Twenty six

3.6K 169 4
                                    

Setibanya di sekolah, Adit berjalan lebih dulu ke kelas, dan meninggalkan Nabilla yang masih merapikan seragamnya. Lagi pula, ia masih kesal dengan tingkah manja Nabilla ke orang tuanya hari ini.

Sementara itu, Nabilla yang melihat Adit meninggalkannya, berlari dan berusaha menyamakan langkahnya dengan langkah lebar Adit.

"Ish...tuh kaki kok panjang banget, sih. Susah, kan nyamainnya. Lo juga, kenapa jadi orang tinggi banget, udah kek enggrang aja."gerutu Nabilla yang kualahan menyeimbangi langkahnya dengan Adit.

"Lo-nya aja yang pendek. Dasar kurcaci. Manja lagi."cibir Adit.

"Kurcaci, ya? Gak papa. Gue anggap itu panggilan sayang lo, buat gue."

"Emang ya, kalo jomblo. Cibiran aja dianggep sebagai panggilan sayang. "

"Biarin. Yang penting kan, lo sayang."cuek Nabilla.

Langkah Adit terhenti, dan membuat Nabilla juga berhenti. Ia bingung, siapa sebenarnya gadis yang di sampingnya ini? Nabilla? Tidak, tidak. Kalo dia memang Nabilla, dia pasti gak akan tinggal diam saat dirinya dikatai. Tapi sekarang? Ia justru terlihat biasa-biasa saja. Bahkan terkesan mengalah menurut Adit.

"Gue gak mau ribut aja hari ini."Nabilla berucap seolah ia tahu apa yang Adit pikirkan.

Nabilla kembali berjalan menyusuri koridor dengan santai. Dan Adit mengikuti apa yang Nabilla lakukan.

"Kenapa? "heran Adit.

"Gue mau jadi anak baik hari ini, gak marah, gak nyebelin, gak jutek, ya...anak baiklah pokoknya."ucap Nabilla mengangkat bahu.

"Lo udah jadi sangat menyebalkan tadi, kalo lo lupa."Adit mengungkit tentang apa yang terjadi di rumahnya pagi ini.

"Maaf. Gue gak ada maksud. Gue emang cuma kangen aja, sama Mama, Papa."pembawaan Nabilla yang hari ini terlihat tenang, membuat kerutan tercetak begitu jelas di kening Adit.

"Lo kenapa, sih? Ada masalah? Kok aneh gini? "tanya Adit beruntun.

Nabilla menggeleng, lalu bergegas masuk ke dalam kelasnya. Adit yang melihat Nabilla melengos masuk ke dalam ruangan, membuatnya berhenti di ambang pintu, lalu mundur selangkah.

Adit menatap papan yang terletak tepat di atas pintu.

XI IPA.1

Hufft...ternyata mereka sudah sampai di kelas. Dan Adit tak menyadari itu. Adit melangkah masuk, dan melihat Nabilla sudah duduk di bangkunya sambil berbincang dengan sahabatnya yang datang lebih dulu.

Lo kenapa, sih sebenarnya? Aneh banget perasaan. Batin Adit yang terus menatap Nabilla yang sesekali tertawa menanggapi lelucon dari Niko.

Adit mengeluarkan ponselnya untuk bermain game. Hingga perhatiannya teralihkan ke arah Nabilla yang meneriakinya dari depan.

"Dit, pulang sekolah jalan-jalan, kuy. Ke Illy Coffee juga."

Adit mengangguk. Namun kini ia semakin bingung dengan apa yang Nabilla lakukan. Illy Coffee? Itu artinya LTC. Tempat favorit Adit dan Nabilla. Tempat yang begitu berarti bagi keduanya.

Nabilla dan Adit sebelumnya tak pernah mengajak sahabat mereka ke sana. Karena bagi keduanya, tempat itu adalah tempat khusus. Hanya ada Adit dan Nabilla. Bukannya sahabat yang lain tidak penting hingga mereka tidak diajak bergabung. Hanya saja, ada tempat tersendiri bagi mereka, yang menurutnya beberapa orang tak perlu tahu. 

*****

"Mau ke mana lagi? "tanya Amel.

Friendzone [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang