Setelah berbagai persiapan, kami semua menuju ke depan pintu gerbang kota bagian utara. Velika yang dari penginapan sudah terlihat marah, walaupun ia memperlihatkan wajah sehari harinya. Mungkin aku sudah hafal bagaimana ekpresi dari guruku yang satu ini.
Darui juga sudah mempersiapkan kereta kuda untuk kami semua. Tetapi sebelum berangkat, velika menyeretku menjauh dari kerumunan.
"Akashi, sebelum berangkat kau harus ingat ini, disana adalah tempat kediaman bangsawan, jadi jaga sikapmu saat berada disana kau mengerti!?", sambil mengarahkan jarinya kearah wajahku
"Baiklah Velika, aku juga tahu kapan aku harus bersikap sopan"
"Dan untuk jaga jaga, pakailah ini", sambil mengambil sesuatu dari sakunya.
Setelah beberapa saat setelahnya, ia memberikan sebuah gulungan kertas. Aku tidak tahu apa benda itu berbahaya atau tidak. Dilihat dari manapun itu seperti gulungan kertas biasa, tetapi jika yang memberikannya adalah Velika, jadi aku sedikit ketakutan.
"Apa ini Velika? Ini tidak akan membunuhku kan?"
"Bukalah jika kau dalam situasi yang sangat genting saja Akashi, cepat simpan dan masuk kedalam bersama lainnya", sambil mendorongku mendekati kereta kuda.
Setelah itu kami semua memulai perjalanan menggunakan kereta kuda.
Didalam perjalanan, awalnya kami melihat pemandangan hutan, danau, sungai dan beberapa desa yang terlihat sangat damai.
Tanpa sadar kami melewati terowongan gelap dan cahaya mulai menghilang digantikan dengan lentera disepanjang jalan.
Setelah beberapa saat kami melihat cahaya dari ujung terowongan. Tetapi, entah kenapa udaranya sangat berat dan perasaanku tidak enak. Velika dan Fafnir juga terlihat serius dari awal perjalanan tadi.
Ketenangan dan kesenangan didalam kereta berhenti seketika setelah kami melewati terowongan itu. Terdapat papan pengumuman tepat setelah kami melewati terowongan itu
"Siapapun yang menentang sang api abadi akan menanggung akibatnya"
Pemandangan desa yang kami tidak melihat satu orang pun, hampir seperti desa mati. Setelah beberapa saat kemudian, kami melihat kerumunan yang sedang marah mengelilingi sebuah Guilotinne.
"Velika, benda apa itu?", tanyaku sambil menunjuk kearah kerumunan.
Velika menoleh kearah kerumunan itu. Awalnya dia hanya meresponku dengan santai dan seperti acuh kepadaku.
"Itu hanya proses hukuman pancung, mungkin kau pernah melihatnya di film atau yang lainnya. Sekarang yang ada di depanmu adalah proses hukuman pancung yang sebenarnya", sambil menoleh kearah kerumunan itu.
Setelah beberapa kali berbincang dengan velika, kereta kami melewati jalan yang sangat dekat dengan kerumunan itu. Terdengar suara kerumunan itu.
"Jangan bunuh dia!!"
"Bebaskan dirinya, apa salah dia hingga dihukum seperti ini!?"
"Bangsawan sialan, kau pasti akan membayarnya!!!"
Itulah beberapa seruan yang kudengar dari dalam kereta, dari kerumunan itu datang seorang gadis yang dikawal oleh beberapa penjaga. Dia memakai pakaian budak dan wajahnya tertutupi cadar.
Aku sempat keheranan karena meskipun dia sedang memakai pakaian seorang budak. Tubuhnya bahkan tidak seperti orang yang sudah diperbudak, kulit yang putih dan tampak anggun.
Velika yang tadinya acuh dan bahkan tidak tertarik pada kerumunan itu mulai memperhatikan budak yang akan dihukum pancung itu.
Setelah budak itu sampai didepan Guilotinne, sang algojo membuka cadarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Hollow is a Grim Reaper??
FantasyApa kalian pernah merasa nyaman tinggal di dunia ini? Dunia dengan alur tak menentu dan terus berubah. Ada yang ingin menjadi orang sukses dan memimpikan banyak hal. Tetapi, semuanya terbuang sia sia oleh beberapa faktor. Diantara faktor tersebut ad...