Kau harus melakukannya sendiri

1.7K 236 21
                                    

Siang harinya Arthit benar-benar sakit perut, moodnya buruk. Namun ia tetap harus memimpin ospek dan sialnya para mahasiswa yang baru telat dua menit membuatnya harus berteriak. "KALIAN TAHU INI JAM BERAPA, HAH?" Ia masih bisa berteriak, tapi sebenarnya perutnya sedang melilit tak mau kompromi.

Arthit berjalan bolak-balik di depan barisan mahasiswa baru yang bercucuran keringat. "01,02. KALIAN MEMBUAT KAMI MENUNGGU DUA MENIT? DUA MENIT KALIAN BUANG."

Arthit memelototi semua mahasiswa baru yang berkeringat. Hari ini matahari sangat terik, panasnya mungkin bisa untuk memasak telur sampai matang. "SKOT JUMP SEPULUH KALI LARI LIMA PUTARAN, ULANGI SAMPAI DUA PULUH KALI."

Arthit tak bisa membayangkan jika dirinya yang melakukan itu di saat sakit perutnya semakin menjadi. Ini bukan karena ia makan telat. Ini sakit perut rutinnya. Arthit garuk kepala, tak menyangka siklusnya datang lebih cepat. Sial, kalau pingsan di sini bisa memalukan.

Melamun hingga tak sadar ada yang mengangkat tangan sampai harus disenggol oleh Tootah yang kebetulan ada di sampingnya, Arthit menoleh dan melihat siapa yang mengangkat tangan. Orang itu membuat sakit perutnya makin parah saja. "0062 ada apa?" kata Arthit, ia jadi sadar kalau si 0062 selalu di posisi kedua dari barisan depan yang membuatnya tak perlu berteriak.

"Kakak bisa beri keringanan untuk temanku? Dia sedang sakit perut." Arthit mengernyit. Ia menatap Kongpope dengan tajam.

"Kenapa bukan temanmu yang mengangkat tangan?" ujar Arthit dengan nada tak suka. "Apa tidak bisa bicara sendiri hingga kau yang mewakilinya? Apa dia bisu, eh?" Kongpope rasa ingin meninju seniornya itu.

"Tidak, tapi-"

"Baiklah, dia boleh tidak melakukan hukuman." Arthit datar berujar. "TAPI KARENA KAU YANG MENGANGKAT TANGAN MAKA KAU HARUS MENGGANTIKANNYA. JADI. UNTUKMU, 0062, ULANGI SKOT JUMP SEPULUH KALI, LARI LIMA PUTARAN, EMPAT PULUH KALI." Semua memandang tak percaya ketua ospek yang kejam itu. Dua puluh kali saja sudah bikin menganga apalagi empat puluh kali. Bisa mati kali. Kongpope hanya menghela nafas, ia tak bisa berbuat apa-apa selain menerimanya.

Tapi ada satu tangan yang terangkat, menginterupsi. Ia ada di samping kiri Kongpope. "0057, M. Saya akan melakukannya sendiri, kakak tidak perlu menambah hukuman pada Kongpope." M berbicara lemah. Ia tak ingin Kongpope jadi makin kurus kering karena menggantikannya dihukum.

Arthit tersenyum seringai. "Keputusan tidak bisa ditarik!" ia tahu sakit perut apa yang pemuda manis itu rasakan, tahu rasanya jika berlari dengan kondisi begitu, bisa saja terjadi pendarahan parah jika dia melakukannya. Arthit bukannya kejam tapi dia yang merasakannya harusnya dia yang memberi tahu bukan temannya. Ayolah, apa feminin male jadi bisu karena haid? Ia saja bisa berteriak lantang sekarang walau sudah masuk masa haid. Bersyukur ia selalu memakai celana dalam anti bocor.

"Tapi kak-" M, akan menginterupsi lagi, tapi dihentikan oleh Kongpope yang menggeleng. Kongpope tak mau M terlalu kelelahan karena ia tahu M tak akan tahan dan bisa pingsan jika memaksakan diri.

Arthit yang memperhatikan mereka merasa kalau kedua orang itu adalah pasangan yang konyol, ia tak suka diperlakukan khusus karena feminin male, dan ia benci feminin male yang manja. Mereka seakan nyaman diperlakukan rendah serta dianggap lemah. Tidak tahukah mereka kalau manusia itu sama? Tidak tahukah mereka bahwa feminin male juga kuat? Tidak semua feminin male lemah seperti anak gadis yang kemayu.

"SAMPAI KAPAN KALIAN BENGONG, HAH?" Arthit tak tahan, adik-adik tingkatnya malah terbengong melihat pasangan yang sedikit berdebat itu. "CEPAT LARI DAN SKOT JUMP." Arthit tak habis pikir kenapa orang menyukai drama?

Para mahasiswa baru mulai berlari, lalu skot jump. "Kak, saya akan melakukannya. Jadi bisakah tidak menambahkan hukuman untuk teman saya?" M bersikukuh dengan hukuman.

Weak FeminineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang