8 ~ Naif

544 96 2
                                    

Nyatanya memiliki cintamu saja tak cukup. Aku juga membutuhkan ragamu di sampingku.

- SM

Lagi-lagi hanya terdengar deru napas dari diriku dan dia di sebelahku, maksudku di tambah degupan jantungku yang sedari tadi tak mereda. Ini terlalu canggung.

Byun Baehkyun, ayo, bukalah suaramu! – batinku.

"Aku—"

"Aku—"

Ucap kami bersamaan. Dan kalian tahu? Dia malah diam tak jadi berbicara. Ke mana Baekhyun yang sangat cerewet bila di panggung itu menghilang? Argh!!

Aku menghela napas pelan, memberanikan diri menumpukan manik mataku untuk menatapnya. Menelisik wajahnya yang berlekuk sempurna. Hanya dengan begini saja, rasanya jantungku ingin melompat keluar.

"Maaf," ujarku tanpa sadar.

Ck! Ngomong apa aku barusan? Aku sampai mendelik sendiri dengan kalimat bodohku itu. Dan yang kudapatkan akhirnya hanya helaan napas beratnya yang kemudian ikut menatapku.

"Kau pasti lelah," ungkapnya, yang entah tiba-tiba membuatku menunduk, mengalihkan pandanganku ke bawah, tak berani menatap wajahnya. Ya, aku tahu akan kemana arah pembicaraan ini. Tentu saja, pasti ini menyangkut dengan aku yang tak menuruti perintahnya agar tidak mengambil review bandaranya.

"Jangan ulangi lagi," lanjutnya.

Dugaanku benar.

Akhirnya aku terdiam, benar-benar tak berani menatap wajahnya, masih dengan pandanganku tertunduk pada tanganku yang sedang memainkan ujung syal yang kupakai, memelintirnya gugup.

Katakanlah, aku seperti merasakan sisi lain Baekhyun. Kalimatnya terlihat tak bisa di bantah, terlalu dalam walau hanya sedikit kata yang ia lontarkan. Entah untuk alasan apapun aku seperti tunduk oleh aura dirinya. Sangat berbanding jauh dengan saat ia di panggung, terlihat lucu, menggemaskan, dan unik. Tapi sekarang berbeda.

Ia terlalu dominan...

"Adara-sii," panggilnya. Entahlah, mendengarnya memanggilku seperti itu, membuat hatiku menghangat. Terdengar sangat manis. Aku lalu sedikit memberanikan diri menaikkan pandanganku lagi padanya, menatapnya dengan raut muka bertanya.

Baekhyun menghela napasnya pelan sebelum melanjutkan kalimatnya. "Kau pasti merasa aneh kan dengan ini semua?" tanyanya.

Iya! Baekhyun benar, bahkan sangat-sangat benar. Aku sering berharap tak terbangun jika yang aku alami akhir-akhir ini adalah mimpi, yang kadang membuatku berkali-kali mencubit pipiku sendiri hingga memerah, berusaha menyadarkan diri kalau ini adalah nyata.

Aku mengangguk pelan, yang sepersekian detik kemudian di balas senyuman dan lengkungan matanya yang ikut tersenyum.

"Apa aku semenakutkan itu sampai kau tak bisa bersuara untuk menjawab pertanyaanku barusan, Adara?"

Aku tertohok.

"Itu tidak," tandasku mencicit pelan.

Argh! Ini memalukan! Aku benar-benar terlihat bodoh. Lihatlah, sekarang dia malah terkekeh karena cicitanku barusan.

"Maaf jika ketampananku ini membuatmu canggung." Dia tertawa.

Untung memang ganteng. Kalau tidak, sudah di sleding sama aku.

Selanjutnya, ia berdeham kecil, berusaha meredam kekehannya. "Kau bersikukuh untuk diam dan tak mau bertanya atau berbicara apa-apa lagi padaku?" Ia menjeda pertanyaannya, setelahnya melanjutkan sambil menatapku semakin lekat. "Baiklah, jika tidak ada, kita sudahi pert—"

Saranghae Masternim!❌Byun BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang