POV SANDRA
Aku berpikir bahwa aku adalah wanita yang paling berbahagia. Kenapa? Karena aku bisa memiliki Satrya dalam hidupku. Aku sangat beruntung dan bersyukur memiliki Satrya dan bisa memiliki suami sebaik Satrya. Bukan hanya wajah yang tampan tetapi kepribadian yang dimiliki Satrya dan terutama cinta yang diberikan Satrya padaku membuatku sangat bersyukur.
Aku mendapatkan cinta yang begitu besar dan begitu tulus yang diberikan Satrya padaku. Aku yang bodoh kalau pada akhirnya aku tidak benar-benar peka dengan cinta yang nyata itu. Tetapi aku bersyukur akhirnya aku sadar dan memilih cinta yang begitu besar.
Dari Satrya aku belajar banyak soal pengorbanan sama hal yang dilakukannya untukku. Mungkin apabila tidak ada Satrya maka kini hidupku tak lagi sama. Satrya benar-benar malaikat tak bersayap yang Tuhan kirim untuk menolongku.
"Aku tahu kalau aku tampan." Kata-kata Satrya membuatku sadar dari lamunanku. Aku menghela nafas pura-pura malas mendengar perkataan Satrya.
"PD banget sih kamu."
"Jadi aku ga tampan?" Tanya Satrya lagi membuatku jengkel dan meninggalkannya yang sedang mengerjakan pekerjaannya di ruang tengah dengan laptop di depannya. Aku ke dapur dan mengambil cemilan untuk kumakan. Aku kembali lagi menemani Satrya yang sedang berkutat dengan laptopnya dan kacamata yang bertengger di hidungnya sebagai penyangga.
"Sat besok beli testpack lagi yuk. Aku udah lama ga ngecheck." Sekarang gentian Satrya yang menghela nafasnya dengan kasar. Ia duduk disampingku dan menggenggam tanganku.
"Kamu baru check dua minggu yang lalu sayang."
"Manatau udah ada hasilnya Sat." Satrya tersenyum menatapku, aku tahu senyum ini.
"Sayang anak itu dari Tuhan, sekuat apapun kita berusaha kalau Tuhan tidak izinkan untuk saat ini kita miliki maka berarti Tuhan belum mempercayakan anak itu pada kita. Berarti Tuhan mau membentuk kita dulu sampai benar-benar siap. Semakin kamu kepikiran kayak gini nanti kamu stress gimana bisa berhasil. Kata dokterkan kamu ga boleh stress." Ya Satrya benar bahwa aku benar-benar kepikiran sampai pada ketahap stress karena saat ini kami masih memiliki belum mempunyai anak.
Sudah hampir dua tahun kami membina rumah tangga tetapi tetap saja kami masih belum dikaruniai anak. sampai aku memaksa Satrya untuk melakukan test apakah ada yang salah diantara kami dan ternyata kami baik-baik saja. Bahkan kami sampai mengikuti program untuk kesuburan tetapi tetap saja kami masih belum dikarunia anak.
Satrya sangat sabar sekali menghadapiku dalam ini, tingkah lakuku yang aneh. Perasaanku yang nano-nano sampai pada emosiku yang tidak stabil. Bahkan sudah banyak makanan untuk kesuburan ku konsumsi tetapi tetap saja kami belum dikarunia anak sampai sekarang. Mungkin ini yang menjadi ujian cinta dalam perjalanan pernikahan kami.
Umur Satrya sudah semakin bertambah dan teman-teman Satrya sudah banyak memiliki anak bahkan sudah sampai lebih dari satu, tetapi kini Satrya belum punya satupun membuatku semakin gelisah karena belum bisa memberikan anak pada Satrya. Aku tahu bahwa Satrya sangat menginginkan anak walaupun ia tutupi.
"Kalau kamu berpikir itu karena aku kamu salah sayang. Pernikahan kita sudah sempurna ada ataupun tidak anak tetap pernikahan kita sempurna karena Tuhan yang mempersatukan itu maka kita harus bersyukur. Punya kamu sepanjang hidup aku aja udah syukur banget buat aku sayang." Aku menangis mendengar perkataan Satrya selalu saja seperti ini, aku yang selalu tidak pernah bersyukur dengan apa yang Tuhan kasih. Terus merasa kurang tanpa tahu bahwa ternyata Tuhan sedang mempersiapkan yang terbaik untukku.
"Sat aku.."
"Iya sayang iya gapapa udah ya." Kata Satrya memelukku dan menepuk bahuku untuk menenangkanku.
"Kamu kayak gini terus aku malanya jadi kepikiran sama kamu terus dan kamu akhirnya juga stress ga jadi deh. Kita udah usaha sayang, aku udah ikutin semua mau kamu dengan cara kita tapi lihat apa bisa dengan cara kita? Enggakkan sayang jadi biarkan pakai cara Tuhan okay?" Aku menganggukkan kepalaku di dalam pelukan Satrya.
"Mending kita buat aja yuk daripada gini." Satrya menggodaku dan aku memukulnya. Tetap saja aku masih malu kalau bahas kayak gituan walaupun Satrya adalah suamiku. Ahhh kata suami membuatku merasa bersyukur memiliki Satrya sebagai suami yang menjadi teman hidupku sampai maut memisahkan kami.
Semenjak kami menikah Satrya lebih terbuka padaku dan banyak hal yang akhirnya aku sadar bahwa Satrya mempunyai sifat-sifat yang dia sembunyikan selama ini. Sikap manja, jail, dan jangan lupakan kalimat-kalimat vulgar yang akan dia katakan. Semenjak menikah Satrya sudah semakin berani membuatku harus bisa menyikapinya.
Karena terkadang aku malu, senang sekaligus jengkel melihat Satrya. Tapi itu semua tidak bisa membuatku ragu akan cintanya ataupun membuat cintaku semakin berkurang padanya mala semakin bertambah. Karena Satrya mempunyai hal-hal yang membuatku takjub dan semakin membuatku semakin mencintainya. Mungkin Satrya pake pellet cinta kali ya hahaha
Tapi aku yakin bahwa Satrya mempunyai cinta yang tulus itu yang menjadi dasar sehingga hubungan kami seperti ini. Aku juga tidak menyangka bahwa Satrya sudah memendam perasaanya padaku selama itu. Bahkan yang lebih tidak ku sangka lagi bahwa Satrya dibalik semua pertolongannya untuk membuatku bangkit.
Dari sana aku menyadari bahwa memang benar cinta seorang Satrya yang tulus dan pengorbanan yang dimilikinya untukku mampu membuatku sadar dan merasakan bahwa inilah cinta yang sesungguhnya. Maka benarlah bahwa Satrya memang malaikat tak bersayap yang Tuhan kirimkan padaku untuk menolongku.
Setiap orang memiliki matahari mereka masing-masing yang menghangatkan hati mereka dan membuat mereka tumbuh. Terkadang kita kehilangan cahaya itu, dan terjebak dalam kegelapan. Tapi tidak perlu takut karena jalan di depan gelap, karena besok matahari akan terbit kembali.
Ini yang ku alami bagaimana awalnya aku ketakutan dengan kehilangan apa yang kumiliki bahkan sampai menyalahkan diri tapi ternyata untuk mendatangkan matahari untuk kembali terbit butuh proses dan lihat hasilnya sangat menyenangkan. Maka kini matahariku sudah kembali dan kumiliki selamanya.
Ingatan yang membuatku hilang pada saat itu bukan berarti hilang dariku. Karena kenanganku dari saat itu ada di tempat terdalam di bawah kesadaran. Apakah aku menginginkannya atau tidak, aku sudah kehilangan ingatannya dan menanti untuk diingat suatu saat nanti.
Maka waktu itu tiba ketika aku tahu bahwa ada cinta yang begitu tulus. Kenangan yang berusaha untuk kulupakan karena sangat menyakitkan digantikan oleh kengangan yang baru yang sangat indah beserta dengan orang yang membuat kenangan itu jauh lebih indah dan sempurna.
Maka kini aku memahami bahwa DIA lah selama ini yang aku inginkan.
DIA yang ternyata ku sayang.
DIA yang ternyata paling aku cintai.
DIA yang selalu ada untukku.
DIA yang mengubahkanku.
DIA yang mengertiku.
DIA yang menyayangiku dengan tulus dan mencintaiku dengan tulus.
DIA yang rela berkorban untukku.
DIA yang selalu menjadikanku prioritasnya.
DIA yang berhasil meluluhlantakkan hatiku.
DIA yang mempunyai tempat yang paling dalam di hatiku.
Dan hanya DIA yang menjadi teman hidupku.
Ya DIA adalah Satrya Bagaswara pria yang mencintaiku tanpa ada alasan apapun. Karena dia mencintaiku karena aku adalah Clarinta Alexandra Wijaya wanita yang sangat menyukai hujan. Bukan karena siapa ataupun bagaiamana aku tapi karena aku Clarinta Alexandra Wijaya.
Terimakasih DIA Satrya Bagaswara buat cinta yang besar dan tulus itu karena cinta yang kamu miliki dan berikan padaku membuatku menjadi wanita yang paling berbahagia dan kini cintaku sempurna. Hidupku sempurna karna ada kamu yang menyempurnakannya. I love you Satrya Bagaswara.
Clarinta Alexandra Wijaya
THE END
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
ChickLitMengandung konten 21+ Terdapat kata-kata kasar dan Vulgar yang ga cukup umur mohon undur diri Yang belum bisa berdamai dengan masa lalu boleh baca cerita ini dan temuakan rahasia-rahasia besar yang tak terungkap.