Seribu tak masuk akal? kalau begitu tiga ribu!!!!!l

2K 239 18
                                    

Semua yang duduk di bawah panggung melongo dengan perkataan si Iblis neraka terdalam, tak habis pikir bagaimana caranya mengumpulkan serIbu ID nama senior dalam satu minggu? Tak masuk akal. Kalau tingkat dua sampai tingkat empat digabung semua hanya fakultas teknik, tidak sampai serIbu kali, ah. walaupun satu kampus bisa sampai serIbu. Tapi tak mungkin dalam seminggu bisa minta ID nama serIbu senior.

Arthit tersenyum puas karena wajah-wajah pucat yang ada di bawah panggung. Yah, karena aku yakin jika Cuma seratus kalian hanya akan meminta ID tingkat dua saja yang memang dirancang bersikap baik pada kalian, dengan begini kalian akan terus mengenal semua senior. Pikir Arthit.

"KALAU ADA PERTANYAAN ATAU TIDAK PAHAM TENTANG ATURANNYA, ANGKAT TANGAN KALIAN SEBUT CODE KALIAN SERTA NAMA KALIAN" Arthit menatap satu-satu mahasiswa baru, ia menunggu apa ada yang mengangkat tangan mereka. Satu menit berlalu Arthit melihat sebuah tangan terangkat. Dilihatnya pemilik tangan dan ia mengenalinya sebagai pemuda yang sok baik, memberi sapu tangan pada gadis yang menangis.

Arthit mengangguk memberi izin. "0062, Kongpope."

"Adakah yang tidak kau pahami?" Tanya Arthit, tidak berteriak. Toh, jarak mereka tak terlalu jauh. Pemuda tinggi itu mengambil duduk dua baris tepat di depannya, Arthit melihat gelang ID ditangan pemuda itu.

"Aturan, seminggu serIbu ID nama senior itu. bukankah itu tak masuk akal, Kak?" Kongpope tenang menginstruksi aturan yang ketua ospek buat. Membuat semua orang menatapnya.

Arthit tak suka dibantah, jika kau super male memang bisa semaunya membantah aturan yang ada? "Maksudmu?" Tanya Arthit memiringkan kepalanya, matanya menatap tajam ke arah Kongpope.

Kongpope menggerakkan kepalanya, menganggap pertanyaan Arthit itu bodoh. "Mengumpul kan serIbu ID nama senior dalam seminggu, itu tak masuk akal. Mana bisa kita dalam seminggu mengumpulkan sebanyak itu."

"Memang kau pernah coba?" Arthit berkacak pinggang, Ia tak suka berdebat. Tapi anak baru ini mengajaknya rIbut tak jelas. "Kenapa kau bilang tak mungkin bisa, tanpa mencobanya."

Pemuda tinggi itu ingin sekali berdecap lidah namun ditahannya. "Apa Kakak pernah mencobanya?"

Pertanyaan Kongpope membuat semua orang menatapnya ngeri, apalagi panitia ospek yang berdiri di belakang sang ketua. Wajah Arthit memerah, ia merasa dipermainkan. "Baiklah, kalau serIbu terlalu banyak. Bagaimana kalau dua rIbu ID." Ujar Arthit membuat para mahasiswa baru menghela napas berat.

Kongpope mengenyit tak percaya, tak mau kalah. "Kak-"

"Tiga rIbu." Dan disini Kongpope tahu kalau terus membantah, KaKak ini bukannya mengurangi jumlah ID yang harus dikumpulkan, malah makin tak masuk akal. Kongpope tahu ini batas waktu untuk mengalah.

Diamnya Kongpope membuat Arthit tersenyum puas, puas karena bisa mengalahkan super male yang egois, dan dominan.

Pertemuan itu berlanjut dengan kegiatan yang hanya menguras tenaga saja, tak ada pengecualian. Ketua ospek tahun ini telah membuat aturan menyamakan seragam saat ospek. Ini sebenarnya membuat pro kontra, ada yang bilang itu tak masuk akal karena super female dan feminin male itu lemah secara fisik, mereka seharusnya duduk saja tak disuruh lari puluhan meter. Namun anehnya, banyak para feminin male dan super female lebih suka aturan ini. Karena jika mereka memakai seragam berbeda di ospek, mereka mudah menjadi sasaran pelecehan oleh Kakak-kakak senior yang tak tahu malu.

Budaya yang mengakar di masyarakat telah terlalu menancap begitu dalam, hingga setiap lelaki kemayu selalu dianggap rendah, dan harus berada di bawah sang Maskulin. Sampai sekarang pun identik feminin male dengan feminisme. Padahal kenyataannya tidak berbanding lurus.

Ini adalah jam makan malam tapi karena kegiatan ospek harus dilaporkan pada dosen yang mengurus acara ini. Maka Arthit menahan rasa laparnya untuk memimpin rapat untuk melaporkan. "Kau tahu, ada yang protes soal penyeragaman seragam ospek." Ujar pemuda berwajah bulat telur, tak ramah. Ia bersandar di sandaran kursi kayu, Kaki kiri menyilang angkuh.

Weak FeminineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang