sih.

Mukaku tuh bulet dengan pipi yang tembem. Ini kutukan sampai kapanpun aku nggak akan bisa tirus seperti karin atau artis korea. Aku juga nggak punya keberanian atau niat untuk tanam benang. Menurutku benda asing yang dimasukin ke dalam tubuh itu bakalan bikin masalah lebih lanjut. Pasti deh itu. Makanya, nggak usah banyak ribut soal penampilan yang sudah dikasih Tuhan, deh.

Nah, gini tampangku.


Nggak istimewa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nggak istimewa?

Nggak apa-apa, deh. Aku emang nggak tercipta untuk bikin kalian bahagia, kok. Aku bukan Karin yang memuja penampilan. Buatku semua cewek tercipta sempurna. Semua cewek tercipta dengan kekurangan dan kelebihannya sendiri. Apalagi aku punya otak yang bisa dipakai untuk menyimpan banyak memori. Aku juga orang yang lebih suka lihat orang tertarik sama otakku, bukan fisikku.

Dan...

Asal kalian tahu aja kalau tampang ini yang bikin Drey khilaf, kan?

Ugh! Drey!

Ngomong lakik itu nggak bisa kalau nggak sambil emosi. 

Sumpah, aku masih emosi banget sama dia. Seenaknya aja dia berbuat kayak gitu. Itu kan namanya pelecehan. Sialan!

Oke... santai, Ana. Santai... Tugasmu sudah selesai. Habis ini kamu nggak akan ketemu sama CEO muka badak cap buaya karet itu lagi. Cowok lemah yang cuma mengandalkan bodi dari gym gitu doang sih nggak ada apa-apanya. Savanna dilahirkan di kampung tengil yang banyak premannya. Tundra sudah ngajarin aku berantem. Kalau cuma sepuluh cowok manja macam Drey sih bukan masalah.

Tundra bilang kalau orang nggak bisa menghargai aku dengan cara yang aku mau, maka aku harus ngajarkan mereka gimana caranya baik kasar atau halus. Yah, kasus Drey itu bisa dijadikan contoh. 

Aku cinta sama rambutku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku cinta sama rambutku. Wavy hair ini aku dapatkan dari Ibu. Memang pyunya wavy hair gini nggak seindah punya rambut lurus kayak iklan samponya Mbak Anggun. Punya rambut ikal berarti aku harus sering menyisir rambut dan merawat rambut paling nggak dengan conditioner supaya nggak megar kayak singa. But, i love my hair.

Tahu gimana Karin dengan darah dingin memotong poniku sampai mukaku yang bulat ini jadi seperti bakpao?

Tahu gimana Karin dengan darah dingin memotong poniku sampai mukaku yang bulat ini jadi seperti bakpao?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oke. Kalian bisa ngatai aku sesuka hati. Aku memang ngerasa seperti dua bakpao yang ditempelkan jadi satu terus diponiin.

Aku juga yakin banget kalau poni inilah yang bikin aku sial sepanjang hari sampai akhirnya ketemu CEO gebleg sejagad raya. 

Sudahlah! Aku sudah laporan sama Karin. Aku sudah kasih ke dia semua yang kurekam dalam video itu. Tadi sih dia nerima videoku dengan wajah berbinar girang gitu. Dia sampai pijitin kakiku yang varises pakai stilettonya dia yang kayak engrang. Dia juga beliin aku pizza sama jus jeruk satu pitcher. Mungkin kalau kusuruh nyembah aku juga dia mau demi video itu.

Padahal tahu nggak, mulanya tuh dia emosi berat. Pas aku pulang, Muka Karin kayak kuntilanak. Eh, sori. Masih cakepan kuntilanak sih menurutku (sori ya mbak kunti jangan tersinggung kusamain sama Karin yang stres sekaligus kena cacar.)

Karin tuh awut-awutan banget. Mukanya penuh sama bintil merah, terus matanya juga merah karena nangis. Kayaknya dia nangis mulai dari HP-ku mati itu. Aku memang nggak bisa dihubungi lagi sampai pulang karena dengan cerdasnya aku salah pasang kartu sim. Kartunya kutaruh terbalik. Jadi, yah... wasalam. 

Lagian, mana sempat aku ngurusin kartu SIM segala coba dengan kondisi begitu. Bisa keluar dari mobil Drey dengan lengkap tanpa kehilangan keperawanan aja sudah jadi prestasi tersendiri.

Sudah, ya. Aku mau istirahat dulu. Aku mau ngelurusin kaki terus merem. Ntar sore aku kudu belajar untuk ujian besok. Mumpung Karin lagi mojok di tempat tidurnya sambil mantengin videonya Drey. Moga aja dia dapet bahan yang pas buat artikelnya. Soalnya buatku semua omongan Drey itu nggak ada gunanya. Masih bayi banget lah tu cowok. Mungkin kebanyakan dicekoki jamu beras kencur dulunya sama emaknya. Makanya bau kencur banget omongan si Drey.

Sleep tight!

Bangunkan aku kalau dunia sudah nggak kenal perang lagi.

***


Filthy Shade Of Drey (Terbit; Heksamedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang