BAB 18

131 23 1
                                    

Yuju benar-benar membulatkan tekadnya untuk segera melanjutkan komik yang membuat ia hampir mati penasaran sejak pagi tadi. Di perpustakaan sekolah, gadis itu ingin menyendiri dan tak sudi diganggu saat ia benar-benar ingin serius. Bahkan ia menolak ketika Eunha akan mentraktirnya makan siang, dan juga Yoseob yang ingin mengajaknya berbicara penting di taman belakang sekolah.

Entahlah apa yang ingin dibicarakan pria itu, terlihat begitu penting dan mendesak. Wajahnya nampak menatap sendu, seolah belum benar-benar siap dengan sambutan jawaban atas ungkapan kata pengakuan yang telah disusunnya.

Tapi Yuju menjadi keras kepala kalau sudah muncul sifat sok sibuknya seperti ini. Padahal lebih penting mana Yoseob dengan komik itu. Komik bisa dibaca besok lusa atau hari lainnya. Sementara Yoseob, tentu saja ia sangat butuh kepastian.

Untungnya Yoseob tak suka membuat masalah menjadi panjang. Pria itu lebih membiarkan Yuju berbuat apa yang ia inginkan.

Suasana perpustakaan sangat lengang. Hanya sedikit dari mereka yang memilih perpustakaan untuk istirahat pertama.  Yang lain tentu saja kini makan siang di kantin sekolah.

Mata Yuju masih tetap mengarah pada buku komik anime di depannya. Komik yang halamanya tidak terlalu tebal dan membuat Yuju bertekad untuk menyelesaikan hari ini juga.

Yuju melewatkan jam makan siang dan tidak merasa lapar sama sekali. Padahal biasanya gadis itu selalu antusias pada makan. Mengacuhkan ajakan Eunha yang mentraktirnya.

***

Yang Yoseob berjalan mengendap-endap. Memelankan langkah sepatunya agar bisa memberi kejutan pada gadis yang kini duduk di bangku kayu yang ada di taman sekolah. Senyumnya yang manis itu amat kentara ketika melihat punggung dan rambut panjang teruai milik gadis yang amat disayanginya. 

Ini Jam istirahat ke dua. Yuju duduk di taman seorang diri. Tak ada Eunha atau siapapun yang menemani. Gadis itu nampak memandang langit dengan pandangan kagum.

Tangan Yoseob lantas menutup kedua mata Yuju dari belakang tanpa sepengetahuan Yuju. Membuat gadis itu sedikit terperangah karena merasa ada yang menutup matanya.

"Aku tahu itu Oppa." Tebak gadis itu spontan.

Yoseob terkekeh pelan melihat Yuju yang bisa menebak kedatanganya. Ia pikir kedatangannya tidak mudah ditebak begitu saja.

"Bagaimana kau tau?" Tangannya masih tak mau beralih dari kedua mata Yuju.

"Aku hafal aroma parfum mu." Ucap gadis itu lagi.

Yoseob mengerucutkan bibir. Ia kemudian duduk menjajari Yuju  "Sebegitu cinta kau denganku sampai kau hafal dengan aroma yang ada di tubuhku."

Yuju membekap serta meremas bibir Yoseob agar tak berbicara lebih banyak lagi. Membuat pria itu bungkam tak bisa berbicara lagi.

"Jangan banyak bicara dan jangan terlalu percaya diri." Ucapnya lagi.

"Aku berbicara fakta. Kau tidak mau mengakui kalau kau begitu menyukaiku?" Yoseob tertawa renyah, bergaya imut meletakkan jari telunjukknya di kedua pipi.

"Ckkk, cerewet sekali orang ini." Yuju mencibir. Tak tahan untuk tersenyum karena kepercayaan diri yang ada pada Yoseob.

"Kau yang jangan cerewet, dasar idiot. Lebih baik kau isi perutmu dengan ini." Yoseob menjejal mulut Yuju dengan roti sandwich isi sosis beserta salad dan tomat segar.

"Kau tahu saja kalau aku memang lapar." Ucapnya dengan mulut penuh roti.

"Bersyukurlah memilih pacar perhatian sepertiku." Yoseob menepuk-nepuk dadanya, masih terus saja membanggakan diri.

I Think I Love You (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang