Setelah dibekep sama kaos bau keringat dan miras yang bikin kepalaku sepuluh kali nyut-nyutan, aku nggak bisa banyak gerak lagi. Napas aja rasanya males banget. Bayangin aja setiap ngirup napas ada bau busuk plus keringat yang masuk ke hidungku. Baunya lebih busuk daeipada ompol Karin tadi atau bangkai tikus di atas toren ibu kos. Belum lagi karena mulutku diiket dalam keadaan nganga, liurku jadi ikutan netes terus.
Kenapa aku nggak dibunuh aja, sih?
Mobil jalannya mulus banget. Nggak ada guncangan sama sekali. Beberapa kali mobil berhenti, kemungkinan besar di lampu merah. Berarti aku masih ada di dalam kota. Aku nggak dibawa ke gubuk tua buat diperkosa. Dua laki-laki pekok itu juga nggak melakukan hal yang kurang ajar ke aku. Apa aku kurang menarik?
Bukannya nawarin diri buat digituin, sih. Kan biasanya kalau diculik tuh buat diapain gitu kan ya? Ini kok santai banget mereka?
Ginjal? Apa mereka mau ambil ginjalku? Apa mereka sindikat perdagangan organ tubuh manusia? Katanya penjual organ itu ngebedah tanpa membunuh di empunya organ biar organnya fresh. Astaga! Gimana kalau aku digituin?
Mobil berhenti. Mereka ngobrol nggak jelas. Susah mau nguping dengan otak yang sudah tercemar bau sampah gini. Aku cuma nunggu dengan perasaan amburadul. Udah nggak kehitung doa-doa yang kurapalkan.
Tuhan, aku memang bukan anak baik. Tapi, untuk kali ini, tolong selamatkan aku. Kalau aku memang harus mati, tolong beri kematian yang cepat dan nggak sakit. Terus, ampuni dosa-dosaku semuanya biar cepet masuk surga. Amin.
Seorang dari mereka menarikku. Dengan sisa tenaga aku meronta sampai kepalaku menabrak sesuatu. Keras. Kepalaku berdengung. Aku nggak bisa gerak lagi setelah itu. Seluruh tubuhku menghayati rasa sakit di kepalaku. Tangan dan semua anggota tubuh lain nggak bisa memegang kepala untuk meredakan sakitnya.
Aku nggak pingsan. Aku masih sadar, tapi tubuhku nggak bisa digerakkan. Aku tahu kalau aku dibopong sembarangan di bahu dengan kepala di bawah. Aku dengar bajingan-bajingan itu ngobrol sambil ngakak-ngakak. Aku dengan suara "bip bip" seperti bunyi lift atau alat sensor. Aku merasakan semua pergerakan orang yang gendong aku.
Ibu, Ibu benar. Aku memang harus makan banyak. Kalau aku gendut pasti mereka nggak akan bisa menculikku semudah ini. Pas mereka nggak akan bisa bawa aku semudah ini. Aku janji, Bu. Kalau selamat dari semua ini, aku bakalan makan sebanyak yang Ibu mau. Aku nggak akan nyisakan sayur lagi. Aku janji.
Tapi, gimana caranya bisa selamat dari semua ini.
Kepalaku makin terasa berat, bergoyang-goyang sepanjang jalan. Kenapa nggak ada yang bertanya? Apa orang udah terbiasa lihat cowok body gorila bertampang mesum yang bawa cewek begini?
Suara pintu dibuka. Ada suara perempuan yang terkejut.
"KELUAR!" Bentak orang yang bawa aku. "Akhirnya ... ni cewek berat amat, padahal kayaknya kurus. Kebanyakan dosa."
Kampret! Mereka yang berengsek kenapa aku yang dibilang banyak dosa?
Eh? Aku di tempat tidur? Empuk banget. Adem, nih
"Lepas itu tutup mukanya. Biar bos bisa lihat mukanya."
Dengan kasar kaos yang menutup wajahku dijambar sama merek. Sakit kepalaku jadi tambah parah. Kupejamkan rapat-rapat mataku yang silau banget. Bukannya apa, kepalaku jadi dua kali lebih cekot-cekot. Perutku langsung mual.
HUEK!
Aku akhirnya muntah di lantai. Bodo amat! Aku mau pipis dan eek di sini biar mereka tahu kalau mereka pantas dapat itu semua. Enak aja. Sudah diculik, masa aku harus jaga sikap juga!
Bodohnya, kan mulutku masih diikat, jadi sebagian muntahan tertahan dan bikin aku muntah lagi.
Tolong jangan bilang kalian jijik! Kalian nggak tahu kondisiku. Dalam kondisi begini, aku sudah lebih dari jijik. Aku sudah siap mati.
"Bangke emang ni cewek! Suruh pembantu tadi beresin muntahannya. Bos bisa ngamuk nanti, kata yang pakai baju. Yang satunya langsung nurut walau mukanya juga jijik lihat muntahanku.
"Kamu diam di sini. Bentar lagi bos datang. Dia yang bakalan ngurus kamu. Mau diapain, terserah sama dia."
Astaga! Jadi ujianku belum selesai?
Aku duduk lagi di tempat tidur empuk itu. Ini sepertinya di dalam kamar hotel. Semua yang ada di ruangan ini terawat dan mengilap. Suite. Kemungkinan besar president suite. Gede banget soalnya. Gordennya aja nyentuh lantai. Tapi, kalau ini hotel, kok bisa mereka lolos gitu aja? Masa nggak ada security yang nahan mereka?
Apa ini hotel mesum khusus untuk menahan cewek yang mah dijual?
Tuhan, tolong aku. Tolong aku!
Pembantu yang dimaksud orang tadi tuh perempuan agak tua yang pakai seragam seperti cleaning service hotel. Di dadanya ada nama dan simbol perusahaan outsourcing. Perempuan itu gemetara waktu membersihkan bekas muntahanku. Berkali-kali dia mencuri lihat ke aku. Mungkin dia kasihan sama aku.
"Bos sudah di bawah. Sudah naik lift. Bentar lagi sampai," kata orang yang tadi manggil si "pembantu".
"Heh, kamu bersihin dia juga. Mukanya bau taik. Nanti Bos bisa muntah," kata orang satunya sambil memotong tali kain yang menutup mulutku dengan kasar. "Kenaoa juga bos milih cewek kayak dia. Cantik nggak. Nyusahin iya."
Sepertinya kulitku tergores pisaunya. Aku nggak berani komen atau protes, takut mukaku dicodetin sekalian nanti sama dia. Nggak lama, dia motong tali di kaki dan tanganku sekalian.
"Pembantu" tadi mengambil handuk yang sudah dibasahin di kamar mandi. Dengan lembut, dia mengusap wajahku. "Sabar ya, mbak. Jangan ngelawan, Mbak. Nurut aja." Bisiknya saat mengusap rambutku dengan handuk basah.
Satu laki-laki keluar kamar sebentar, lalu tergopoh masuk lagi. "Bos datang. Cepat bersihin!" desisnya. Suaranya beda banget. Kayaknya dia ketakutan banget sama bosnya itu.
Perempuan yang bersihin aku makin gemetar. Sempat kulihat dia nangis sebelum membereskan peralatan kebersihannya, lalu keluar dari kamar.
Pintu terbuka lagi. Salah seorang dari mereka menyambut ke deoan pintu dengan gaya membungkuk khas penjilat. "Bos, sudah kami sapatkan, Bos." Dia menunjuk dengan jempol ke arahku.
Sumpah, sampai mati aku nggak akan melupakan wajah paling berengsek yang pernah kulihat itu. Sekalipun dandanannya klimis dengan setelan resmi warna hitam yang kelihatan mahal, tetap aja aku pengin ludahi wajahnya. Aku pengin cakar mukanya. Aku pengin injek sampai hancur terus kusuruh anjing penjaga kampus kencingi dia.
Mulanya laki-laki itu tersenyum, terus ekspresinya berubah jadi kaget. Buat apa? Kaget lihat aku masih hidup? Kaget lihat aku nggak berdarah?
Kukumpulkan semua sisa kekuatan yang kupunya untuk menjerit sekuat tenaga, "KEPARAT!!!"
***
Terima kasih banyak sudah cepet banget bawa Savanna ke 4.5K viewer. 3 hari ... wow! Kalian hebat banget... <3 <3 <3
*tepuk tangan kenceng
*tebar konfeti
*jingkrak-jingkrakMaaf update hari ini cuma segini karena saya lagi gak enak badan. Saya usahakan besok bisa update lagi, yah. Saya mau ke dokter dulu. Doain yaaa semoga bukan tipes. Sebel banget sama penyakit yang satu itu, bikin nggak bisa makan sambel. Huhuhu...
Kecup sayang,
Honey Dee
KAMU SEDANG MEMBACA
Filthy Shade Of Drey (Terbit; Heksamedia)
ChickLitDari sekian banyak gadis yang ingin menjadi kekasih CEO super sempurna, Savana bukan salah satunya. Dia hanya ingin menyelesaikan kuliah dengan baik. Ayah dan kakaknya telah berkorban banyak agar dia bisa jadi sarjana kebanggaan keluarga. Namun, p...