Suara tangisan terdengar menggaung di sebuah ruangan, tangisan yang terdengar sangat menyakitkan. Sarat akan luka, kehilangan, dan juga penyesalan. Pria itu terus menyusur lorong dengan dada yang terasa sesak, sejak ia meninggalkan kamar untuk pergi ke kamar mandi dan selepas dari itu dadanya terasa penuh, sesak. Ditambah suara tangisan yang terus meraung menembus gendang telinga nya, membuat nya tidak tahan dan melangkah lebih cepat. Suara utu berasal dari kamar nya, dengan cepat ia membuka pintu kayu coklat itu dan melihat pada seorang wanita yang masih menangis tersedu dengan sayap yang masih membentang dibelakang punggung nya. Pria berparas tampan itu mendekat, menjatuhkan tubuhnya sampai berlutut dan nerangkul wanita nya yang sedang terlihat kesakitan.
Nayara sedikit tersentak saat merasakan sepasang lengan kokoh merangkul hangat tubuh mungil nya, ia menjauh sedikit untuk membuat jarak dan mengetahui siapa yang memeluk nya. Detik berikutnya, hatinya berdesir dan sedikit tenang. Ia menghela nafas sepanjang-panjang nya dan menghembuskan nya lega.
"Oliver," Lirih Nayara.
Oliver menatap Nayara lekat dengan tatapan sendu dan juga bingung, apa yang membuat Nayara bisa sampai menangis seperti ini.
"Kau kenapa menangis? Apa ada yang melukai mu? Bilang padaku, kupastikan orang itu tidak akan bisa merasakan semua persendian nya lagi!" Ucap Oliver dengan rahang yang mengeras.
Nayara mendelik kesal, ia bangkit lalu menampar Oliver.
"Itu kau, bodoh!"
Gadis itu pergi meninggalkan Oliver yang masih mematung dengan segala pertanyaan di kepalanya. Tapi kaki nya dengan cepat berlari dan mensejajari langkah Nayara yang lebih panjang dari biasanya, lebih cepat dari biasanya.
"Kau kenapa?" tanya nya lagi.
Nayara berhenti seraya mendengus, mata nya sudah berganti menjadi merah dan menatap Oliver tajam.
"Apa kau tidak sadar?! Disini hanya ada kita berdua, hah? Apa kau tidak sadar bahwa semua orang menghilang?! Dan beberapa jam lalu aku mengira kau menghilang! Dan dengan polos nya kau datang padaku dan menyakan ada apa?! Menyebalkan sekali hidup mu Tuan Johanson!"
Amarah Nayara memuncak, mata nya masih menampilkan warna merah yang berkilat, menandakan ia sedang tidak bisa mengontrol emosi nya, bahkan Oliver bisa merasakan udara disekitarnya berubah menjadi lebih pengap dari biasanya, bahkan ubin yang ia pijak sekarang sudah mulai menimbulkan retakan kecil. Pria itu menghela nafas, lalu membentangkan sayap nya yang kuat nan lebar, memeluk tubuh kecil Nayara dan membawanya keluar sebelum gedung yanh ia tempati sekarang tidak berbentuk.
Nayara mengerjap sesekali, mengembalikan kesadaran nya. Mata nya kembali menjadi biru navy, ia mengadah melihat rahang kokoh Oliver yang sangat dekat dengan nya, dengan tapak merah berbentuk telapak tangan. Ah, ia ingat, Nayara baru saja menampar nya tadi. Sekeras itu kah?
"Ekhem. Oliver? Apa kau bisa menurunkan ku sekarang?" Ucap Nayara dengan suara mencicit.
Oliver melirik Nayara sebentar, lalu terbang turun menuju sebuah taman dengan sebuah tempat berteduh disana.
"Kau sudah sadar sekarang? Nona Anderson?" tanya Oliver.
"Maafkan aku."
"Sudah, tidak apa-apa."
Oliver merangkul Nayara dan menepuk-nepuk pelan punggung Nayara menimbulkan perasaan hangat yang berjalan alami kesetiap pembuluh darah Nayara.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Kita hanya berdua, Olv... Sedang mereka, mereka memiliki pasukan gabungan dari Orc dan para Merman."
Oliver melirik Nayara yang sedikit ketakutan, perasaan khawatir mulai menyeruak kedalam tubuhnya, bukan khawatir karena ia harus melawan ribuan pasukan Azris dan para komplotan nya, tetapi khawatir akan Nayara yang terlihat sedikit kacau saat ini.
"Kita fikirkan, sekarang, aku minta kau untuk tenang terlebih dulu. Oke?"
• • • •
Seorang wanita dengan tanduk rusa duduk di singgasana nya dengan senyum congkak yang begitu kentara melekat dalam dirinya, ia menyecap bibir nya sesekali dengan mata yang memejam seperti orang yang kehausan akan sesuatu. Yang ada dalam bayangan nya sekarang adalah darah manis milik Nayara dan itu akan terjadi dalam waktu singkat, mengingat semua rakyat nya kini sudah berada dalam kekuasaan nya.
"Frio, apa sudah ada tanda-tanda dari putri kita?" Tanya Azris pada panglima yang tengah berdiri disamping nya.
Panglima bernama Frio itu menggelengkan kepalanya, "belum, Ratu."
Azris berdecak sebal dan berdiri, ia lalu menatap tajam Frio membuat pria itu sedikit gemetar kakinya terasa akan jatuh ke lantai detik itu juga, tapi sialnya ia harus menahan mengingat akan harga dirinya sebagao seorang pria juga panglima tertinggi disana.
Pandangan Azris mulai menjadi biasa lagi setelah helaan nafas ringan terdengar, ia lalu turun dari singgasana nya dan naik keatas atap istana nya mengamati semua yang bisa ia lihat dari sana. Belum ada yang menarik perhatian nya saat ini, apa respon gadis itu tidak cepat? Payah! Pikirnya.
Tapi tak lama, suara kepakan sayap terdengar, membuat Azris sedikit terperanjat dan menajamkan penglihatan nya.
"Aww.. Putri kita sudah datang." Ujar nya mendesis demisertai senyum congkak yang selalu melekat di wajahnya.
• • • •
"Olv, apa kau pikir ini akan berhasil?" Tanya Nayara ragu.
Oliver mengangguk yakin, "tidak bisakah kau mempercayai mate mu sendiri? Nayara Anderson?"
"Baiklah, maaf meragukan mu."
Nayara menunduk lalu mengekor dibelakang Oliver. Langkah nya sangat hati-hati, bahkan ia melepas alas kaki nya dan memilih untuk bertelanjang kaki menyusur tanah yang amat sangat tandus itu, bahkan Nayara tidak bisa membayangkan bagaimana bisa ada makhluk yang kuat dengan ini?
Sebenarnya, ia bisa terbang, tapi Oliver bilang suara kepakan sayap terlalu berbahaya dan bisa meng gagalkan rencana yang Oliver susun, apalagi dengan sayap Nayara yang besar, suara nya akan menjadi sebuah bencana bagi rencana nya.
"Apa pegasus ku akan baik-baik saja?" Tanya Nayara sekali lagi dengan nada khawatir.
"Aku memiliki rencana, Ara. Aku tidak akan membiarkan apa yang disukai mate ku terluka, oke?" Ujar Oliver dengan penuh kesabaran.
Nayara menghela nafas, ya... Ia harus percaya pada mate nya, ia menekankan itu sekali lagi.
Tak lama, suara erangan frustasi dan juga sarat akan kemarahan terdengar sangat nyaring dari arah lain hutan membuat Nayara sedikit menggedikan bahu nya mencoba menutupi telinga yang pendengaran nya semakin menajam itu.
"Kita bergerak sekarang?" Tanya Nayara.
"Iya!"
• • • •
OPHELIX
![](https://img.wattpad.com/cover/125413182-288-k651082.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OPHELIX [COMPLETED]
Fantasía[Amazing Cover By : MagicalLantern] [COMPLETED] [END] Menjadi keturunan terakhir sang ras terkuat bukanlah hal yang mudah! Bayangkan saja , kehidupan normal mu berubah dalam satu malam. Hanya karena suara yang berkata "Kau yang terkuat! Pulanglah! K...