BAB 30- Bagian A

164 22 4
                                    


Agustus, Year 2022

Yuju menyeret koper dan menenteng tas itu sendirian. Barang bawaanya berlipat-lipat lebih banyak dari pada empat tahun silam. Ini sangat menjengkelkan. Bukankah ia sudah memberitahu Ayah lewat telepon bahwa ia akan pulang ke Korea hari ini. Jangan katakan jika ia lupa karena terlalu sibuk mengurus kedai ramen yang barusaja dibuka.

Wajah Yuju terlihat lelah akibat menempuh perjalanan transportasi udara selama berjam-jam. Ini adalah kedua kalinya ia menaiki pesawat itu setelah empat tahun berlalu. Yang membuatnya kesal adalah saat ia mual di sepanjang perjalanan. Untung saja ia tidak sampai membuat malu diri sendiri dengan mendadak muntah di depan penumpang lain.

Banyak yang berubah di sini sepeninggal Yuju pergi ke belahan dunia lain. Begitupun juga dengan Yuju, gadis itu tak lagi sama seperti Yuju si gadis polos tak pandai berdandan. Stylenya terlihat berubah hanya karena ia sedikit mengoleskan make up tipis yang senada dengan wajahnya. Hanya rambut panjang nan hitam lembut bak sutra tak lepas menjadi ciri khasnya.

Seorang pria terlihat berlari-lari kecil dari arah kejauhan. Menghampiri Yuju yang kini kesusahan dengan barang yang dibawanya.

"Aku pikir Ayah terlalu sibuk dengan kedai baru Ayah, lalu melupakan kepulanganku hari ini! " Yuju menyeringai.

Ya, Ayah Yuju sedang membangun kedai restoran cabang ke duanya. Sementara kedai lama juga telah direnovasi sehingga menjadi tempat yang lebih bagus dari sebelumnya. Selama ini ia begitu bekerja dengan sangat keras demi menuju puncak suksesnya. Sama halnya dengan Yuju, gadis itu sama sekali tak berniat pulang sebelum mendapatkan gelar sarjana yang diinginkannya.

"Apa kau bilang? Mana mungkin orang tua ini melupakan kepulangan putrinya yang bahkan sudah ia ketahui sejak semalaman?" Ucap Tuan Choi tak terima.

"Lalu ada di mana Ayah tadi? "

"Ada panggilan alam mendadak!" Tuan Choi menyeringai, dan Yuju hanya bisa berdecak menggelengkan kepala.

Mereka berjalan bersampingan. Ayah mengambil alih dua tas yang ada di tangan Yuju, menyisakan sebuah koper yang kini seretnya.

"Astaga, kenapa berat sekali? Apa saja yang kau bawa?" Keluhnya.

"Tidak banyak. Hanya limahpuluh balok batubata." Ucap gadis itu santai sambil terus menyeret trolli koper dan berjalan mendahului Ayah. Tentu saja yang ia katakan tidak benar.

"Aku pikir ini bom." Kekehnya.

~~~~~~~~~~~~

Yang Yuju tak mengerti, mengapa Ayahnya membawa ia pulang ke Seoul. Di Distrik Mapo, tempat tinggal lamanya dulu yang dipenuhi banyak kenangan.

"Ayah? Kenapa tidak membawaku pulang ke Busan?" Tanya Yuju tak sabaran.

"Karena di sinilah rumah kita." Jawab Tuan Choi Seentengnya. Tanpa mau tahu bahwa kepulangannya ke tempat ini membuka segala luka dan kenangan lama.

"Lagipula kedua kedai Ayah ada di kota ini. Akan merepotkan jika pulang pergi dari Busan-Seoul setiap hari." Ucapnya menerangkan sambil membuka pintu rumah.

Tak banyak yang berubah sejak empat tahun yang lalu pada rumah dengan gaya arsitek tradisional tersebut. Hanya lingkungannya saja yang banyak terlihat berubah. Semakin banyak bunga memekar ketika musim sedang semi. Pepohonan berdiri tegak di sepanjang jalan berjajar dengan tinggi sepadan. Terakhir Yuju di sini, pepohonan itu batangnya masih se Ibu jarinya. Tingginya masih sepadan dengan tinggi tubuhnya.

Yuju berjalan masuk ke dalam kamarnya. Ia pikir ia akan beristirahat sejenak untuk menghilangkan segala penat. Namun yang Yuju dapati saat masuk kamar adalah udara pengap dan tungau bertebaran dari ruangan pribadinya dulu. Membuat gadis itu terbersin seketika. Belum lagi rumah laba-laba yang ada di setiap sudut ruangan.

I Think I Love You (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang