Bagian 29

12.1K 1K 87
                                    

"ay--ah" panggil Lena ragu

pria berkacamata itu menatap sekilas lena

"kenapa?" tanya Lena masih saja tidak percaya

ini hanyalah masalah kecil, dia tidak sengaja membakar semua itu.

pria Dewasa itu memutar tubuhnya menjadi berhadapan dengan Lena "karna kau membuat masalah" jawab pria tersebut dengan tatapan datarnya

air mata merembes tanpa bisa di tahan "kenapa ayah begitu membenciku" isak Lena

Pria dewasa itu menatap Lena lagi, dia meletakkan tangannya di sakunya berharap bisa menyanggah sebagian dirinya yang mulai melemah "kau mengingatkanku padanya, dan itu membuatku membencimu" ucapnya lagi

air mata itu semakin banyak turun tanpa di sadari "ta--pi itu bu--kan salahku" sanggah Lena lagi

pria itu menyisir rambutnya dengan jari-jarinya, dia hendak kembali berjalan pergi meninggalkan Lena di tempat itu sendiri.

"apakah aku ini anakmu? jika memang aku bukan anakmu, mungkin aku masih bisa menerima semua perlakuanmu" ucap Lena lagi dengan sedikit kuat

"aku hanya ingin tau kebenaran itu , bisahkah kau menjawabnya" kali ini suara itu mulai melemah seiring langkah pria tersebut yang terhenti

lagi, pria tersebut berbalik menatap Lena, ada tatapan sedih disana namun semua tertutupin oleh tatapan datarnya kembali "kau anak kandungku, jika itu yang ingin kau tau. tapi rasanya sangat sulit tinggal denganmu, kau sangat mirip dengannya dan itu semakin membuat nyeri didadaku selalu muncul saat melihatmu. aku sudah memiliki keluarga baru, tapi ketika aku melihatmu semua masa lalu selalu memutari kehidupanku dan itu membuatku lama-kelamaan berpikir kaulah sumber kelemahanku. jadi kumohon menjauhlah, aku...juga ingin bahagia, tapi bersamamu dan selau melihatmu membuatku selalu melihat kebelakang. itulah alasanku" jawab pria itu dengan panjang lebarnya

Lena mendengar penjelasan pria itu, air mata kembali mengalir namun kali ini dia tidak membiarkan air mata itu membasahi wajahnya. dengan gerakan cepat dia menghapus kasar air mata itu dengan punggung tangannya. senyuman penuh kepedihan terbit di wajahnya, walaupun sangat sakit saat mendengar itu tapi setidaknya pria itu sudah menjelaskan semuanya dengan mendetail

"jika sumber kebahagian ayah adalah saat tidak melihatku dan menjauhiku..." Lena tersenyum lagi dengan air mata yang mulai menetes "aku akan menjauh dari kehidupan ayah, tapi ayah harus tau, saat terakhir ibu meninggal dan melindungiku saat seseorang hendak menembakku, ibu berlari memelukku, dia menggantikan rasa sakitku dengan dirinya bahkan... saat darah itu mengalir ditubuhku, ibu tersenyum dengan tulus padaku tidak ada tatapan kebencian dan penyesalah di mata indah itu. saat itu aku tau, dia telah mengorbankan nyawanya untukku. Namun, apa ayah tahu? pengorbanan itu membuatku semakin bersalah saat ayah mengatakan hal itu padaku. seharusnya, seharusnya... seharusnya aku yang mati saat itu, aku yang tertembak saat itu , aku yang merasakan sakit saat itu, mungkin dengan begitu ayah tidak perlu memebenciku saat aku telah meninggal. setidaknya disaat aku terkubur di dalam tanah, ayah meneteskan air mata penuh kasih sayang saat itu bukan tatapan penuh kesakitan seperti ini saat menatapku "Lena kembali menghapus air matanya dengan kasar

senyuman Lena masih mengembang dengan air mata yang membanjiri wajahnya " saat itu aku tidak mengharapkan ibu berlari menolongku dan menggantikanku, saat itu yang terpikirkan olehku hanyalah tangisan ketakutan. dan saat itu berlalu penyesalan selalu muncul di kehidupanku" ucap Lena lagi

"mulai dari sekarang, demi kebahagiaan ayah, dan demi keluarga ayah... aku akan menjauh dari ayah, aku tidak akan merengek atau menangis tentang ini lagi. trimakasih untuk semuanya, Ayah" ucap Lena lagi, diapun melangkahkan kakinya masuk kedalam apartemen barunya. pintu tertutup sempurna dan saat itu juga, dia terjatuh karna rasa sakit itu semakin menjalar hingga membuat semua sarafnya lemas.

HOT GUYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang