18 ◾ Jalan

2.7K 214 2
                                    

Oliver masih mendekap dalam tubuh mate-nya yang masih gemetar, tangan nya turun menyusur tangan Nayara dan berhenti di jari gadis nya, mengisi ruang hampa diantara jari Nayara yang dingin dengan jari nya yang lebih besar dan lebih hangat, tentunya. Rasa sesak memenuhi rongga dadanya seketika, ia berfikir apa ini yang dimaksud hubungan mate itu? Oliver merasan dadanya bergemuruh, sakit, yang berarti Nayara sedang merasakan nya. Berkali-kali Oliver menciumi pucuk kepala Nayara, memilin jari tangan nya yang dingin, mengusap lembut punggung gadis itu berniat memberikan ketenangan pada dirinya.

"Olv..." panggil Nayara lirih.

"Hm? Kenapa, Ara?" tanya Oliver lembut.

Sedetik kemudian, Nayara bergeming kembali. Gadis itu bingung harus bercerita darimana, semua ini gila. Ia di bawa ke masa lalu, dimana semua nya terjadi, asal mula Azris menjadi serakah, kematian terkuat pertama yang tak lain adalah putra satu-satunya Azris, penyerangan Istana, pembantaian kaum Oliver, kematian Grandma. Bahkam Nayara masih tidak bisa membayangkan saat dimana Zalora meregang nyawa, persis didepan nya. Saat sebuah kilauan cahaya membentuk sulur yang masuk perlahan ketubuh tak kasat matanya. Saat tubuhnya kembali terasa tersedot dan berputar, lalu terbangun dengan isakan dan disambut wajah cemas Oliver. Ah! Itu sangat gila baginya, apa tidak cukup untuk mengetahui bahwa dirinya adalah orang paling diincar di negri Immortal ini? Apa tidak cukup bahwa ternyata ia harus belajar bagaimana cara melindungi rakyat nya yang tersisa? Lalu melawan Azris dengan segenap kekuatan yang ia miliki? Bahka ia sendiri masih bertanya-tanya, apa benar dia yang diramalkan? Apa benar, dia adalah salah satu dari yang terkuat, dan apa mungkin bagi Nayara untuk memenuhi takdirnya? Mengingat dirinya saja masih tidak becus mengendalikan kekuatan nya.

"Apa yang kau fikirkan?" tanya Oliver memecah keheningan.

Ah ya, Nayara lupa, bahwa mate tertampan nya ini bisa membaca semua yang ia fikirkan. Nayara tidak menjawab, ia semakin membenamkan wajahnya di dada bidang Oliver, aroma maskulin tercium jelas di indra penciuman nya memberikan efek menenangkan tersendiri. Kali ini, yang terdengar hanya riak air dari Gua Nitran, juga tetesan air dari stalagmit yang menggantung dilangit-langit gua. Bunyi khas alam.

"Tidak perlu menceritakannnya, kau sudah mengatakan nya," ucap Oliver lagi dengan nada yang sangat lembut.

"Ara, boleh dengarkan aku sebentar?" tanya Oliver meminta izin.

"Kau tahu, Olv? Kau tak perlu meminta izin, mengapa kau menjadi se-formal itu? Menyebalkan!" sungut Nayara.

Oliver terkekeb pelan, membuat Nayara menoleh dan menikmati senyum terindah yang pernah ia lihat itu. Lalu, senyum Oliver perlahan memudar, diganti dengan mimik wajah serius dan menatap lurus kearah depan. Entah apa yang menjadi fokus nya. Tapi yang pasti, fokus Nayara kini hanya berhaluan pada Oliver.

"Masa lalu itu untuk dijadikan pelajaran, aku tidak paham kenapa kau di perlihatkan pada masa lalu, tapi kurasa itu tidak patut untuk ditanyakan mengingat bahwa mate ku ini seorang Ophelix terkuat," jelas Oliver terkekeh, ia menjeda ucapan nya sebentar. "Tapi, jangan jadikan masa lalu itu menjadi fikiran bagimu, Ara. Sesuatu yang telah dilalui tidak bisa diputar kembali, bukan? Cukup jadikan itu sebagai pelajaran, dan kau bisa mengambil sisi baiknya. Jangan terpengaruh, Ara. Itu hanya masa lalu, itu sudah garis takdir," imbuh Oliver.

Nayara menatap Oliver lebih dalam, mencernah setiap kata yang lelaki itu ucapkan. Memang benar, itu masa lalu. Dan, itu sudah menjadi takdir alam. Yang perlu ia lakukan sekarang adalah, menyelamatkan semua rakyat nya yang masih hidup.

"Nah, kau pintar!" Oliver menyentil hidung Nayara usil membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya.

Bibir tipis Nayara bagaikan candu untuk Oliver, dengan naluri laki-laki nya, Oliver menurunkan wajahnya sedikit, meraih bibir mungil itu dengan bibirnya, melumat lembut setiap inci bibir Nayara, memagutnya lembut, sesekali ia menggit bibir Nayara, memancing agar gadis nya bisa membalas ciumannya. Selang beberapa detik, Nayara melingkarkan tangan nya keleher Oliver, membalas ciuman Oliver tak kalah lembut, memagut bibir atas Oliver yang sangat sensual. Sedang Oliver, lelaki itu merengkuh tubuh Nayara lebih dalam, semakin memisahkan jarak diantara mereka. Ciuman mereka semakin intens, Oliver menggigit bibir bawah Nayara kecil, membuat gadis itu menjerit tertahan membuat mulutnya sedikit terbuka, kesempatan itu tidak di sia-siakan, lidah Oliver menyeruak masuk, menyusur setiap rongga mulut Nayara, lidahnya meliuk mencari pasangan sejenis nya, ciuman Oliver menginvasi, hatinya bertalu-talu bagaikan genderam. Sedang Nayara, gadis itu mencoba melepas ciuman agresif Oliver, karena paru-paru nya yang mulai kekurangan oksigen, seakan tinggal menyisakan zat bernama karbonmonoksida disana.

OPHELIX [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang