Happy Reading!!!
Sudah sebulan sejak aku dan Satrya ke Bandung. Keadaan Ayah sekarang sudah baik, bahkan Ayah sudah bisa keluar kota lagi untuk acara pertemuan dan sebagainya. Bagaimana dengan Arka?
Hubunganku dengan Arka masih sama seperti yang terakhir. Arka jadi jarang dirumah, saat aku dirumah. Hubungan Arka dan Ayah pun merenggang karnaku. Aku jadi semakin bingung harus bagaimana.
Bunda yang selalu didengarkan oleh Arka aja kali ini tidak didengarkan oleh Arka. Ga ada satupun dari kami yang didengarkan, apalagi aku. Dia sangat memusuhiku sekali. Saat di rumah Arka menganggapku ga ada. Itu membuat aku jadi sedih.
Aku tersadar dalam lamunanku saat ponselku berdering. Aku melihat nama yang sedang memanggilku yaitu Natasya, aku menjawab telvon dari Natasya.
"Iya, kenapa Nat?"
"Lo ga lupakan nemeni gue besok?"
"Iya gue ga lupa." Aku sudah janji sama Natasya besok buat nemeni dia bagi undangan dan ngecheck baju pernikahannya. Satu bulan lagi dia akan melepas masa lajangnya. Huh semoga nanti aku akan segera menyusul bersama Satrya.
"Lo di antar Satrya atau gue jemput?"
"Lo jemputlah, kan lo yang butuh gue. Kok jadi nyuruh-nyuruh Satrya sih."
"Kok lo jadi sewot sih sama gue? Kenapa dia masih sibuk dan ga ngehubungin lo?" Ya udah seminggu ini aku uring-uringan karna Satrya ga ada kabar. Dia lagi sangat sibuk dalam seminggu ini dan ga ada mengabarinku. Dia cuma bilang dia bakalan sibuk dan karna ada proyek yang sedang ditangani langsung olehnya, dan setelah itu dia tidak ada mengabariku.
"Resek lo, udah ya gue tutup, bye!" Aku langsung menutup telvon dari Natasya. Aku kesel kalau harus di ingat-ingat kembali betapa sibuknya Satrya seminggu ini. Karna aku merindukannya.
Aku gatahan nih kayak gini, aku harus datang menemui Satrya ditempat proyeknya itu, aku ga mau tau aku harus ketemu. Sesibuk apa emangnya sampe dia ga bisa mengabariku.
Aku pergi kelantai atas, aku ingin menanyakan kepada kesekretarisnya lokasi proyeknya yang baru. Setiba di atas, aku melihat Sisil sekretaris Satrya yang centil sedang bekerja, tumben sekali anak ini sibuk. Aku berdehem agar dia sadar aku datang.
"Eh, mbak Clarinta. Mau cari pak Satrya? Pak Satrya nya lagi ga ada diruangan mbak."
"Iya saya tau. Saya kesini mau nanya alamat baru proyek baru yang sedang dikerjakan oleh Pak Satrya. Ada hal yang harus saya urus sama Pak Satrya."
Biarkan kali ini aku menggabungkan urusan pribadi dan urusan kantor. Biarkan kali ini aku memanfaatkan statusku yang menjadi pacar Satrya sekaligus bos tempatku bekerja. Biarkan kali ini seperti ini.
"Oh maaf mbak, kata Pak Satrya kalau mbak yang tanya gaboleh dikasih tau. Dan oh iya bentar mbak ada pesan dari Pak Satrya."
Apa-apaan Satrya kayak gini, baru kali ini dia kayak gini. Dia ga ingin aku tau dimana proyek barunya. Astagah kenapa lagi dengan Satrya. Kemarin Arka sekarang Satrya, lalu besok siapa lagi?
"Ini mbak,"
Sisil memberikanku sebuah paper bag. Aku mengerutkan keningku, setelah tidak ingin memberitahuku dimana proyek barunya, dia mala memberikanku hadiah? Biasanya apa bila seseorang tiba-tiba berubah dan menyembunyikan sesuatu kemudian tiba-tiba memberikan sebuah hadiah atau kejutan, dia ingin menyembunyikan suatu kesalahannya.
"Makasih, saya permisi dulu." Aku langsung kembali turun kebawah dan masuk kedalam ruanganku. Aku membuka paper bag itu dan melihat ada sebuah kertas aku melihat dan membacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
Chick-LitMengandung konten 21+ Terdapat kata-kata kasar dan Vulgar yang ga cukup umur mohon undur diri Yang belum bisa berdamai dengan masa lalu boleh baca cerita ini dan temuakan rahasia-rahasia besar yang tak terungkap.