"Ayah, bagaimana jika aku menyukai seseorang?" Entah itu pernyataan atau pertanyaan, yang jelas Ia belum siap hubungannya dengan Yoseob diketahui Ayah.
Ayah lantas menggeleng. Ia tetap pada pendirian yang selama ini ia pegang dengan teguh. Sebab Ia tak ingin masa depan putrinya berantakan hanya karena seorang pria. Bertahun-tahun membesarkan serta merawat putrinya seorang diri, maka yang ia inginkan hanyalah kebahagiaan putrinya.
"Tapi, aku juga punya perasaan, Ayah. Bisa saja sewaktu-waktu perasaan itu muncul dan tumbuh di hatiku."
Ayah menatap Yuju menyelidik. Matanya memicing semakin menyipit. "Jangan katakan kau sedang menyukai seseorang."
Yuju segera menggeleng. "Tidak, bukan begitu, Ayah. Tapi.... hanya saja aku mengira bahwa itu akan terjadi."
"Iya, Ayah mengerti. Tapi... demi Ayah yang sangat peduli masa depanmu, maukah kau menuruti permintaan Ayah yang satu ini?"
Yuju menatap Ayah sejenak. Ragu untuk menyanggupi, sebab ia sudah lebih dulu keluar dari lingkaran larangannya tanpa Ayah tahu. Belum tepat saatnya. Nanti, suatu hari ia akan jujur. Untuk saat ini memang lebih baik hubungan ini ia simpan rapat-rapat. Ayah pasti akan marah besar dan ia tak tahu apa yang akan Ayah lakukan karena telah dikecewakan.
"Ayah hanya ingin yang terbaik untukmu."
"Hmmm... aku tahu itu."
**** ***** *****Sepoi angin terdengar menelisik melalui dahan pohon. Daun-daun maple yang telah kecoklatan jatuh berserakan terhempas di tanah. Jatuh seolah tiada habisnya direngkuh sang angin musim gugur.
Dua puluh langkah menuju gerbang sekolah, tepat di bawah pohon maple yang daunya sudah mengering, Yuju berdiri memejam mata. Menautkan kesepuluh jari-jari dan memanjatkan harapan serta Do'a. Rambut panjang sepinggang yang teruai itu berkibar lembut diterpa angin musim gugur. Harapan Yuju saat ini hanya satu, Yaitu lulus dengan nilai sempurna. Tekadnya untuk kuliah ke Sanghai semakin bulat. Apalagi sejak Ayah mengizinkan. Tetapi jika seseorang telah menggeser posisinya dari ranking satu, itu tak masalah, ia sudah menyiapkan uang tabungannya yang sengaja ia buat jaga-jaga jika situasi dan keadaan berubah.
"Yuju... !"
Dari arah kejauhan Eunha berteriak melambaikan tangan. Gadis itu sudah sedari tadi berdiri di sana menunggu kepastian tentang nilai ujian akhir yang akan menentukan nasib dan juga masa depannya.
"Sudah keluar hasilnya?" Tanya Yuju ketika sampai di tempat Eunha berdiri.
Eunha menggeleng. "Sepertinya kita yang datang terlalu pagi."
Bukan karena terlalu pagi. Tetapi, untuk murid kelas satu dan dua sengaja diliburkan, menjadikan Keadaan sekolah sedikit sepi. Hanya murid kelas tiga yang dianjurkan masuk (tidak diharuskan), Karena Mereka masuk hanya demi melihat hasil pengumuman.
"Yoseob tidak datang bersamamu?"
"Dia sedang menikmati hari kemerdekaan" Ucap Yuju cuek. Yoseob sengaja tidak masuk hari ini hanya untuk hibernasi. Padahal, sepulang dari sekolah dan melihat hasil ujian, ia ingin jalan-jalan ke Jinan. Tempat yang dulu Yoseob pernah mengajaknya tetapi urung. Sekarang giliran Yuju yang menagih, tapi Yoseob seolah enggan pergi.
"Biar kutebak, jangan-jangan dia sekarang sedang bermimpi jalan-jalan ke Eropa?" Tawa Eunha.
"Hmm... bisa jadi." Yuju ikut tertawa.
Beberapa menit kemudian, Guru Park, wali kelas mereka berjalan di kordor menuju tempat majalah dinding berada. Menempelkan selembar kertas yang terbentang panjang pada kaca mading.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Think I Love You (✔️)
RandomStatus: Done √ Yang Yoseob X Choi Yuna {Yuju} 하이라이트 X 여자 친구 Yuju merasakan Harinya sial saat pertama kali bertemu Yang Yoseob, si murid baru yang angkuh dan menyebalkan. Kesialan itu semakin bertingkat saat fakta mengungkapkan bahwa Pria itu adala...