Happy Reading!!!
Aku baru saja selesai meeting, memaparkan laporan keuangan bulanan. Akhir-akhir ini pikiranku disibukkan dengan laporan keuangan. Ada beberapa hal yang harus ku revisi, anggotaku dua orang sedang mengambil cuti. Jadi beban paling banyak di bebankan padaku.
Huh, aku bersyukur akhirnya aku selesai mempertanggung jawabkan setidaknya bebanku bulan ini setidaknya selesai dulu. Kesusahan yang akan datang jangan di pikirkan dari sekarang, karna itu akan menjadi beban dalam menjalani hidup nantinya.
Aku bersyukur Satrya terus menyupportku dan tidak meninggalkanku, bahkan dia juga ikut membantuku, walaupun tidak bisa membantu banyak setidaknya dia berada disampingku dan menemaniku itu lebih dari cukup bagiku.
Ditambah beban pikiranku bertambah, Ayah dan Bunda pergi ke Singapura untuk mengecheck kesehatan Ayah. Ayah sering gampang lelah katanya, jadi Ayah ingin mengecheck kesehatannya, manatau ada yang parah di alami Ayah.
"Kamu capek banget ya?" Aku bersandar di kursiku sambil memejamkan mata, Satrya menemaniku dan memijat keningku.
"Iya, anggotaku cuti, belum lagi pikiranku sama Ayah, aku takut ada sesuatu hal sama Ayah."
"Jangan berpikiran yang macam-macam sayang. Harus optimis kalau Ayah kamu ga kenapa-kenapa. Apa kamu cuti aja ya untuk refreshing, kamu butuh refreshing kayaknya ditambah kamu juga capek kan menyiapkan pernikahan kita."
"Enggak ahh, aku ga mau terlalu enak kayak gitu. Lagian jatah cuti aku udah pas untuk pernikahan kita dan bulan madu kita." Aku membuka mataku dan menatap Satrya.
"Gapapa, aku kasih kamu lebih jatah cuti."
"Enggak ahh, aku ga mau dapat perlakuan istimewa kayak gitu, aku mau sama kayak yang lainnya, walaupun kamu pacar aku sekalian bos aku tapi aku ga mau gitu ahh, apa kata yang lainnya nanti kalau aku kayak gitu."
"Sekali-sekali gapapa kalau kamu---"
"Enggak sayang udah ahh." Aku mengambil telapak tangan Satrya yang ada dikepalaku, lalu ku kecup.
Anggotaku langsung masuk begitu saja ke ruanganku sambil terengah-engah, aku dan Satrya kaget melihatnya.
"Maaf Pak, mbak saya ga sopan. Tapi ini darurat. Ada yang mencari Mbak Clarinta dibawah, dia marah-marah karna tidak diizinkan untuk bertemu dengan Mbak, dia memaksa ingin bertemu. Satpam sudah mencoba mengusirnya tapi dia mala berontak."
"Siapa dia?" Aku langsung berdiri.
"Gatau namanya siapa mbak, tapi dia seorang pria."
Aku berlari menuju lift untuk turun kebawah melihat siapa yang datang, Satrya mengikutiku dari belakang. Di dalam lift dia menggenggam tanganku dan mengelus keningku yang berkerut. Itu caranya Satrya menenangkanku saat aku sedang panik.
Setelah lift berhenti aku langsung berlari kearah depan, dan aku mendengar suara keributan. Setelah sampai depan aku melihat dia ada disana. Seseorang yang dalam satu minggu ini kuhindari dan kucoba untuk tidak pikirkan.
Semenjak dia datang dan muncul dihadapanku, Semenjak itu hidupku tidak tenang lagi. Hari-hariku dihantui olehnya, hari-hariku berubah menjadi kelam. Setiap hari aku berusaha untuk tidak memikirkan dan mengingat lagi tentangnya, dan aku berhasil melalui itu.
Tapi sekarang dia datang kembali dan menghancurkan semuanya. Dia nekat datang sampai kekantorku, ini udah ga benar lagi. Satu minggu ini dia menerorku dengan menelvoniku, dan sekarang dia datang kesini untuk mengusikku.
Waktu itu Satrya tidak menanyakan alasan kenapa aku menangis, aku lega akhirnya Satrya tidak ingin memaksaku untuk bercerita dan Satrya tidak ungkit. Jikalau begini, tidak mungkin Satrya tidak bertanya siapa Devano, dan kenapa dia sampai datang ke kantor dan membuat ulah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
ChickLitMengandung konten 21+ Terdapat kata-kata kasar dan Vulgar yang ga cukup umur mohon undur diri Yang belum bisa berdamai dengan masa lalu boleh baca cerita ini dan temuakan rahasia-rahasia besar yang tak terungkap.