19 ◾ Perubahan

2.4K 202 5
                                    



Mata Oliver menatap tajam Nayara, tatapan yang bisa membuat siapapun beringsut menyembunyikan diri, tatapan yang baru Oliver tunjukan untuk pertama kalinya, menandakan bahwa fikiran nya sama sekali tidak setuju dengan ide gila mate nya. Menyusup? Yang benar saja. Jari Oliver mencoba mencengkram rumput yang ada dibawahnya mencoba meredam emosi nya, nafas nya menggebu, entah kenapa dadanya terasa ingin meledak, untuk yang pertama kalinya.

Sedangkan Nayara, gadis itu diam seribu bahasa. Ia sama sekali tidak berani menatap Oliver yang menurutnya sangat menyeramkan saat ini. Ah! Lelaki itu kenapa? Untuk pertama kalinya Nayara melihat Oliver seperti ini. Apa dia marah? Apa ide nya terlalu gila? Ia rasa tidak, mengingat Oliver juga salah satu yang terkuat. Jika benar Oliver marah, kenapa ia bisa semarah ini? Bahkan saat Nayara sedang dalam bahaya Oliver tidak terlihat menunjukan kemarahan nya bahkan Oliver tidak mengeluarkan kekuatan maksimal nya. Nayara tidak bermaksud meremehkan kekuatan Oliver, hanya saja dalam buku yang sering ia baca, saat seorang mate sedang dalam masalah, pasangan nya akan meluapkan emosi nya dan mengeluarkan semua kekuatan nya. Apa takdir mereka sebagai mate perlu di pertanyakan? Nayara rasa.... Iya!

Gadis berambut pirang itu menghembuskan nafas berat, lalu mengangkat kepalanya mencoba menatap Oliver. Ia memberanukan diri, dan terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia akan baik-baik saja.

"Olv?" panggil Nayara lembut. Meski ssbenarnya hatinya sangat berdebar kuat sekarang, Nayara kini menyadari perubahan pada Oliver. Mata Oliver berubah menjadi merah, merah gelap. Iris nya menyala, pupil nya membesar. Nayara semakin beringsut, tapi beberapa detik kemudian tubuhnya kembali mendekat karena melihat urat Oliver yang terlihat semakin menonjol seakan mencoba keluar dari tempat peraduan nya.

"Apa kau meremehkan ku, Nayara Enderson? Apa kau meragukan ikatan kita, huh?" tanya Oliver yang hampir menyerupai geraman. Matanya merah nya masih menatap Nayara tajam dengan wajah yang ikut memerah, rahang nya mengeras, giginya menggeretak.

"A–apa? Tidak, Olv! Kau ini kenapa?!" tanya Nayara sedikit meninggikan nada bicaranya. Sungguh! Fikiran nya tadi bermaksud apapun. Dan Oliver, mate-nya itu kenapa menjadi berubah.

"Argh!" Oliver menggeram kuat.

"O–Olv?" Nayara semakin panik, apalagi saat meligat sebagian kuliy Oliver yang mulai mengelupas dan mengeluarkan cairan merah segar bernamakan darah. Bafas Nayara bergemuruh, antara panik, takut dan juga khawatir.

"Menjauhlah!" desis Oliver tajam.

"Aku tidak mungkin meninggalkan mu! Apa maksudmu, Olv kenapa kau jadi berubah, aku tidak–"

"KU BILANG MENJAUH!" bentak Oliver kuat, ia masih menggeram dengan kulit yang masih mengelupas.

Nayara tersentak, satu butir air mata berhasil lolos dari sudut matanya. Semua kulitnya terasa sakit sekarang, padahal tidak ada luka apapun di tubuh Nayara. Dengan sekuat tenaga ia mengeluarkan sayap nya, lalu terbang menjauh meninggalkan Oliver dan masuk kedalam Istana untuk menemui tabib disana.

"Bertahanlah," ucap Nayara lemah.

"AARGH!!!!"

Nayara memejam seraya menembus angin saat mendengar jeritan parau dari Oliver, kini seluruh kulitnya terasa mebgelupas.

"Sebenarnya kau kenapa, Olv?"

• • • •

"Dad!"

Nayara memekik sekencang mungkin, tubuhnya ambruk diambang pintu ruangan orang tuanya. Perlahan sayap nya mulai menghilang, telinga runcing nya kembali normal. Nafas Nayara terengah, ia sudah tidak bisa menahan apa yang dirasakan oleh tubuhnya sekarang yang seperti dikuliti hidup-hidup sangat menyakitkan, bahkan sakit nya tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata.

OPHELIX [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang