20 ~ Soju

343 55 4
                                    

Aku akan berhenti jika kau memintaku untuk berhenti.
Tapi masalahnya kau terus mengatakan tunggu, bahkan disaat kau bersama yang lain.

- SM

"Noona, kau sudah membeli banyak hadiah. Dan demi Tuhan noona! Semuanya sangat mahal! Baekhyun bisa membeli itu semua sendiri, tanpa perlu kau belikan!" Aku berdecak kesal, tatkala melihat kado yang kedua puluh - seingatku - yang Adara beli. Baju, celana, mantel, tas, sepatu, kacamata, topi kupluk, bracelet, alat-alat mandi beserta vitamin untuk kulit, rambut dan teman-temannya, bahkan sampai celana dalam juga. Barang-barang itu belum semuanya aku sebutkan, dan aku sudah bersumpah tadi, itu semua sangat mahal ya Tuhan. Semuanya dari brand dan merk terkenal.

Apakah setiap perempuan yang patah hati selalu membelanjakan uangnya sampai habis? Kalau iya, aku memilih tak usah punya pasangan saja kalau begitu. Hell yah!

Seolah tak mengindahi decakanku, Adara terus mencari-cari lagi melalui browser smartphonenya, hadiah apa yang sekiranya bisa ia beli.

Aku lantas merampas handphonenya cepat, membuat Adara terpekik kaget.

"YAK!" Spontan Adara berteriak. "Kembalikan handphoneku!" Wajahnya menahan kesal, bahkan sampai memerah.

"Noona, berhentilah," peringatku. "Baekhyun tak membutuhkan itu semua. Aku tadi sudah bilang padamu, kalau konfirmasi pacaran mereka itu hanya settingan untuk menyelamatkan karier Baekhyun dan juga kami. Kau tak perlu cemas," ucapku, yang sepersekian detik setelahnya membuat bahu adara tiba-tiba merosot dengan pandangannya yang lantas ikut terjatuh pada lantai.

"A-aniya. Tapi semua tetap saja. Semua orang beranggapan mereka pasti berpacaran," sahut Adara lesu.

"Noona~" panggilku. Namun Adara tiba-tiba berbalik begitu saja.

"Aku lupa, untuk membeli jam tangan. Ayo," ujarnya dengan suara datar, membuatku mendengus kasar mendengarnya, lantas menyusulnya.

"Noona~. Capek. Kita pulang saja ya. Aku akan ada acara dua hari kedepan. Kau tak kasihan padaku?" pintaku yang sebenarnya bermaksud untuk mencegahnya membeli jam tangan, karena langkahnya kini sepertinya berniat menuju counter jam tangan Rolex di depan sana. Dan aku tak yakin ia akan membeli jam berharga murah.

"Aku tak menyuruhmu mengikutiku kan? Kalau kau mau pulang, pulang saja," usirnya, yang lantas membuatku jengkel.

Tep!

Aku dengan cepat menahan pergerakannya dengan menekan kedua bahunya.

"Noona, jangan menangis," ucapku tatkala melihat matanya yang memerah di balik bingkai kacamata.

"Aku tak menangis!" sergahnya cepat, dan langsung mengusap sudut matanya.

"Sudah ah! Lepas. Masih banyak yang harus kubeli," tandasnya dan berusaha untuk melepaskan cengkramanku di bahunya. Namun, aku dengan kuat menahan.

"Berjanjilah padaku, ini kado terakhir yang kau beli," pintaku lagi. Tapi Adara tak menjawab, ia dengan pelan melepas satu persatu cengkraman tanganku di masing-masing bahunya, lalu melanjutkan langkahnya.

Tep! Lagi, kali ini aku menahan pergerakannya dengan menggenggam tangannya.

Aku menoleh pada genggaman tangan kami, kemudian beralih menatap wajahnya. "Untuk menghindarimu kembali pergi membeli kado yang lain," ucapku, kemudian membawa langkah menuju counter jam di depan sana.

Dan benar kataku tadi. Adara lagi-lagi tak peduli saat aku memarahinya tatkala membeli jam seharga 13 juta won (kira-kira 165.000.000 juta rupiah) dan dengan santainya menggesekkan kartu kreditnya.

Saranghae Masternim!❌Byun BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang