Part 14 the first time

788 66 6
                                    


"Sampai di rumah, jangan lupa nanti obatnya ini diminum 3 kali sehari ya, bu! Di sini ada aturan minumnya, jangan lupa istirahat yang banyak, banyakin juga minum air putih dan jangan lupa gerak-gerak badan sedikit kalau pagi-pagi." 

Ibu tua itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil memandangi dokter muda yang tampan yang mengajaknya bicara, yang tak lain adalah Jalal.

"Sekarang, ibu boleh pulang dan jangan kembali lagi!" Ibu tua tadi nampak terkejut dan sedikit kecewa.

"Kenapa saya nggak boleh ke sini lagi, dok? Kalau saya ingin ketemu sama pak dokter gimana?" Jalal tertawa kecil mendengar pertanyaan polos si ibu tua

"Maksud saya, ibu jangan kembali ke sini dalam keadaan sakit lagi tapi kalau ibu sekedar ingin bertemu dengan saya, boleh-boleh saja," ujar Jalal sambil mengembangkan senyum menawannya. 

Tanpa sepengetahuan Jalal, Jodha yang sedari tadi sudah sampai di rumah sakit, hanya memperhatikan mereka dari kejauhan, ibu tua tadi menepuk-nepuk pipi Jalal seraya berkata.

"Kamu ini dokter yang sangat baik, sudah baik, tampan pula, apa sudah punya istri?" Jalal tersenyum mendengar pertanyaan ibu tua tersebut sambil menggelengkan kepalanya.

"Saya belum menikah, bu ... tapi calon sudah punya!" 

Wanita tua itu memandang Jalal dengan tatapan haru. "Semoga hubungan kalian awet, langgeng, sampai maut memisahkan kalian!" Jalal mengangguk. 

"Aamiin ... terima kasih!"

Tak lama kemudian wanita tua itu berlalu meninggalkan Jalal yang masih terus memperhatikan kepergian wanita tersebut, tepat pada saat itu Jodha menghampirinya seraya bertanya.

"Kayaknya akrab banget sama wanita tua itu, pak dokter?" Jalal menoleh ketika di dengarnya suara Jodha yang ternyata sudah berada di sampingnya.

"Heiii, kamu di sini rupanya, kapan datang?" tanya Jalal sambil merangkul bahu Jodha dari samping lalu mencium keningnya.

"Barusan, sebenarnya sudah dari tadi, aku tadi juga sempat melihat kamu ngobrol sama ibu tua itu!" ujar Jodha sambil menunjuk ke arah depan. "Sepertinya kamu akrab sama dia dan aku lihat treatmentmu ke pasien seperti dia mujarab juga!" Jalal pun cemberut.

"Mujarab apanya, buktinya dia bolak-balik ke rumah sakit terus! Pake alasan pusinglah atau apalah! Padahal dia itu nggak apa-apa, dia sehat-sehat saja, ya udah aku kasih vitamin saja buat dia karena dia selalu minta obat!" Jodha tersenyum sambil membelai wajah Jalal.

"Tuh kan aku bilang apa? Mujarab kan? Mujarab untuk datang lagi maksudnya!" ujar Jodha sambil tertawa geli, Jalal cuma bisa manyun.

"Jangan gitu dooong, kasihan ... pacarku yang satu ini! Sekarang gimana kalau kita makan siang? Aku lihat tadi di pojok jalan yang mau ke rumah sakit, ada warung makan baru, kayaknya enak makanannya, gimana kalo kita cicipi?" Jalal menganggukkan kepalanya.

"Sebentar aku lepas jasku ini dulu, tunggu ya!" Jalal segera masuk ke dalam ruangan IGD (gawat darurat) untuk melepas jas dokternya yang panjang hingga selutut yang memang di khususkan untuk para co-as (dokter muda). 

Tak lama kemudian mereka berdua sudah masuk ke dalam warung makan baru di pojok jalan dan memesan makanan mereka masing-masing.

"Sayang, kamu ingat lusa itu hari apa?" Dahi Jalal mengernyit begitu mendengar pertanyaan Jodha.

"Lusa? Lusa itu hari jumat, emang kenapa?" Kedua bola mata Jodha membulat melotot.

"Iya, aku tahu kalau besok lusa itu hari jumat tapi apa kamu nggak ingat hari jumat itu hari apa? Hari yang sangat special buat kita!" Jalal pura-pura berfikir keras memikirkan jawaban pertanyaan Jodha, sementara Jodha mulai ilfil dengan sikap Jalal yang cuek dengan hari jadi mereka berdua yang tinggal dua hari lagi.

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang