Part 28 Pak Malik tercidyuk

1.1K 76 7
                                    


Dua hari setelah pernikahannya yang diselenggarakan di Kalimantan, yang dilewatinya tanpa malam pertama, Jodha langsung diboyong ke Jakarta karena Profesor Humayun ingin mengadakan pesta ngunduh mantu besar-besaran untuk menantu kesayangannya ini. Semua teman Jallal dan Jodha pun hadir di pesta mewah nan besar tersebut, begitu juga kedua sahabat Jodha, Rukayah dan Moti.

"Satu keuntungan dari sebuah pernikahan adalah bahwa ketika kamu telah berhenti mencintainya dan dia juga telah berhenti mencintaimu tapi pernikahan membuat kamu bersama-sama lagi sampai kalian berdua saling jatuh cinta lagi!"  Tertanda your BFF best friend forever, Ruku & Moti.

Jodha hanya tersenyum kecil begitu membaca kartu ucapan dari kedua sahabat terdekatnya itu, perlahan dibukanya hadiah dari kedua sahabatnya, ternyata sebuah buku diary. Jodha hanya tertawa geli melihatnya apalagi di sampul depan tertulis "Kesempatan kedua selalu ada, manfaatkan sebaik mungkin dan rekam jejaknya di buku diary ini, lovelly ruti!"

Jodha kembali tertawa geli sambil berkata dalam hati. "Kesempatan kedua? Jatuh cinta lagi? Rasanya tidak akan ada dalam kamus Dokter Jodha, pernikahan kami hanya kamuflase belaka, aku nggak mau berlama-lama dengannya, setelah satu tahun kami menikah, good bye forever!" bathin Jodha sambil menulis apa yang ada di dalam benaknya itu ke dalam buku diary tersebut.

"Sedang nulis apa kamu? Aku perhatikan dari tadi kamu cuma senyam-senyum saja?" Tiba-tiba suara Jallal mengagetkan Jodha yang sedang asyik menulis. Jodha segera menutup buku diarynya dan memandang ketus ke arah Jallal.

"Bisa nggak sih ketuk pintu dulu?" ujar Jodha ketus, Jallal hanya tertawa kecil sambil duduk di tepi tempat tidur sementara Jodha duduk di atas tempat tidur dengan kakinya yang disilangkan di atasnya.

"Kenapa aku harus ketuk pintu? Bukankah ini juga kamarku?"

"Lalu kapan aku bisa mendapatkan kamarku sendiri? Kapan kita pindah ke rumah kita sendiri? Kita sudah satu minggu di rumah orang tuamu ini, aku rasa itu sudah cukup dan lagi kita sudah kirim barang-barang kita ke rumah kita sendiri. Jadi sekarang waktu yang tepat untuk bebenah rumah!" Jodha terus nyerocos minta pindah ke rumah mereka sendiri yang telah dibeli oleh Jallal, dimana lokasinya tidak jauh dari rumah Jodha yang lama, dimana adik-adik Jodha masih tinggal di sana.

Sedangkan rumah warisan dari Bu Hamida sengaja Jallal jual atas persetujuan ibunya untuk dibelikan rumah tersebut. Sebuah rumah minimalis dengan dua lantai dengan gaya arsitekturnya yang Jodha suka, Jodha dan Jallal memang sengaja memilih rumah itu berdua.

"Besok, kita pindah! Mumpung besok hari sabtu, jadi kita bisa bebenah rumah kita!" sahut Jallal sambil memperhatikan Jodha dengan tatapan penuh arti, Jodha tau apa maksud tatapan Jallal.

"Aku masih palang merah! Bisa sampai satu bulan!" tukas Jodha ketus sambil menurunkan kakinya dan turun dari tempat tidur, sementara Jalal hanya terperangah tidak percaya.

"Satu bulan? Kamu jangan main-main, Jodha ... aku tahu berapa lama siklus seorang perempuan, kamu pasti main-main denganku!" sahut Jallal lantang sambil mencengkram tangan Jodha erat.

 aku tahu berapa lama siklus seorang perempuan, kamu pasti main-main denganku!" sahut Jallal lantang sambil mencengkram tangan Jodha erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang