Rasa sakit hati yang tadinya ia rasakan, kini tersingkirkan oleh rasa hangat yang sahabatnya berikan.
Air mata yang sedari tadi membanjiri wajah cantiknya, kini tergantikan oleh senyuman yang begitu manis.
Bersyukur, bersyukur dan bersyukur.
Hanya itu yang bisa ia lakukan. Disaat ia dalam kesulitan, sahabatnya selalu ada di sampingnya untuk menguatkan, menenangkan, dan menasehati dirinya.
Entah kebaikan apa yang pernah ia lakukan di masa lalu, hingga Tuhan berkenan memberikan sahabat terbaik yang pernah ada untuk dirinya. Sahabat yang tahu masalahnya, tanpa harus ia katakan.
Benar apa yang Ridho katakan saat di rooftop kemarin. Ia tak sendiri, ia memiliki sahabat luar biasa, yang pasti akan membantunya dititik tersulit dalam hidupnya.
Dan diantara semua kata bijak yang keluar dari mulut Ridho, satu hal yang paling menyentil di hatinya.
"Persahabatan kita terlalu indah Bill, buat hancur begitu saja. Apalagi jika itu hanya karena rasa cinta...kita gak tahu sampai kapan cinta itu akan bertahan, karena dalam rumus cinta ada tiga hal yang salah satunya pasti akan terjadi, antara bersama, ditinggal, atau meninggalkan. Sementara dalam sahabat...kita hanya mengenal rumus bersama, dan gak ada yang namanya ditinggalkan, apalagi meninggalkan." itu kata Ridho. Kata yang menurut Nabilla sangat bijak, dan berhasil menyentuh dasar hatinya yang paling dalam.
Dan setiap perkataan Ridho terngiang dalam pikirannya, Nabilla hanya mampu bergumam, "Lo bener, Dho. "
*****
Sepulang sekolah, Nabilla langsung masuk ke dalam kamarnya dan menjatuhkan badannya ke kasur.
Ini sudah hari ketiga, setelah Adit dan Mona jadian.
Namun pikirannya masih bergelut memikirkan hatinya yang terluka dan juga nasihat dari Ridho.
Seperti kata Ridho, ia harus menerima segalanya dan kembali menjadi Nabilla yang dulu, Nabilla yang belum memiliki rasa untuk sahabatnya.
Tapi sekuat apapun ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja, semuanya akan terasa sia-sia saat melihat Mona dan juga Adit yang terlihat begitu romantis dan saling menyanyangi.
Adit bahkan sudah sangat jarang berkunjung ke rumahnya, dan saat ia yang ke rumah Adit, pria bodoh itu lagi yang tidak ada di rumah.
Mereka benar-benar terlihat berjauhan sekarang. Adit sudah sangat jarang menyapanya, memperhatikannya, atau sekedar mengajaknya berangkat ke sekolah bersama seperti biasa.
Memangnya ia siapa? Sampai ia mengharapkan perhatian dari Adit? Memangnya Adit tukang ojek? Sampai ia harus mengantarnya ke sekolah? Seharusnya ia sadar, bahwa semuanya telah berubah.
Sekarang Adit memiliki hidupnya sendiri, dan ia sama sekali tak memiliki hak untuk menuntut ini itu kepada Adit.
Tapi sungguh, ia sangat terluka dengan suasana seperti ini. Suasana yang terasa asing, seolah mereka tak pernah saling mengenal sebelumnya.
Kata Ridho, Nabilla hanya cukup menjadi sahabat untuk Adit, sahabat yang selalu ada saat cowok itu terjatuh nantinya.
Namun bagaimana caranya Nabilla melakukan itu jika Adit saja sekarang seakan menjauh. Sekalipun mereka berdekatan, tetap saja seperti ada tembok pemisah antara dirinya dan juga Adit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone [Sudah Terbit]
Teen Fiction"Sebelas tahun bersahabat, yang membuatku nyaman dan berujung pada cinta. Ya, aku mencintaimu, tapi tak ku ungkapkan karena takut kehilanganmu. Aku takut kamu menjauh, dan tak mau berhubungan denganku bahkan walau hanya sekedar bersahabat." Nabilla...