12 ~ Cool War

472 70 8
                                    

Bisakah kau terus maafkan aku, walaupun berkali-kali aku mengulangi kesalahan yang sama?

- SM

"Kau darimana?" tanyaku, mendapati Chanyeol yang baru melangkahkan kakinya masuk ke kamar.

"Seharusnya aku yang bertanya kau darimana," jawab Chanyeol seadanya, sambil menggantungkan jaket dan topi yang tadi ia kenakan.

"Yasudah, apa peduliku pada jawabanmu," ujarku, lalu kembali sibuk pada handphone di tanganku.

Terlihat dari sudut mataku, Chanyeol tiba-tiba menelengkan kepalanya dan mendengus pelan.

"Menemui perempuan itu lagi?" tanyanya yang refleks membuatku menurunkan handphoneku, menatapnya.

"Apa maksudmu perempuan itu? Dia sunbae kita," jawabku, menatapnya mulai tak suka.

"Sunbae kita? Yang selalu memanggilmu, apa-apa minta denganmu, sakit sedikit mengeluh padamu, kau sibuk tapi dia menelponmu terus? Iya, itu benar-benar sunbaemu tercinta," ujarnya, seperti menekan kalimat terakhirnya dan tersenyum miring. Sial!

"Berhentilah berkata seperti itu. Dia tadi benar-benar sakit. Maagnya kambuh," ujarku dengan nada yang mulai berubah tak suka dengan apa yang Chanyeol lontarkan barusan.

"Kau tahu kan aku tak suka orang yang tak menepati janji?" tanyanya, seperti mengubah arah pembicaraan, membuat wajahku yang kuyakini sudah berubah kesal.

"Berhentilah berbicara yang tak perlu Chanyeol. Aku lelah dan ingin istirahat."

Lagi-lagi Chanyeol mendengus, lalu duduk di kursi yang ada di dekat jendela, matanya lurus menatapku sambil menyilangkan kaki dan memangku kedua tangannya.

"Ah. Sudah tak menepati janji, sekarang kau berlagak menjadi orang yang pelupa ya?"

Apa-apaan dia?!

Aku spontan mengernyitkan dahiku, demi mendengar ucapan Chanyeol yang berubah menusuk. Hey! Dia tak pernah seperti ini sebelumnya!

"Kau kenapa? Sebelumnya kau tak pernah sama sekali ikut campur dengan apa yang aku lakukan, Chanyeol yang terhormat," ujarku sarkastik dengan nada yang semakin berubah tak suka, hingga hampir menyatukan kedua alisku.

Haish! Ini tak seperti yang kalian bayangkan. Aku tak pernah bermasalah dengan para member, apalagi Chanyeol. Bisa dikatakan aku malah yang paling dekat dengannya. Bukan karena faktor aku yang sekamar, tapi ada sesuatu yang memang hanya Chanyeol yang bisa membantuku.

Iya, dia selalu melindungiku, melindungiku dari semuanya.

Ck! Ada apa dengan Chanyeol sekarang? Persetan!

"Aku tadi membelikan sebuah hadiah ulang tahun untuk seorang perempuan cantik yang baru ku kenal. Tapi dia sudah berani memukul dahiku beberapa kali sampai memerah." Chanyeol sepertinya ingin memulai cerita dengan senyum miringnya.

Ck! Lagi-lagi dia mengalihkan pembicaraan.

"Katakan saja apa yang ingin kau katakan, Chanyeol," ucapku dengan nada rendah.

Alih-alih menjawab pertanyaanku, Chanyeol malah terus melanjutkan ceritanya.

"Sebenarnya dia menolak, tapi aku memaksanya saja, lagipula hadiah yang aku berikan hanya sebuah topi kupluk, itupun dia yang memintanya. Ah, kurasa aku bergetar hanya dengan melihat mata berbinarnya ketika melihatku menyerahkan bungkusan kado itu padanya," ucapnya terus-menerus menarik sudut bibirnya, seolah menyombongkan ceritanya padaku.

"Kau ingin menyombongkan kisah cintamu padaku, Chanyeol-ssi?" tanyaku sarkastik, balas menatapnya dengan senyuman miring.

Kini aku sudah beralih pada posisi duduk, sambil menyilangkan tanganku di depan dada.

"Ku katakan sekali lagi, dia perempuan yang baru ku kenal, Baekhyun. Baru ku kenal tadi, di sebuah mall, tepatnya di Coex Atrium. Tadi aku ke sana."

Sebentar, Coex Atrium?

Alih-alih sibuk dengan pikiranku, Chanyeol langsung melanjutkan kalimatnya.

"Dia menunggu seseorang yang katanya ingin memberikan dia hadiah ulang tahun. Dari wajah memerahnya, aku tahu dia sudah menunggu lama dan kedinginan. Dan yah, sebagai laki-laki yang baik dan lebih tampan darimu, jadinya aku mengajaknya berjalan-jalan, dan membelikannya had—"

"SIALAN!" umpatku mematahkan kalimat Chanyeol yang belum selesai. Sontak pula aku langsung berdiri, mengambil jaket, topi dan masker di gantungan lemari pakaian.

Melihat refleksku itu, Chanyeol langsung terkekeh. "Sepertinya otakmu itu benar-benar perlu di ajak olahraga ingatan, agar tidak menjadi pelupa seperti sekarang," ucap Chanyeol sarkastis.

Tak memerdulikannya, aku sudah siap dengan jaket, topi dan maskerku. Namun dalam hati, aku terus memaki dan merutuki diriku.

Hell yah! Bagaimana bisa aku melupakan Adara?! SIAL SIAL SIAL!

Tapi sebentar...

"Sudahlah. Dia sudah pulang," ujar Chanyeol, seperti menjawab lebih dulu pertanyaan yang baru akan aku lontarkan.

Tertegun, aku langsung menatapnya lurus yang di balasnya dengan sudut bibir tertarik ke atas, menyeringai.

Chanyeol menarik napasnya panjang, lalu merogoh, mencari sesuatu di saku celananya.

"Jangan lupakan handphone pentingmu. Tepatilah janji jika kau ada janji. Kau tahu kan aku paling tak suka orang yang tak menepati janji. Apalagi pada perempuan," ucap Chanyeol sambil menyodorkan handphone khusus milikku.

Volume kemarahanku tiba-tiba spontan naik. Aku merebut kasar handphoneku di tangan Chanyeol.

"Sejak kapan kau berani mencampuri urusan pribadiku, bahkan handphoneku," ucapku berusaha menahan amarahku, tanganku juga secara tak sengaja mengepal.

"Wow wow! Santai saja dude. Kau terlihat seperi hendak membunuhku, Baekhyun." Chanyeol terkekeh.

Aku melepaskan napas kasar, memijit keningku, lalu menatapnya dengan tatapan meminta penjelasan sejelas-jelasnya.

"Baekhyun. Kenapa kau ceroboh sekali, huh? Baiklah, mungkin 'sunbaemu' itu akan mati jika kau tak menjenguknya segera. Tapi kenapa bisa kau sampai lupa dengan handphonemu yang biasanya tak pernah absen kau bawa kemana-mana. Untung saja aku mendengar getaran handphonemu dan mendapati Adara mengirim pesan padamu. Dan lihatlah! Kau bahkan tak sadar kalau handphone khususmu itu tak ada di kamar, karena ku bawa tadi."

Persetan! Kurasakan rahangku sedikit mengeras mendengar penjelasannya, entah kenapa.

"Kalau aku tak datang, mungkin ini adalah hari ulang tahun yang menyesakkan baginya. Hhhh! Sebenarnya kau ini kenapa? Apakah kau sudah mulai menyukai sunbaemu itu?" Chanyeol lagi-lagi berucap sarkastis.

"Chanyeol," seruku rendah.

"Wae?"

"Aku lupa. Bukankah itu sesuatu yang manusiawi? Bisakah kau berhenti seolah-olah benar-benar menyalahkanku atas keadaan ini? Aku akan menemuinya sekarang dan meminta maaf padanya. Jadi berhen—"

"Sudahlah. Besok kita akan rekaman untuk dance practice kita. Jangan terlalu lelah." Chanyeol memotong ucapanku. "Jadi istirahatlah. Aku harap kau tidak grogi besok. Aku pastikan kau tidak akan mengigau dan berkeringat malam ini," lanjutnya.

Aku menghela napas kasar.

Sialnya, hatiku tak terima dengan Chanyeol yang menggantikan posisiku untuk Adara malam ini. Percayalah, aku hanya tak enak hati dengan Taeyeon noona, yang sepertinya benar-benar kesakitan dan sendirian di dormnya, karena semua member terpaksa meninggalkannya untuk latihan.

Tapi tentang Adara, kenapa aku bisa lupa? Arghh!! Sial!!

Aku menatap kosong pada langkah Chanyeol yang kini berjalan ke arah kamar mandi.

"Chanyeol-ah," panggilku.

Refleks, ia menghentikan langkahnya.

"Hm?"

"Kau, jangan coba-coba mendekati Adara."

Saranghae Masternim!❌Byun BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang