"Masih marah? " Tanya Nabilla yang saat ini sedang duduk di samping Adit.
Adit melepaskan earphone di telinganya, lalu menolehkan kepalanya ke arah Nabilla.
"Emang gue bisa marah sama Lo?" Tanya Adit dengan sebelah alis yang terangkat.
Nabilla tersenyum simpul lalu memposisikan dirinya menghadap Adit.
"Oh iya, Lo mana berani marah sama gue," Ucap Nabilla dengan sombong.
Ya, Adit memang tak pernah bisa marah kepada gadis yang saat ini duduk di sampingnya. Sekalipun ia ingin marah, hati kecilnya selalu memberontak agar Adit tidak marah kepada Nabilla. Itu sebabnya sedari kecil ia akan menangis saat Nabilla menertawai dirinya.
"Sebagai permintaan maaf gue ke elo, gue traktir makan deh."
"Gak semua orang bisa Lo bujuk dengan makanan." Cibir Adit.
Nabilla hanya menanggapinya dengan cengiran khasnya.
"Tapi mau gue traktir gak? Kan lumayan tuh, uang jajan Lo bisa buat beli bensin nanti. " Bujuk Nabilla yang pantang menyerah.
"Yaudah, ayo! " Kata Adit yang sudah bangkit dari duduknya, lalu mengulurkan tangan kanannya ke arah Nabilla.
Alhasil mereka berdua berjalan dengan bergandengan tangan menyusuri koridor yang akan membawa mereka ke kantin di mana ketiga sahabatnya telah berada di sana saat jam istirahat tadi.
Baik Nabilla maupun Adit sadar akan tatapan dari berbagai siswa yang mereka lewati, dan mereka berdua juga sudah terbiasa akan tatapan seperti itu. Seperti biasa, Adit akan memasang wajah datar dan sikap cueknya saat melewati para siswa kurang kerjaan yang selalu memberinya tatapan kagum, menghina, dan tatapan lainnya.
Namun beda halnya dengan Nabilla, ia sangat tidak suka diperhatikan seperti itu. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian, oleh karenanya ia langsung melepas genggaman tangannya dengan Adit.
Adit menghentikan langkahnya dan mengernyitkan dahi seolah ia bertanya,' ada apa? '
"Lo duluan aja, entar gue nyusul," Ucap Nabilla.
"Ke mana? "
"Toilet," Jawab Nabilla disertai dengan senyuman.
Adit menganggukkan kepalanya, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kantin.
Sebenarnya toilet hanya alibi Nabilla saja, karena nyatanya kakinya justru melangkah ke arah kelas XI IPS1, kelas Mona.
Nabilla tiba-tiba kepikiran untuk mengajak serta Mona untuk makan bersama di kantin, dengan begitu Mona dan Adit nantinya akan lebih dekat.
"Hy," Sapa Nabilla saat ia sudah berada di kelas Mona, lebih tepatnya di samping meja Mona.
"Hy, Nabilla. Ada apa? " Tanya Mona yang kebingungan dengan kehadiran Nabilla.
"Ah, begini... gue mau ngajak Lo makan bareng. Lo mau, gak? " Jelas Nabilla.
"Dalam rangka apa? " Tanya Mona yang masih tidak mengerti.
"Dalam rangka perayaan hari pertemanan kita. Kau tahu? Selama kita berkenalan, kita belum pernah makan atau sekedar ngobrol bareng. Jadi gue rasa, kenapa gak sekarang aja? " Kata Nabilla dengan begitu ramah, tak ketinggalan senyum tulus yang terukir di bibirnya.
"Teman? Lo nganggap gue teman? " Tanya Mona tak percaya bahwa Nabilla yang begitu populer di sekolah ini mau berteman dengannya.
Nabilla mengangguk antusias,"Emang Lo gak mau temenan sama gue? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone [Sudah Terbit]
Teen Fiction"Sebelas tahun bersahabat, yang membuatku nyaman dan berujung pada cinta. Ya, aku mencintaimu, tapi tak ku ungkapkan karena takut kehilanganmu. Aku takut kamu menjauh, dan tak mau berhubungan denganku bahkan walau hanya sekedar bersahabat." Nabilla...