13 ~ Dispatch

488 70 14
                                    

Kuharap, aku tak akan pernah menjadi mimpi burukmu.

- SM

"Ne. Jamkkanma—"

Kalimatku terpatah, lantas tertegun, mendapati Baekhyun berdiri di depan pintu rumahku.

"Adara," sapa laki-laki itu rendah, "kau belum tidur?"

"Baekhy—"

"Oppa," potongnya cepat, memutar bola matanya malas, kesal karena aku masih bersikukuh memanggilnya Baekhyun.

Melihat keterdiamanku, lantas Baekhyun melanjutkan kalimatnya. "Kau tidak mengizinkanku masuk?"

"A-ah. Ne."

Setelahnya Baekhyun terlihat terseyum tipis, melangkahkan kakinya masuk ke rumahku melewatiku begitu saja. Dia juga tak berkata apa-apa dan langsung membawa kakinya menuju lantai dua, sepertinya menuju tempat di mana studioku berada.

Aku memilih diam, mengiringinya dari belakang.

Sesuai dugaanku, ia benar-benar berdiri di depan pintu studio, menatapku, seperti memintaku membuka pintu untuknya. Aku mendekat lalu membuka pintu itu.

Hhhh... Dia terlihat seperti menganggap ini rumahnya sendiri.

Namun, langkah Baekhyun tiba-tiba terhenti di langkah ketiga.

"Yak! Kau membiarkan dia tidur di sini? Di kamarmu?" tanyanya dengan nada yang terdengar seolah tak suka, setelah matanya menangkap sosok Han Bin yang tetidur di sofa studioku.

Haish! Han Bin ini, keberadaannya sekarang selalu saja mengganggu.

Tapi, asal Baekhyun tahu saja, Han Bin memang lebih sering tidur di rumahku daripada pulang ke rumahnya sendiri. Anehnya selalu saja aku yang kalah jika sudah beradu mulut dengan cowok kurang ajar itu.

Dan semenjak dia tau hubunganku dengan Baekhyun, Han Bin langsung datang lagi ke rumahku dengan membawa tas besar berisi banyak bajunya. Heh! Dia bilang kalau bisa, dia mau tinggal di rumahku saja. Tentu saja aku langsung menggetok kepalanya keras.

"A-ah. Pesanan merchandiseku banyak. Kebetulan Han Bin yang mengurus semuanya. Jadi dia sepertinya akan menginap," jawabku. Berbohong.

Tapi sebenarnya memang benar. Penjualanku tak pernah sepi. Bahkan Han Bin saja sering mengeluh, yang aku hadiahi getokan keras di kepalanya. Enak saja dia, padahal aku sering memberinya bonus, masih sempat-sempatnya dia mengeluh seperti itu.

Akhirnya hanya terdengar helaan napas dari mulut Baekhyun, laki-laki itu lalu berjalan mengelilingi studioku, terlihat memilih mengacuhkan saja tentang Han Bin barusan.

Langkahnya terhenti.

"Hanya ada satu potoku di sini?" tanyanya sambil menatap lurus ke arah gambarnya yang terpampang besar di belakang meja kerjaku.

Dia langsung beralih menatapku dan melanjutkan kalimatnya. "Sedangkan yang lainnya adalah potomu dan, Han Bin?"

Aku malah terdiam, merutuki kebodohanku. Setelah kedatangannya yang pertama kali kemarin, kenapa aku tidak berinisiatif melepas saja semua potoku dengan Han Bin. Argh! Sial!

Itu sebenarnya juga bukan ulahku, aku tidak sama sekali memasang poto-poto itu. Siapa lagi kalau bukan tangan Han Bin yang merecoki isi studioku. Bahkan dia benar-benar emarahiku kalau aku mencoba menggodanya untuk melepasnya.

Ah, lagipula aku terlalu malas membuang waktuku untuk melepas poto-poto yang ia tempel dan gantung itu, makanya aku membiarkannya saja.

Lantas, alih-alih menjawab, aku langsung menarik lengan Baekhyun ke sebuah pintu yang juga ada di dalam studio itu.

Saranghae Masternim!❌Byun BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang