20 ◾ Lepas

2.3K 181 9
                                    

"Sejak tau terikat dengan mu, kekuatan ku tertahan. Seakan itu juga terikat, itu tertahan karena itu adalah ikatan tahap pertama, mungkin memang sudah ditakdirkan seperti itu bahwa seseorang akan mendapat kembali kekuatan nya yang sepenuh nya saat mereka benar-benar terikat dan sang-lelaki-yang kekuatan nya tertahan lalu ikatan yang sebenarnya muncul, maka kekuatan nya akan kembali terlepas dan melakukan tranformasi kedua,"

"Aku beruntung karena ternyata kau benar-benar mate ku, Ara, karena aku kira... Ini tidak akan terjadi mengingat tahap terikat pertama sampai akhirnya aku seperti ini membutuhkan waktu yang sangat lama," papar Oliver.

Nayara memberengut, "apa kau meragukan ku, Tuan Johanson?"

Oliver tersenyum sinis, "apa kau lupa siapa yang baru saja meragukan ku semalam? Kurasa tidak. Bukan begitu, Nona Anderson? Ah– aku lupa, maksudku, Nona Johanson?"

Tanya Oliver dengan sedikit menggoda Nayara, membuat gadis itu tambah mengerucutkan bibirnya.

"Kau selalu menyebalkan," desisi Nayara.

Oliver hanya tersenyum seraya memegang tangan Nayara, ia memejamkan matanya sesaat karena merasakan ketenangan menyeruak kedalam hati nya dan menggetarkan nya sampai bagian terdalam. Sedangkan Nayara– gadis yang masih terduduk kursi kayu sebelah ranjang Oliver hanya bisa menahan nafas dan detak jantung nya yang menimbulkan suara bedebum yang keras berkali-kali yang mungkin saja bisa terdengar oleh lelaki usil disamping nya.

"Aku senang bisa memilikimu," gumam Oliver lirih.

"Eh– sepertinya aku harus pergi sebentar, Olv," jawab Nayar gugup. Ia tidak bisa berlama-lama disini, atau jantung nya akan meledak dalam beberapa detim kemudian.

"Kenapa? Kau jahat," Oliver mendengus sambil melepaskan pegangan nya.

"Iya, aku jahat. Aku pergi sebentar, tidak akan lama," Nayara bangkit dengan cepat dan langsung meninggalkan Oliver yang memasang ekspresi tidak percaya karena Nayara benar-benar meninggalkan nya.

Pria itu kembali mendengus dan menggumam tidak jelas.

Nayara's POV

Yang benar saja, dia benar-benar orang yang gila denga  mudah nya mempermainkan perasaan orang dan membuat orang hampir saja meledak. Aku terus menyusur lorong rumah sakit dengan fikiran yang bercabang, pertama soal Oliver dan kedua soal renacana penyelusupan ke wilayah Azris, karena aku harus melakukan nya dengan cepat karena semua rakyat ku sedang dalam masalah. Masalah besar, dan itu semua karena diriku!

Kaki ku melangkah keluar, dan melakukan tranformasi untuk sampai ke istana secepat mungkin untuk bertemu kedua orang tua ku.

••••

Lorong terasa sangat sepi, rasanya terasa lain. Seolah terasa semuanya menghilang. Bahkan, saat pertama kali menginjakan kaki di Istana, tidak ada pelayan yang biasa tersenyum ramah padaku. Di tempat khusu latihan yang biasa sering terdengar ramai oleh desingan pedang dan juga suara panah melesat pun tidak terdengar menggelitik telingaku. Dan kini, lorong kosong, hening dan hanya di dominasi oleh derap langkah kaki ku yang mulai di percepat dan juga kepapakan sayap ku yang sesekali aku kepakan. Ini semua terlalu aneh, kemana semua orang?

Aku tiba di sebuah ruangan yang tak asing bagiku, ruangan Mom dan Dad. Sebelum membuka pintu, hati ku entah kenapa terasa resah. Energi negatif terasa merambat keseluruh tubuhku dan otakku memerintahkan untuk menjauh dan lari tapi tubuhku mengkhianatinya sampai tangan ku akhirnya menekan daun pintu itu kebawah dan membuka lebar pintu setinggi hampir dua meter itu.

Kedua mataku membelalak saat cahaya kehitaman memenuhi seluruh ruangan orang tua ku, disana, ada sebuah cermin yang nampak berkilau. Tapi aku tak menghiraukan nya, yang kucari hanya satu hal, kemana orang tua ku?! Aku tidak melihatnya dimana-mana.

OPHELIX [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang