Bagian 33

10.2K 1.1K 66
                                    

Lena Pov 

aku tersenyum lebar sembari memberikan bungkus obat pada seorang nenek-nenek dengan tongkat kayunya, kulihat jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 12 siang yang artinya sudah waktunya untukku istirahat di kantin. 

"Len, ayoo..." seorang wanita dengan pakaian perawatnya menyapaku di luar dinding pembantas 

aku tersenyum lalu membereskan bungkus obat-obat yang terlihat berantakkan karna ulahku setelah itu akupun keluar dari ruangan itu dan menemui wanita berambut pendek di atas bahu tersebut 

dia menggandengku hingga kami sampai di ruang kantin, kantin selalu ramai akan para pekerja. semua pekerja mulai dari suster,Farmasis,Dokter, Cleaning service bahkan satpam semua akan menjadi satu di tempat ini. 

Walaupun rumah sakit ini masih lebih kecil dari tempatku bekerja tapi rumah sakit ini adalah satu-satunya rumah sakit terlengkap di Desa ini, yah bisa dibilang rumah sakit ini satu-satunya terbesar di tempat ini.

penduduknya juga sangat ramah berbeda dengan rumah sakit dulu aku bekerja, jika di sana kita melihat kedudukan seseorang disini berbeda, bahkan vici dan misi rumah sakit ini adalah mendahulukan pasien ketimbang pembayaran. hebat bukan.

"aku sangat lapar" gerutu wanita berambut pendek tersebut yang langsung menyantap makanannya 

"bukankah kau memang selalu lapar" kataku terkekeh 

"kali ini aku benar-benar sangat lapar, kau tau nenek lampir itu hari ini terus saja mengamuk" ucap Wanita itu lagi masih memakan makanannya

nenek lampir adalah sebutan wanita ini untuk kepala perawat, kepala perawat itu sangat terkenal akan kedisplinan dan tak kenal ampun bila bawahannya melakukan kesalahan. aku saja pernah adu mulut dengan perawat tersebut, karna kesalahan dalam pemberiaan alat perawatan pasien. sebenarnya itu bukanlah kesalahan farmasis ataupun perawat tapi itu adalah kesalahan dokter yang tidak melihat usia dari pasiennya sehingga terjadi perdebatana antara kami. 

"oh iya bagaimana kambar si kembar" ucapnya yang sudah meletakkan sendoknya dengan asal lalu meraih buah pisang sebagai makanan penutupnya 

aku tersenyum lagi, membicarakan dua buah hatiku selalu sukses membuatku tersenyum "mereka sangat baik, bahkan sekarang mereka sudah sangat pandai berbicara" kataku masih tersenyum 

dia mengangguk mengerti "kau tau Len, aku merasa wajah anak-anakmu itu sangat familiar di mataku 

aku meminum jus apelku menatapnya dengan kebingungan "tentu saja, anakkukan anak yang paling tampan sejagat raya, mana mungkin kau bisa melupakannya" kataku terkekeh dan dibalas decihan tidak suka darinya 

"bukan seperti itu tapi--" ucapan wanita berambut pendek itu terpotong saat merasakan seseorang telah menatap kearah mereka saat ini 

kami berdua melihat kearah yang sama, seorang pria dengan kemeja garis-garis birunya berdiri dengan gagahnya di depan meja kami sembari membawa piring berisi makananya

dia memiringkan kepalanya menatap kami "bolehkah?" katanya seakan meminta kami agar dia boleh duduk disini 

wanita berambut pendek itu menelan ludahnya kasar, kemudian dengan cepat dia menggeser tubuhnya dan memberikan tempat pada pria berwajah tampan tersebut 

aku tersenyum melihat tingkah teman segosipku itu saat melihat wajahnya yang penuh akan kegugupan.

"ada apa dengan wajah kalian" tanya pria itu tiba-tiba 

aku mengerjapkan mataku lalu tersenyum kembali sembari melirik wanita berambut pendek itu "tidak ada, hanya saja seseorang terkejut karna kehadiranmu" ucapku dengan kekehan 

HOT GUYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang