Janji Yuju untuk selalu membuatkan Ayah sarapan kacau total untuk hari ini. Alhasil, Tuan Choi yang terburu-buru untuk segera pergi ke kedai harus mendadak memasak karena tidak ada sajian apa-apa di balik tudung saji.
Ia masih sempat mengoceh-ngoceh sambil beraktivitas terburu-buru, persis seperti ibu-ibu kalang kabut. Ia tak tahu apa yang sebetulnya terjadi dengan putrinya saat ini. Yang jelas gadis itu membuat jadwal paginya sedikit kacau. Ia bisa saja makan di luar, tapi Yuju? Entahlah,sejak dulu ia tak bisa meninggalkan Yuju di rumah dengan meja makan kosong.
"Yuna, cepat makan sarapanmu! Ayah harus segera pergi." Ucap Ayah ketika menggeser pintu kamar.
Yuju tak menyahut. Gadis itu masih meringkuk di atas ranjang, menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Persis seperti mayat.
"Kau sakit?" Ayah menghampiri
"Tidak!"
"Ayo, buka selimutmu! Apa seperti ini kebiasaan seorang sarjana lulusan Sanghai Unniversity?" Ucap Ayah menyindir.
"Aku sedang malas, aku mengantuk, Ayah." Ucapan Yuju yang tertimbun selapis kain selimut terdengar lesu dan tak bersemangat.
"Astaga, apa saja yang kau lakukan semalam?"
"Menonton drama." Singkat Yuju berbohong agar Ayah tak terus memberondonginya dengan pertanyaan. Gadis itu sungguh ingin sendiri dan merenungi nasib kisah asmaranya yang telah berakhir secara tragis.
"Ya sudah, Ayah berangkat. Kau cepat bangun dan sarapan. Oh iya, sore ini akan ada tamu. Kau bersihkan dan rapikan rumah."
"Hemm." Sahutnya singkat. Ia sebetulnya tak peduli siapa tamu itu. Ia mungkin akan menghabiskan harinya dengan berkurung di kamar tanpa melakukan apa-apa.
"Dasar pemalas!" Ucap Ayah singkat sambil keluar berlalu dari kamar.
Sepeninggal Ayah, beberapa saat itupun Yuju membuka selimut. Memperlihatkan lingkaran hitam pada area mata. Gadis itu menghabiskan malam panjangnya dengan menangis dan menangis.
Bukankah ia meyakinkah hati sendiri, jika nanti mereka saling bertemu, namun semua sudah berubah, maka ia akan mencoba berlapang hati.
Penyesalan memang tak selalu muncul di awal. Semestinya sejak awal berpisah ia sudah mulai melupakan Yoseob jika sudah tau begini akhirnya. Tapi sayangnya harapan-harapan yang telah ia tumbuhkan dalam hati tak ayal membuat gadis itu sulit beradaptasi akan kata melupakan.
Kejadian satu malam itu benar-benar membuat Yuju terpuruk luar biasa. Bagaimana mungkin sekarang Yoseob akan melamar pacarnya. PACARNYA! Dan tentu bukan Yuju. Yoseob akan bahagia, sementara Yuju? Entah butuh berapa windu untuk menerima?
****
Yuju benar-benar tak melakukan apa-apa sepanjang hari ini. Ia malas dan tak ada setitik semangat dalam diri. Bersandar pada bingkai jendela kamar, Otaknya selalu dengan otomatis memutar kenangan-kenangan itu. Ia begitu merindukan Yoseob selama ini, tapi kenyataan telah memporak-porandakan perasaannya.
Semestinya ia bahagia jika melihat orang yang dicintainya itu akan berbahagia, tapi entah mengapa sisi lain hatinya sulit menerima. Dalam hati ia selalu menyesali, betapa ia tak beruntung dalam urusan ini. Tetapi bukankah terus menerus terpuruk tidak akan membuat ia menjadi lebih baik. Bagaimana ia mencari cara agar bisa sepenuhnya menghapus segala rasa itu?
Mungkin dengan menghilangkan sesuatu yang berhubungan dengan Yoseob, maka perlahan ia bisa melupakan? Semoga.
Yuju berjalan ke arah ranjang, lantas mengambil sesuatu dalam nakas selorokan paling bawah. Sebuah kotak kardus berisi segala yang membuat perasaan Yuju campur aduk. Senyum dan tangis membaur dalam kamar saat ia menatap isi kardus itu. Mungkin inilah saat ia harus melupakan. Sudah saatnya ia mulai belajar memahami arti merelakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Think I Love You (✔️)
AcakStatus: Done √ Yang Yoseob X Choi Yuna {Yuju} 하이라이트 X 여자 친구 Yuju merasakan Harinya sial saat pertama kali bertemu Yang Yoseob, si murid baru yang angkuh dan menyebalkan. Kesialan itu semakin bertingkat saat fakta mengungkapkan bahwa Pria itu adala...
