Twenty Nine

3.4K 152 25
                                    

"NABILLA!! "

Adit terbangun dengan napas tersengal-sengal serta keringat dingin yang mengalir dari dahi hingga ke seluruh tubuhnya.

Masih dengan wajah syok, linglung, dipandanginya tempat sekitar yang dapat dijangkau indra penglihatannya.

Gelap, bunga, dan bangku yang sekarang ia duduki.

Taman! 

Sepertinya ia ketiduran di taman karena terlalu lelah.

"Untung hanya mimpi." batin Adit seraya menghela napas lega.

Dengan mata terpejam, Adit berusaha mengumpulkan nyawanya serta menetralisir deguban jantungnya yang seakan ingin meruntuhkan dadanya.

Sedikit tersentak, diraihnya ponsel di saku jaketnya yang bergetar.

Ridho is calling....

"Ada ap--"

"Ke mana aja, Lo?  Dicariin gak nemu-nemu. Tadi aja sok panik kek gembel, sekarang malah ngilang kek tuyul. Noh, Billa udah sadar, bego!" potong Ridho cepat dengan nada kesal. Bagaimana dia nggak kesal?  Ridho yang tadinya sedikit iba dengan keadaan Adit yang kacau kayak korban angin tornado, udah keliling rumah sakit nyari Adit si anak gembel tapi ngga ketemu. Bahkan ia harus menahan malu karena sampai masuk ke ruangan ibu menyusui. Entah terbesit dari mana pikiran kalo Adit tengah berada di sana.

Pip!

Tanpa tendeng aling-aling, diputuskannya panggilan secara sepihak. Bodo amat dengan Ridho yang pasti akan menghujaminya dengan rentetan sumpah serapahnya nanti. Ia tidak peduli, karena pikirannya kini berpusat pada kalimat terakhir Ridho. Nabilla-nya sudah sadar.

Secepat kilat, kaki panjangnya ia ajak berlarian di tengah malam yang sepi, menembus hawa dingin yang membuat ngilu hingga ke tulang-tulang namun dihangatkan oleh hati yang membara lantaran bahagia.

Bahagia, karena Tuhan masih mau mendengarkan doanya untuk tidak membiarkan miliknya pergi meninggalkannya.

Miliknya?

Mungkin satu gambaran tentang  siapa Nabilla baginya, mulai terbesit di pikiran.

Nabilla, cewek pertama yang buat dia nangis saat pertemuan pertama mereka sebelas tahun lalu, yang mengajarinya cara menikmati hidup dengan kekonyolan yang selalu ia ciptakan, mengajarinya bagaimana rasanya tertawa tanpa beban.

Dia, cewek pertama yang bisa membuat Adit merasakan cemas, khawatir, takut, berpadu menjadi satu. Menghasilkan rasa yang tak biasa, dengan kadar berlebihan.

Maaf kalo sepihak, tapi Lo udah gue cap sebagai milik gue dari sekarang hingga selamanya.

Tak butuh waktu lama, Adit sudah berdiri di depan ruangan di mana Nabilla dirawat. Tatapannya ia alihkan ke Ridho yang duduk di bangku dengan tatapan kesal yang diarahkan kepadanya.

"Nanti aja kalo mau marah. Gimana? Billa?"

"Udah dikasih obat penenang sama dokter. Harus banyak istirahat katanya. Jangan diganggu!" jawab Ridho ogah-ogahan, namun binar bahagia tampak jelas dari sorot matanya.

Adit kembali menghela napas lega. Setidaknya rasa takut yang tadi menderanya sudah teratasi.

Kini ia berjalan mendekati Maya yang tampak lemas dalam dekapan Tyson.

"Tante... " panggil Adit lembut sambil menggenggam tangan Maya yang terasa dingin. "Tante pulang aja, ya. Istirahat. Nanti biar Adit yang jagain, Billa."

Maya tak bersuara namun dari gelengan kepalanya mengisyaratkan bahwa ia tetap ingin berada di sana, menunggu putrinya.

Adit kembali memberi pengertian kepada Maya, "Tante harus pulang dulu, tenangin diri. Billa pasti sedih liat tante kek gini. Tuh liat! maskaranya luntur, bibirnya pucat, matanya bengkak. Kayak zombie. Nanti Billa takut, Tan" ucap Adit dengan menunjuk bagian yang ia sebutkan.

Tyson, Yuli, dan Angga bahkan menahan tawa mendengar ucapan Adit yang terdengar konyol dalam merayu.

"Ihh.. Kamu! Ngatain tante?!" rajuk Maya namun juga terkekeh.

"Nggak maksud gitu, sih, Tan. " jawab Adit cengengesan. "Tapi yang aku bilang tadi bener, loh.  Tante pulang aja dulu, istirahat. Besok ke sini lagi bawa makanan ya. Jangan lupa dandan yang cantik biar Billa iri." Adit lanjut merayu dengan nada jenaka serta kerlingan mata yang membuat dua pasang paruh baya tertawa sedangkan Ridho bergidik ngeri dari tempat duduknya.


🍂🍂🍂🍂🍂

Hai...
Sorry, baru nongol lagi.
Masih ada yang nungguin nggak, nih?

Kali ini saya Up-nya dikit ya. Maklum masih dalam masa pemulihan, sempet drop kemarin-kemarin. Nggak sanggup ngetik, dan kendala utamanya sebenarnya nggak bisa nyusun kata-katanya. Pikiran nggak jauh-jauh dari obat-obatan.

Next chap, aku bikin yang lebih panjang lagi, deh✌

Happy reading...
Jangan lupa vote & comentnya😉

Friendzone [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang