BAB 14

190 25 0
                                        

"Lain kali jangan membuatku tergoda dengan si Merah Delima."

Malam ini mata Yuju menatap kagum akan bulan yang menyabit dengan cahaya redupnya. Dari jendela sini gadis itu tak hentinya memandangi langit malam bertabur bintang yang membentuk ribuan farmasi,  Tak terhitung jumlahnya. Mungkin hampir sama seperti gadis itu yang entah berapa kali mencoba melupakan kejadian di sekolah beberapa waktu yang lalu.

Hal yang wajar jika itu dilakukan oleh Yoseob. Pria itu sekarang jelas-jelas adalah kekasihnya, seharusnya ia mulai terbiasa dengan hal semacam itu.

Sama halnya dengan pasangan lain yang mungkin terbiasa,  Kenyataanya perasaan Yuju selalu seperti ini, selalu berdebar-debar saat pria itu mendaratkan ciumanya.

Padahal pria itu selalu melakukannya lebih dari lembut. Wajah  Yuju selalu merona setiap memikirkan hal itu.

Lamunan Yuju seketika tersentak ketika Ayahnya menggeser pintu. Gadis itu menyudahi lamunannya dan menoleh pada seseorang yang baru saja menghampiri dirinya.

"Udara dingin, kenapa kau berdiri di sana?"

"Bulan sabitnya sangat indah."

"Ayah pikir kau sedang sibuk menghitung bintang." Ucapnya bercanda.

Yuju tersenyum. "Ayah sudah makan malam?"

"Ayah baru saja mau memanggimu untuk makan malam."

"Apa menunya?"

"Ada Bibimbap. Sudah cepat keluar!"

"Ayah! Boleh aku ke rumah Yoseob Oppa?"

"Apa yang akan kau lakukan?"

"Mengambil buku catatan." Ucapnya beralasan.

"Kalau begitu sekalian kau ajak dia makan bersama di sini?"

Yuju berbinar ketika Ayahnya mengizinkan. Terlebih mengajaknya makan malam bersama.

"Kalau begitu aku akan segera membawa dia kemari." Ucapnya bersemangat.

*****

Gadis itu terlihat ragu untuk mengetuk  Bahkan untuk melangkah mendekati pintu.  Mungkin saja Yoseob sudah tidur dan dia akan menganggunya beristirahat.

Tetapi pintu itu tiba-tiba terbuka sebelum ia menyentuhnya sama sekali. Terlihat seorang pria dengan mantel putih tulang membawa kantong plastik besar berisi sampah.

"Eoh... sejak kapan ada di situ?"

"Baru saja." Jawabnya singkat.

Yoseob meletakkan bawaanya dan batal membuang sampah. Pria itu menyeret Yuju masuk ke dalam rumah.

"Merindukan aku?" Ucapnya percaya diri. Memojokkan Yuju di tembok. Menatap kekasihnya itu dengan pandangan seduktif.

Yuju tersenyum dan mengangguk, tak mengelak dengan tuduhan Yoseob baru saja dilontarkan. Ia memang merindukan Yoseob, dua hari ia berada di rumah Neneknya dan menginap di sana.

"Aku juga, bahkan sangat sangat sangat merindukanmu." Ucapnya terang-terangan. Membuat gadis itu tak bisa menyembunyikan kuluman senyum.

"Kau sudah makan?"

Yoseob menggeleng, "baru saja aku mau menyeduh ramen cup."

Yuju berdecak, menyentil kening Yoseob dengan sedikit keras,"Dasar idiot! Kau harus makan nasi."

Yoseob terpingkal. Idiot itu panggilan 'sayang'  Yoseob untuknya, tetapi tanpa ijin ia menggunakan kata yang sudah di hak patenkan.

"Kau menjiplak ucapanku."

I Think I Love You (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang