Drama Oh Drama

162 19 11
                                    

ATURAN COMMENT DI SINI, JANGAN COMMENT "NEXT, SELAJUTNYA, DITUNGGU UPNYA/BAB SELAJUTNYA" KALAU MASIH INGIN COMMENT KAYA GITU MONGGO DI TRAKTEER AI BELIIN LISTRIK 1.400RB.

Ga mau keluar duit? yah, jangan comment kaya gitu, jangan ngeyel, ai nulis ini untuk bersenang-senang bukan dikejar death line, ya.

silahkan comment selain yang di atas dan sopan.

silahkan comment selain yang di atas dan sopan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kongpope menghampirinya, bertanya. "Ada masalah?"

Karena melihat sang ketua acara turun dan berbicara dengan Arthit, ia pikir ada sesuatu masalah dengan Arthit.

"Kita tak dapat discount untuk membeli senjata yang dapat digunakan saat pertunjukan.." balas Arthit datar.

Alis Kongpope terangkat melihat Andi yang berada di hadapannya. Pemuda feminim male yang tampan itu berdehem dan maju sedikit untuk berbicara dengan junior kampusnya itu. "Ya, karena itu adalah hal berbahaya jadi kami akan menggunakan biaya yang untuk pertunjukan sebagai biaya asuransi untuk kAlian dan penonton."

"Ah, begitu. Aku punya beberapa senjata kategori ringan dan sedang bisa digunakan pertunjukan, bagaimana?"

"Terserah... apa yang kau punya? Ada sejenis pistol?" Arthit bereaksi tak konsisten, awal yang tak tertarik namun sebenarnya ia senang dengan senjata yang bukan hanya untuk membunuh, ia senang menebak sesuatu yang bukan daging dan darah. Ini adalah apa yang hilang saat ayahnya menikah lagi, sebenarnya ibunya membuat lapangan atau ruangan tembak di rumahnya dan sering digunakannya untuk latihan dan mengajari Arthit menembak.

Namun ruang itu kini menjadi ruangan rias dan baju yang sangat berbeda, entah dengan pikiran apa yang dipikirkan ibu tirinya bukan hanya mengubah ruangan tembak tapi juga menjual semua senjata dan alat-alatnya. Padahal itu adalah milik ibu Arthit bukan milik ayahnya, yang sekarang suaminya. Arthit paham jika itu mengubah ruangan di rumahnya tapi bisa, kan? Bertanya dulu sebelum menjual semua yang ada di dalamnya?

Arthit ingin sekali menebak kepala wanita topeng itu. Waktu itu ia ngambek dan tak ingin pulang ke rumah dan tinggal di salah satu markas organisasi bawah selama liburan kampus namun si wanita topeng itu mengadu pada keluarga besar ayahnya kalau Arthit tak pernah pulang ke rumah, dan berbagai spekulasi wanita topeng itu katakan, ayah selalu membelanya, ia tahu di mana Arthit tinggal.

Namun itu semua tak cukup, karena wanita topeng itu terus-menerus membahasnya dan tak tahu harus bagaimana. Pada akhirnya noh diutus pergi ke apartemennya dan tentu saja Arthit tak ada, itu membuat semua orang di keluarga besar itu panik, kecuali ayahnya sendiri.

Waktu itu ayah Arthit bilang bawah anaknya pergi berlibur dengan sepupunya dari pihak ibu... namun masalahnya keluarga ayah Arthit hanya tahu bahwa ayahnya Arthit menikah dengan feminin male yang yatim piatu tampa tahu bahwa ia yatim piatu dari keluarga yang sangat besar dan memiliki beberapa sepupu juga dalam keluarganya.

Weak FeminineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang