22 ~ Alasan (2)

355 57 5
                                    

Aku sangat mempercayai hatiku. Oleh sebab itulah, aku berani untuk tetap berdiri di titik di mana aku akan terus memperjuangkanmu sampai akhir.

- SM

"Alasanku?" Terlihat Baekhyun menghela nafasnya. "Kau tanya alasanku memilihmu, Adara?" lanjutnya.

Demi apapun Baekhyun-ah, aku bahkan bukan orang yang bisa membayangkan bisa berada didekatmu seperti sekarang. Bandingkan aku dengan Taeyeon, maka aku akan mundur saat itu juga. Tapi masalahnya kau terus-menerus menyuruhku menunggu bahkan disaat aku telah memilih untuk menyerah saat tahu hubunganmu dengan Taeyeon.

Aku akhirnya hanya diam, tak berani menatap wajahnya, mengusap air mataku yang sedikit demi sedikit terus menetes keluar. Aku tak mengerti, apakah pertanyaanku barusan adalah sesuatu yang salah, hingga membuat ia mendengus seperti itu. Menurutku, itu sah-sah saja. Aku hanya penasaran, karena di antara ribuan bahkan jutaan perempuan di luar sana, ia malah memilihku.

"Alasanku terbesarku adalah tidak memiliki alasan, Adara-ya," jawabnya yang membuatku semakin tak mengerti hingga dengan sisa keberanianku, aku mengangkat wajahku untuk mencoba menatapnya, menatap sorot mata yang sudah membuatku jatuh berkali-kali hingga detik ini.

"Dara." Tiba-tiba saja Baekhyun memegang kedua bahuku, yang langsung membuatku terasa seperti di aliri listrik ribuan watt. Karena kurasakan, kini tubuhku menegang.

"Tahukah kau? Kau sebelumnya tak pernah ada dari daftar perempuan yang aku tuju untuk berurusan denganku." Terlihat ia mengambil nafas sebelum melanjutkan kalimatnya.

Lalu kenapa sekarang ini malah terjadi?

Seperti bisa membaca pikiranku, ia menjawab, "Aku juga tak pernah mengharapkan ini terjadi, Adara. Tapi tiba-tiba saja menemukanmu. Aku tak sengaja melihatmu untuk pertama kalinya saat di bandara beberapa bulan yang lalu." Dia lagi-lagi menghela nafasnya.

"Dengarkan aku Adara. Kau adalah orang yang tak pernah terlihat sangat antusias saat kedatanganku. Kau adalah orang yang berdiri paling belakang saat kedatanganku, dan dengan santainya mengambil gambarku. Kau adalah orang yang tidak pernah berlarian hanya sekedar untuk mencari angle yang tepat untuk memotretku. Adara, aku suka dirimu yang tenang, tapi terlihat sangat profesional. Dan percayalah, aku terus mencarimu sejak itu. Aku yakin, karena aku mencarimu dan bisa menemukanmu, kau sudah mendapatkan banyak foto eye contact denganku."

"K-kau, kau tau yang mana akunk--" Ucapanku terpotong.

"Adara, semua member hafal dengan fansite mereka masing-masing, tak terkecuali aku. Tapi aku tak habis pikir denganmu. Bahkan saat fansign kau tak terlihat berlebihan Adara. Kau bahkan terlihat seperti fans biasa, seperti fans kebanyakan."

"Tapi, kurasa semua fansite lain juga beg--" Lagi-lagi ucapanku terpotong. Terlihat, laki-laki di depanku ini semakin menatap mataku dalam.

"Kau benar Adara, bukan hanya kau yang seperti itu."

Entah kenapa aku jadi tak habis pikir. Bagaimana bisa laki-laki di depanku ini bisa tak konsisten dengan kalimat yang ia ucapkan.

"Tapi Adara," lanjutnya cepat, "mataku tiba-tiba menangkapmu, memaksaku untuk terus melihat ke arahmu, dan hatiku selalu menuntun ke arahmu. Adara, ketahuliah, aku paling percaya pada hatiku, karena hanya hati yang tak pernah berbohong pada diri sendiri. Dan sekarang, hatiku berkata itu adalah engkau Adara, aku yakin itu. Katakanlah aku sekarang seperti seorang laki-laki sok suci yang terlihat seperti tak akan pernah membuat kesalahan padamu, meninggalkanmu misalnya. Aku tegaskan Adara, aku pasti akan meninggalkanmu suatu hari nanti, sangat pasti bahkan. Tapi saat itu adalah di mana semua orang kutinggalkan, bukan hanya kau, Adara. Kau pasti paham maksudku, dan aku berjanji untuk itu. Percayalah."

Bukankah laki-laki di depanku ini terlalu banyak berbicara?

"Adara, aku adalah salah satu orang yang sering di spesialkan oleh banyak orang, bahkan jutaan orang. Kau sangat tahu itu. Tapi, dari caramu saat sedang bertugas menjadi fansiteku, aku tak pernah merasa mendapatkan kespesialan itu darimu. Maka, terkhusus kau Adara, yang menurutku belum menunjukkan kau menspesialkan aku dalam hidupmu, aku akan meminta tiga hal, hanya tatap aku, percaya padaku, dan hanya menyentuhku. Bisa?"

Aku langsung terdiam, tak bisa berkata-kata mendengar kalimatnya barusan. Tiba-tiba pertanyaan muncul di benakku. Apakah aku memang terlihat sesantai seperti yang di katakannya tadi?

Arghh!! Tidak Baekhyun, tidak. Aku selalu menjadi orang yang sangat menspesialkanmu setiap waktu. Aku bahkan selalu berdebar ketika melihatmu. Tapi aku tak harus menunjukkannya kan? Tentunya fans punya cara sendiri-sendiri untuk menunjukkan rasa sukanya pada idolnya.

Fans? Entahlah. Kali ini aku bahkan tak bisa menilai diriku sendiri, apakah aku menyukai Byun sebagai seorang idol saja, atau aku telah menyukainya seperti perasaan seorang perempuan pada laki-laki.

Tidak. Baekhyun pasti salah. Dia salah. Baekhyun pasti sangat-sangat salah. Entah kenapa, tanganku tiba-tiba gemetar memikirkan itu semua.

"Byu--"

"Aku mencintaimu, Jung Adara," potongnya cepat yang sontak membuatku menganga. "Maka, untuk tugasmu yang pertama, adalah percaya padaku kalimatku barusan."

Aku semakin membeku mendengarkan ucapannya. Hingga tak sadar, ternyata Baekhyun semakin medekatkan tubuhnya padaku. Kepalaku yang saat itu tertunduk, langsung di angkatnya hingga menatap lurus ke arahnya. Dan tiba-tiba, tanpa ancang-ancang ataupun kesiapanku, ia langsung menciumku begitu saja. Lagi-lagi membuat tubuhku berasa di aliri listrik ribuan watt.

Aku tak bergeming ataupun memberontak. Bohong jika kukatakan aku tak menginginkan ini terjadi. Dulu, hingga sampai sekarang, aku selalu membayangkan ini terjadi, bahkan hampir setiap hari.

Mataku terpejam dengan sendirinya. Ciumannya tak menuntut, hanya mengecup pelan, tak lama, melepaskannya.

Ia tersenyum. "Ketahuilah. Aku sekarang juga menyukai bibirmu, Adara. Dan aku, dengan sangat terpaksa dan di tambah kebaikan hatiku, aku telah memaafkan orang yang pernah menciummu kemarin-kemarin. Tapi untuk kedepannya, pastikanlah, hanya aku, orang yang boleh memiliki bibir ini. Berjanjilah untuk itu padaku, Adara."

Aku lagi-lagi terdiam. Bagaimana bisa ia berkata seperti itu, sedangkan---

"Tadi adalah first kissku, Byun Baekhyun," ucapku pelan.

Baekhyun spontan tertawa kecil mendengar penuturanku barusan. "Wah, benarkah?! Berarti seharusnya aku yang meminta maaf padamu Dara-ya. Karena aku sudah tidak bisa mengingat lagi, kau adalah orang ke berapa yang aku cium."

Sial!

...

Gimana? Suka ga sama part ini?

Kalo aku suka banget. Soalnya Baekhyun sweet banget di sini🤤🤤

Saranghae Masternim!❌Byun BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang