Happy Reading!!!
Aku baru saja selesai memberikan Ayah makan siang. Aku berhasil membujuk Bunda tadi malam untuk pulang, walaupun akhirnya pagi tadi Bunda datang lagi.
Dan disinilah aku masih diruangan Ayah bersama dengan Bunda. Aku juga tidak bekerja, sesuai dengan perkataan Satrya tadi malam. Ada yang mengetok pintu ruangan Ayah, aku berjalan menuju pintu dan membukanya. Satrya datang bersama dengan kedua orangtuanya.
Aku tersenyum dan mempersilahkan mereka masuk. Aku mencium telapak tangan kedua orangtua Satrya.
"Maaf ya tante, Sandra gabisa kerumah tante." Aku baru wa Satrya tadi untuk minta maaf bilang ga jadi hari ini ke rumahnya untuk bertemu dengan Mamanya.
"Gapapa sayang, Ayah kamu lebih penting. Di lain waktu juga bisa kok,"
"Bagaimana pak Wijaya keadaannya?"
"Sudah baikan pak, terimakasih keluarga sudah menjenguk saya."
"Gapapa pak, namanya juga calon besan jadi harus seperti ini." Deg perasaanku saat Papa Satrya bilang calon besan seperti berdebar-debar.
"Makasih loh pak, jeng sudah datang." Bunda memngucapkan terimakasih kembali.
"Biasa jeng gapapa, ini kita bawain buah. Hanya ini yang kita bawa."
"Wah ga perlu repot-repot jeng, tapi makasih ya." Bunda mengambil parsel buah dari Mama Satrya.
"Cepat sembuh ya om."
"Terimakasih ya nak."
"Oh iya, besok kayaknya kita ga jadi pergi deh. Di undur aja ya, Ayah masih sakit aku gabisa ninggalin Ayah."
"Kak," Ayah memanggilku.
"Pergilah kak, Ayah udah gapapa."
"Tapikan yah---.."
"Kak dengarkan Ayah, besok Ayah sudah boleh pulang. Ada Bunda yang akan urus Ayah. Selagi kalian ada waktu pakailah waktunya untuk kalian bersama, kamu juga butuh refreshing kak. Dengarkan Ayah kali ini ya kak." Jujur sebenernya aku ga tenang buat meninggalkan Ayah, tapi Ayah benar ada Bunda yang akan urus Ayah, dan aku butuh refreshing, masalah ini kemarin menguras tenaga dan pikiranku.
"Iya Ayah, Sandra bakalan pergi"
"Yaudah kalau gitu kita berangkat pagi, aku jemput kamu jam 7 pagi ya." Aku tersenyum dan mengangguk.
Huh semoga bebanku nanti bisa hilang, semoga tidak ada masalah lagi yang dekat. Hal kayak gini sangat menguras pikiran, hati dan tenaga.
*****
Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, aku turun ke bawah aku ingin minum, aku lupa membawa minum biasanya aku selalu ingat sepertinya aku kecapekan sekali karna jam 8 malam tadi aku sudah tidur.
Yang menjaga Ayah dirumah sakit adalah Bunda, Bunda menyuruhku pulang karna aku harus istirahat untuk berangkat ke Bandung. Aku melihat lampu dapur hidup, siapa yang jam segini ada di dapur?
Semakin mendekat aku melihat ternyata itu Arka. Arka ada di dapur jam segini? Dan pakaiannya, itu pakaiannya terakhir saat kami bertemu kemarin dirumah sakit. Apa Arka tidak pulang dari kemarin? Astagah Arka, apa yang terjadi padamu. Kenapa, ada apa pada Arka?
"Baru pulang lo jam segini?" Aku melihat ada keterkejutan di diri Arka kemudian Arka kembali seperti semula biasa aja. Dia hanya diam, kemudian melewatiku begitu aja.
"Kemana aja lo? Kenapa ga pulang dari kemarin?" Dia berhenti menghadap gue.
"Bukan urusan lo. Dan ga usah ngurusin hidup gue. Urus aja diri lo sendiri." Dan setelah itu Arka naik ke atas dan meninggalkan gue sendiri di dapur.

KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
ChickLitMengandung konten 21+ Terdapat kata-kata kasar dan Vulgar yang ga cukup umur mohon undur diri Yang belum bisa berdamai dengan masa lalu boleh baca cerita ini dan temuakan rahasia-rahasia besar yang tak terungkap.