“Bill, lo udah ngerjain tugas kimia, belum?” tanya Cindy.
Nabilla yang kesal dengan tingkah sahabatnya itu pun menggerutu.
“Lo bisa gak sih, biarin gue duduk dulu? Kebiasaan banget. Tugas tuh kerjanya di rumah, bukan di sekolah,” kata Nabilla menjitak kepala Cindy.
“Aww! sakit tahu, Bill.”
“Bodo amat.”
“Lo tuh sahabat rasa ibu tiri tahu,nggak!”
“Ngatain gue?”
“Ehh, nggak ding. Nanti lo nggak ngasih gue contekan lagi.” awab Cindy cengegesan.
“Giliran contekan aja cepet.”
Setelah mendapatkan buku tugas Nabilla, Cindy pun ngacir ke bangkunya untuk menyalin tugas.
“Btw, Adit mana? Tumben nggak sama, lo?”
“Gue disuruh duluan. Katanya dia mau nyimpen baju di loker.”
“Oh.”
Nabilla dan Amel pun berbincang ringan. Sampai akhirnya Adit, Ridho dan Niko datang membuat keributan.
“Hai ladies! Lagi pada ngomongin gue, ya?” kata Niko ke PD-an.
“Kayak nggak ada topik lain aja sampe harus ngebahas makhluk astral kayak, elo.” timpal Nabilla.
“Dit, cewek lo kok mulutnya gini banget, sih? Rasanya pengen gue remes-remes deh tuh mulut, gak ikhlas banget kalo gue ganteng.”
“Gue jadi penasaran, kalo lo masuk kategori ganteng, gimana yang jelek coba, ancur banget pasti.” ujar Cindy yang sudah menyelesaikan tugasnya.
“Maksud lo ngomong gitu apa, Cind?”
“Nggak ada maksud apa-apa.” jawab Cindy dengan entengnya.
Sementara Nabilla, Adit, Amel dan Ridho hanya mampu geleng kepala menyaksikan perdebatan Tom and Jerry versi 2018.
“Pasti lo tadi mau nyinggung-nyinggung gue, kan?”
“Oh. Jadi situ ngerasa tersinggung? Baguslah.”
“Lo jadi cewek nggak usah, sok. Jadi perawan tua, tahu rasa lo!”
“Maksudnya, sok cantik? Gue emang cantik, sih, nggak usah iri gitu dong.”
Perdebatan itu pun terus berlanjut, dan takkan berujung kalo Nabilla tak melerai.
“Diem. Atau nggak gue sumpahin lo berdua berjodoh, ya?”
“No!” pekik Niko
“Amit-amit cabang bayi.” kata Cindy mengetok meja dan kepalanya bergantian.
“Mustahil Bill, gue hanya akan naksir sama si nenek lampir ini, kalo cewek di dunia ini udah punah. Itu pun gue harus mikir-mikir dulu.”
“Alhamdulillah, akhirnya tugas gue selesai juga.” celetuk Ridho di belakang Adit, yang ternyata sedari tadi menyalin tugas milik Adit.
Niko yang mendengar celetukan Ridho pun menoleh.
“Emang ada tugas?”
“Anak kayak lo, mana tahu ada tugas.”
“Eh, nenek lampir, gue nggak ngomong sama elo!”
Ridho yang pusing menatap Niko dan Cindy adu mulut tiba–tiba menginterupsi. “Ribut mulu yang diurus. Noh, tugas kimia ada lima nomor. Gue mah udah.” jawab Ridho riang gembira.
“Wah parah lo, Dho. Lo kenapa nggak calling–calling gue, kampret!”
“Lo tahu juga, paling cuma nyontek doang. Nggak usah lebay, deh.” Cindy menyahut.
“Lo kenapa nyahut mulu, sih. Caper banget!” kesal Niko.
“Hello, sesama kaum copy paste bisa diem nggak, sih!” balas Nabilla sengit.
“Hahahah...makanya kalo mau ngeledek orang, sadar diri dulu!”
“Diem lo!” bentak Cindy. “Lo sih Bill, buka kartu disaat yang nggak tepat.”
Nabilla dan Amel pun tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi kesal Cindy.
“Ngapain lo, Dit?”
“Main game.”
“Dasar. Nggak di rumah, nggak di sekolah game mulu kerjanya. Gue laporin ke Mama lho, ya!” ancam Nabilla.
“Bu bos ngomel, tuh.” goda Niko.
Nabilla pun melemparkan tatapan tajamnya ke arah Niko.
“Canda, Bill. ” katanya cengegesan.
“Lagian lo main game, atau nge-stalk IG-nya si Mona?” sahut Ridho yang berada di samping Niko.
Nabilla yang mendengar Ridho menyebut nama cewek yang disangkut pautkan dengan Adit pun penasaran.
“Mona? siapa?” tanya Nabilla menatap Ridho dan Adit bergantian.
“Itu ge—”
“Itu Mbok di warung pece lele depan sekolah.” potong Adit cepat.
“Lho? Bukannya, Mbok yang depan sekolah itu namanya Mbok Sasti, ya?”
“Itu panggilan sayang Ridho ke mbok sasti.” jawab Adit asal yang membuat seisi kelas ngakak.
“Lo kenapa bawa-bawa gue? Mana ngomongnya kenceng banget lagi, nggak sekalian pake toa?” ucap Ridho kesal.
“Lo yang mulai.”
“Pak Romi menuju ke sini, guys!” teriak Dito, sang ketua kelas.
Semua siswa pun duduk dengan rapi dan tertib di bangku masing-masing.
“Selamat pagi.”
“Selamat pagi, Pak.”
“Dito, silahkan kamu kumpulkan tugas teman-teman kamu di depan.”
“Baik pak.”
“Hufff...untung aja tugas gue selesai tepat waktu.” gumam Niko.
“Dan semua itu berkat gue.” sambung Adit.
“Yoi, bro. Sering-sering aja dah kek gini, bahagia hidup gue.”
“Lo bahagia, gue yang botak mikirin ini itu. Tapi lo tinggal nyalin doang.”
“Hehhh...Lo kalo ngomong emang suka bener.”
“Lo enggak repot, lagi. Kan, ada Bu Bos, kayak diperibahasa gitu 'sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui'. Kencan jalan, tugas juga tetap kelar.” timbrung Ridho.
“Adit, Niko, Ridho. Perhatikan penjelasan saya!”
“Baik pak!” jawab Niko dan Ridho bersamaan. Sementara Adit hanya diam memerhatikan.
“Gara–gara kalian, nih!” protes Adit
“Niko duluan, tuh.” tuduh Ridho.
“Giliran ada yang salah aja, udah, Niko mulu dah yang disebut.” ucap Niko sebal.
“Karena tampang lo, emang cocok buat disalahin.” rese Ridho yang minta ditampol.
Adit hanya menanggapinya dengan kekehan, kemudian memperhatikan penjelasan Pak Romi di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone [Sudah Terbit]
Teen Fiction"Sebelas tahun bersahabat, yang membuatku nyaman dan berujung pada cinta. Ya, aku mencintaimu, tapi tak ku ungkapkan karena takut kehilanganmu. Aku takut kamu menjauh, dan tak mau berhubungan denganku bahkan walau hanya sekedar bersahabat." Nabilla...