-1-

5.4K 172 26
                                    

Hujan.Pancaran kilat sesekali menyambar dada langit yang gelap dan kemudian menghantar dentum guruh yang memekakkan telinga.Sayup-sayup, jauh sekali kedengaran suara siren yang melengking nyaring bertingkah dengan bunyi hujan yang turun dengan lebat.

Di satu lorong belakang sebuah bangunan, satu susuk tubuh berjaket hitam dengan hud menyelubungi kepala itu berjalan perlahan -tidak perduli langsung titik hujan yang semakin deras mengguyuri kepala dan tubuhnya.Langkahan kakinya tidak dipercepatkan namun kedua tangannya yang tenggelam dalam poket jaket kulit hitam itu dikejapkan menggenggam sesuatu.

Lorong belakang blok bangunan setinggi sembilan tingkat itu gelap,basah dan tidak teratur.Dua tiga buah tong sampah sudah tumbang memuntahkan isinya ke muka jalan yang lembab.Sementara kotak-kotak kertas bahan buangan daripada pejabat yang berhampiran sudah lusuh dibasahi hujan yang makin lebat.

Lampu jalan terlalu sedikit yang menyala.Itu pun menyala berkelip-kelip tidak menentu bagaikan meningkahi dentuman guruh yang membingitkan telinga.Langkahan kaki berbalut kasut hitam kanvas itu  sesekali menciut apabila berlaga dengan asfalt jalan yang basah dan takungan kecil air di mana-mana.

Tiba-tiba susuk tubuh itu berhenti.Dia hanya menyeringai sinis apabila mengendus satu bau yang tidak asing pada deria hidungnya.Mendadak  lampu jalan di sebelah kirinya meledak apabila sejalur kilat memanah tepat ke tiang lampu tersebut hanya beberapa inci dari kepalanya namun panahan kilat dan letupan kecil mentol lampu jalan itu sedikitpun tidak membuatkan dia terkejut.

Dari hujung matanya, dapat dia menangkap imej dua orang berpakaian serba hitam sedang bertenggek di atas lampu jalan di sebelah kanannya.Sambil mendengus, dia menoleh dan menurunkan hud yang menutupi kepalanya.

Demi melihat dia begitu, dua susuk tubuh tersebut terjun melayangkan diri  dengan amat pantas sehingga mantel yang dikenakan mereka berkibar ditiup angin yang turut membawa bersama tempias hujan.Melayah turun seperti seekor kelawar yang sangat besar.

Mendarat tepat di hadapannya dan kemudian melutut dengan kepala ditundukkan.Hormat pada pemilik susuk tubuh yang kini sedang menatap mereka dengan tatapan dingin namun memancarkan aura mengintimidasi yang tidak main-main.

" Pergilah ," Dia menyeringai sinis." Aku paling benci jika dimatai-matai apatah lagi oleh dua pengawal rendahan seperti kalian ! "

" Maaf, tuan..." Salah seorang daripada susuk tubuh yang sedang menunduk hormat itu menyahut dengan suara gementar. " Kami cuma menyampaikan pesanan dari istana."

" Berapa kali aku perlu beritahu? Aku tahu apa tugas aku !!"

Dia menderam tiba-tiba dengan suara rendah membuatkan dua susuk tubuh tersebut serentak merendahkan kepala dan berundur sedikit ke belakang.Ketakutan dengan nada suara begitu yang amat menyeramkan pada pendengaran mereka.

Mereka tahu.Menyinggung perasaan susuk tubuh di hadapan mereka itu adalah perkataan lain untuk menempa kematian sendiri.Dia tidak akan teragak-agak untuk membunuh sesiapa sahaja yang membersitkan rasa tidak senang dalam hatinya apatah lagi jika ia hanya sekadar dua pengawal dari kasta rendahan seperti mereka berdua.

" Beritahu istana.Hanya tiga purnama.Itu sahaja masa yang aku perlukan .."

" Baik ,tuan.." Salah seorang daripada mereka menyahut perlahan.

" Dan sementara itu, jangan datang kalau aku tak panggil.Faham ?? "

Dia menjerkah kasar sehingga susuk tubuh yang masih menundukkan kepala itu semakin merapatkan kepala ke permukaan tanah yang basah.Terketar-ketar . Tidak berani untuk menatap wajah susuk tubuh di hadapan mereka itu apatah lagi demi mendengar suaranya yang jelas-jelas tidak suka dengan kedatangan para utusan dari istana tersebut.

LAST HUNTER : THE BEGINNINGWhere stories live. Discover now