Happy Reading!!!
Begitu aku nyampe rumah sakit, aku langsung lari masuk menuju UGD. Aku meninggalkan Natasya di lobby. Aku sangat khawatir sama Ayah, aku takut terjadi sesuatu sama Ayah.
Aku melihat Bunda sedang duduk diantara Arka dan Mas Angga. Aku langsung memeluk Bunda dan menangis dipelukan Bunda.
"Bunda, Ayah. Ayah kenapa bun, Ayah ga kenapa-kenapa kan bun?" Aku menangis sambil menatap Bunda, mata Bunda sudah berkaca-kaca.
"Kak,"
"Ayah mana Bun, Ayah baik-baik ajakan Bun?"
"Ayah pingsan di kamar mandi. Ayah tidak jatuh, hanya saja memang Ayah kondisinya lagi gabaik dari kemarin, dan puncaknya tadi pagi. Ayah sakit, lo tau Ayah kalau udah banyak pikiran dan stress akan mengganggu kesehatannya. Jadi tadi Bunda lagi ngupas buah di dapur, Ayah mau ke kamar mandi dan nekat sendiri dan akhirnya pingsan." Arka yang menjawab pertanyaanku. Dan aku langsung terduduk di lantai dan menangis sejadi-jadinya. Bunda memelukku dan menangis di pelukanku.
"Maafin Sandra bun, Sandra salah. Ga seharusnya Sandra bersikap kayak gitu, dan buat Ayah kepikiran dan sakit. Sandra nyeseal bun. Sandra minta maaf."
"Kak, udah gapapa. Wajar kamu kayak gini, orangtua akan selalu memikirkan anak-anaknya dan buat orangtuanya khawatir. Ayah tidak apa-apa kak."
"Dimana Ayah sekarang bun? Sandra mau lihat Ayah."
"Ayah lagi dipindahin keruangan. Nanti kalau udah siap kita jenguk Ayah ya." Aku mengangguk di pelukan Bunda.
Ayah sudah di pindahkan keruangannya, dan dari tadi aku duduk disebelah Ayah sambil menggenggam tangan Ayah. Kalau tadi terjadi sesuatu sama Ayah aku ga akan bisa memaafkan diriku sendiri. Aku benar-benar bodoh sudah membuat Ayah seperti ini. Ayah maafin Sandra. Ga henti-hentinya aku selalu meminta maaf ke Ayah. Mas Angga sedang mengurus administrasi, jadi tinggallah aku, Bunda dan juga Arka.
Aku merasakan ada pergerakan di tanganku, dan aku melihat mata Ayah mulai terbuka, aku bangkit dan langsung memeluk Ayah, aku kembali menangis di pelukan Ayah.
"Ayah, maafin Sandra. Sandra ngaku salah dan Sandra menyesal, maafin Sandra yah."
"Kak, Ayah sesak." Aku yang sedang memeluk Ayah langsung melepaskan Ayah
"Maaf yah, ga maksud."
"Kak, ambilkan Ayah minum, Ayah haus kak." Aku langsung menuangkan air ke gelas yang berada di atas nakas kemudian memberikannya kepada Ayah, setelah selesai aku meletakkan kembali ke atas nakas.
"Yah, maafin Sandra, ga seharusnya Sandra---. "
"Kak, Ayah gapapa."
"Tapi gara-gara Sandra Ayah---.. "
"Kak dengarkan Ayah, anak perempuan akan selalu membuat Ayahnya khawatir. Jadi Kak, Ayah ga marah dan Ayah ga kenapa-kenapa udah jangan nangis lagi. Ayah ga suka anak Ayah nangis."
"Iya yah, tapi kan yah---.. "
"Kak udah ya, kalau emang Kakak belum siap gapapa, Ayah akan terima."
"Enggak yah, lagian Sandra sama Satrya belum ada bahas mengenai pernikahan, Satrya juga belum ada ngomong mau serius atau menuju kesana yah."
"Nak Satrya mungkin belum ngomong sama kamu, karna kamu sendiri pun belum ada tanda-tanda ingin kesana, tapi kak nak Satrya udah ngomong sama Ayah dan minta restu sama Ayah. Nak Satrya udah lama minta izin mau serius sama kamu dan bawa kamu kepernikahan. Satrya serius sama kamu kak, pria yang baik dan bertanggung jawab itu adalah pria yang mau ngajak serius dan ngomong langsung sama Ayahnya dan minta restu. Makanya Ayah izinin dan Ayah ngedukung Satrya berhubungan sama kamu. Kamu tau sendiri kak gimana Ayah sangat selektif milih untuk pasangan kamu." Aku kaget saat Ayah bilang kalau Satrya udah ngomong masalah ini sama Ayah dan mala minta restu. Astagah priaku itu sungguh luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
Literatura KobiecaMengandung konten 21+ Terdapat kata-kata kasar dan Vulgar yang ga cukup umur mohon undur diri Yang belum bisa berdamai dengan masa lalu boleh baca cerita ini dan temuakan rahasia-rahasia besar yang tak terungkap.