24 ~ Aku takut

541 63 7
                                    

Jangan takut, ada aku...

- SM


Nafas Baekhyun berubah teratur sepuluh menit kemudian, masih dengan tubuhku yang direngkuhnya. Aku menatap wajahnya dalam diam, mengusap peluhnya yang tersisa di dahi.

Tok tok!

"Dara-ya, kau di dalam? Kau tidur?"

Aku lantas menoleh kearah pintu yang terdengar suara Han Bin, lantas berbalik menghadap Baekhyun berharap ia tak terganggu.

"Dara-ya, kau benar-benar tidur?"

Takut Baekhyun semakin terganggu, aku melepaskan rengkuhannya dengan pelan. Baekhyun sedikit menggeliat kemudian beralih memeluk guling di belakangnya, syukurlah. Dengan langkah berjinjit aku turun dari kasur berusaha untuk tidak membuat deritan sekecil mungkin.

Tak terdengar lagi suara didepan pintu yang berarti Han Bin mungkin telah turun ke bawah.

"Apa-apaan kau noona. Semuanya dibebankan padaku. Akun fansitenya, pesanan merchandisenya, packing barangnya, bahkan mengkado Baekhyun pun dia menyuruhku. Dan sekarang dia bahkan lupa mengisi kulkasnya. Cih! Aku benci sekali padamu Dara-yaaa! Argh!" terdengar Han Bin menggumam kesal sambil mengacak-acak rambutnya, memasukkan satu persatu bahan makanan dan cemilannya ke kulkas. Aku hanya terkekeh pelan, dan Han Bin masih belum menyadari eksistensiku.

"Ish! Tapi aku kesal sekali, kenapa noona sangat cantik. Aku terlalu sayang padanya. Bagaimana aku bisa membencinya. Haish!"

"Aigoo... Uri Han Bin yang baik hati dan menyayangi noonanya yang cantik ini, kenapa berceloteh sendiri, huh? Sudah gila ya?" godaku.

Aku memeluknya dari belakang, yang langsung mendapat dengusan dari hidungnya.

"Aku benci padamu noona," ujarnya tak memperdulikanku yang memeluknya, masih menyibukkan diri dengan bahan makanan yang ia masukkan ke kulkas.

Aku tersenyum dan mengusap puncak kepalanya pelan, yang lagi-lagi memantik dengusan dari Han Bin.

"Kau belanja?"

"Tidak. Aku berenang," sungutnya.

"Semakin kurang ajar padaku?"

"Terserahmu Dara," ujarnya ketus yang kini berganti aku yang berdecak sebal.

"Kau mau dinaikkan gaji?" godaku.

"Sudah kubilang, kau bahkan sering lupa untuk memberiku gaji. Apa yang aku harapkan dari omong kosongmu barusan," jawabnya dengan sangat amat ketus, lagi.

Untung saja sudah kuanggap adik kau Han Bin, ujarku dalam hati.

Aku hanya terkekeh, moodku sedang bagus sekarang. "Mulai sekarang noona akan menyuruh paman Lee saja yang mengatur gajimu juga kenaikan gajimu."

Refleks Han Bin menoleh. "Kau marah?" tanyanya tiba-tiba, dengan wajah ketusnya yang meluntur entah ke mana.

Aku mengernyit, marah?

"Kenapa noona harus marah?" tanyaku balik.

Han Bin menghela napas pelan. "Tidak apa-apa," jawabnya yang kini beralih menyusun buah di dalam keranjang. "Kau tadi tidur? Apakah terbangun gara-gara aku?"

"Tidak, aku belum tidur."

"Kau sudah makan? Mau kubuatkan sesuatu?" tanyanya lagi.

Han Bin, aku menatap kedalam matanya yang menatap kesal padaku, aku tahu sebenarnya disana terselip sorot khawatir untukk. Entah khawatir untuk apa, tapi tebakanku karena masalah dating Baekhyun tadi. Mungkin ia berpikir kalau aku sedang patah hati seakarang dan hanya berpura-pura bahagia saja. Entahlah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Saranghae Masternim!❌Byun BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang