[edit]Perasaan yang terlupakan...

234 11 0
                                    

Pesta itu cukup elegan seperti pesta-pesta orang kaya pada umumnya, walau diselenggarakan di rumah pribadi namun itu adalah ruang serbaguna yang mirip aula besar. Yang berbeda adalah dua tangga yang menuju lantai, tempat kamar dan ruang pribadi.

Arthit berdiri di dekat tangga kiri, bersama Mick yang masih digandengnya. Tersenyum pada semua orang. Pamannya sedang dengan para tamunya, begitu juga sang ayah. Sementara sang mempelai masih diujung ruang dekat pintu masuk.

Arthit menilit situasi dan menemukan dua orang juniornya. Itu bukan masalah.

"Arthit Kemarilah..." suara pamannya memanggil, ini tanda bahwa permainan akan dimulai.

Arthit melihat kearah suara pria itu terdengar, ada empat orang yang berdiri di dekat Krishna yang satu Cherry dan pasangan feminin male super male, serta pemuda super male yang tak asing baginya.

Arthit berjalan mendekat sambil tetap bergandengan tangan dengan Mick. Ia mengerutkan kening melihat Jay di pesta ini.

Jay juga terlihat terkejut saat melihat Arthit.

"Ini anakku..."

"Oh, aku anakmu?" Kata Arthit memotong kata-kata Cherry. "Aku ingat kita bertemu tiga-empat tahun lalu saat kau menikahi ayah."

"Kau..." Cherry memanas.

"Arthit!!"

"Apa, ada apa. Paman?" Arthit dengan suara manja bertanya main-main.

"Jangan kurang ajar..."

Mengedipkan mata, Arthit berakting tak mengerti. "Dia yang mengaku-ngaku ibu ku, padahal dia hanya istri ayahku..."

"Sudah... Sudah... Nak kamu harus menghormati orang tua, walau bukan ibu kandungmu." pria feminin male berkata dengan lembut dan tertata rapi.

"Paman... Tak perlu sesopan itu." Arthit tersenyum manis. "Kita berhak berkata apapun seperti mereka mengatakan apapun pada kita."

"Maksud..."

"Arthit, ibuku tidak terpaksa..." Jay berbicara.

"Oh ya? Yakin?" Arthit meragukan, ia membawa Mick untuk berjalan ke dekat Jay. "Aku tahu kenapa pamanku memanggilku, ini... Baju untuk bertemu dengan calon pasangan, tiap feminin male di keluarga ayahku."

Arthit menuju baju yang ia kenakan. "Namun... Aku tidak tunduk pada keluarga ayahku..."

Semua terdiam, Krishna terlihat marah besar. Ia tak pernah menyeka keponakannya tak terkendali. Dengan kemarahannya Krishna ingin menarik Arthit, namun berhenti ketika Korn menangkap tangannya. "Apa maksudnya ini?"

"Perintah, tidak ada yang bisa menyakiti tuan muda."

"Aku per-"

"Ini perintah teratas, tidak ada yang bisa membatalkannya jika tidak ada pelanggaran hukum yang dilakukannya. " Korn Berkata tenang.

Krishna menatap dengan bingung prajurit muda itu, ia tak mengerti kenapa keponakannya begitu penting bagi militer, seperti seorang pemimpin negeri. Sebenarnya siapa anak ini?

Namun itu bukan hal penting untuk sekarang, ia harus meminta maaf untuk yang terjadi karena Arthit. "Mick, temui Carlos. Dan Arthit jangan cari gara-gara lagi... "

Arthit mengangkat bahu tak peduli dengan pamannya, menjauh dari Jay dan para orang tua, membawa Mick kembali. "Korn, jaga Mick dan pacarnya." katanya sambil meminum jus yang ia ambil dari nampang yang dibawa pelayan. Menyerahkan tangan Mick ke pelayan berkulit cokelat gelap.

"Pergi sekarang, kita bertemu nanti. Ok? " Kata pemuda feminin male itu pada pelayan.

"Kak Arthit... "

Weak FeminineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang