BAB 12

195 30 2
                                    

Yoseob masih mendongak, seolah masih ingin menatap gadis di atasnya itu berlama-lama, bahkan ia kini mengacuhkan Eunji yang baru saja bersenda gurau dengannya hanya demi memastikan.

Sementara yang di atas sana masih acuh memasang mimik wajah datar tanpa ekspresi. Tetapi ekor matanya tak bisa membohongi bahwa ia berkali-kali melirik Yoseob. Dari atas sini pria itu terlihat semakin membuat hatinya kagum entah karena alasan apa. Terkadang sesuatu terlihat indah jikalau bukan menjadi milik seseorang tersebut.

"Ada yang aku ingin bicarakan denganmu!" Ucap  Yoseob dari bawah sana. Masih mencondong ke atas mencari wajah Yuju yang berkali-kali dipalingkan.

"Bicara saja! Aku bisa mendengarmu dari atas sini."

"Mana bisa begitu? Kau mau aku berteriak dan menghebohkan sekolah?"

Yuju diam tak berekspresi lagi. Melipat tangan di dada tanpa peduli ucapan Yoseob.

"Seberapa banyak aku berdosa padamu? Aku sudah tidak tahan dengan rasa bersalah yang sama sekali tak pernah kuketahui?" Ucap Yoseob membatin. Menatap Yuju dengan perasaan campur aduk.

Namun menit-menit itu hanya terjerat kebisuan yang cukup menyiksa batinnya.

Kring.....!

Suara bel berdering, tanda kegiatan belajar akan dimulai. Seluruh siswa berhamburan memasuki masing-masing kelas.

Yang Yoseob meletakkan ransel di loker dan berjalan menuju bangku tempatnya duduk. Matanya menangkap sesuatu yang membuat langkahnya berhenti sejenak. Gadis itu masih sama seperti kemarin-kemarin. Diam dan sama sekali tak mengangkat dagunya ketika Yoseob datang. Seolah-olah keberadaan Yoseob sama sekali tak dianggap.

Bahkan sepanjang pelajaran mereka masih saling diam meskipun keduanya mencari-cari kesempatan untuk mencuri pandang. Dadanya terasa penuh oleh pertanyaan yang akhir-akhir ini menyiksa pikirannya. Tapi sikap gadis di sisinya seolah memilih diam tak mau menjelaskan. Dan membiarkan semua seolah mengalir begitu saja. Seolah-olah semua baik-baik saja.

"Pinjami aku buku catatan!" Ucap Yoseob pada Yuju yang kini sibuk memperhatikan tulisan di papan. Sebenarnya bukan itu yang dibutuhkan Yoseob. Ia hanya butuh sikap Yuju kepadanya kembali seperti semula. Bukan seperti saat ini yang membuatnya tak nyaman. Atau setidaknya ia bisa tahu sedikit saja alasan atas sikap Yuju yang membuatnya serba salah.

Tanpa mengatakan sesuatu, gadis itu memberikan apa yang Yoseob minta. Membuat Yoseob merasa kecewa dan lelah.

"Ah... lupakan saja! Dasar gadis menyebalkan." Ucap Yoseob membanting buku catatan milik Yuju. Kesabarannya pada Yuju mungkin telah berada di ujung tanduk. 

-----

"Ayahku akan menikah bulan ini."  Cerita Eunha pada Yuju yang kini tengah menikmati makan siang di kantin.

Yuju tentu tau bagaimana latar belakang sahabatnya tersebut. Sejak Eunha balita, sang ibu meninggalkan keluarganya entah kemana. Tanpa kabar hingga Eunha Tumbuh menjadi gadis remaja. Tetapi tentang Ayahnya yang akan menikah lagi itu Yuju baru tahu. Mendengar kabar tersebut, Yuju yang sedari tadi hanya mengaduk-aduk makanannya dengan malas merasa antusias dengan kabar gembira tersebut.

"Dengan siapa?'

"Temannya waktu remaja."

"Kau tidak takut dengan ibu tiri?"

"Apa yang ditakutkan?"

"Bisa saja dia hanya menyukai Ayahmu, bukan dirimu."

Eunha tertawa terbahak, "kau sedang membicarakan drama? Mana ada cerita seperti itu dikehidupan nyata?"

I Think I Love You (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang