Part 43 morning kiss in India

1.8K 118 19
                                    

Di rumah sakit ...

Jallal dan Jodha segera beranjak dari kantin dan beralih menuju ke kamar dimana Benazir dirawat. Sepanjang perjalanan, sejak keluar dari kantin tadi, Jallal selalu menggenggam tangan Jodha erat. Jodha bisa merasakan kehangatan tangan Jallal yang membuatnya merasa nyaman bila berada di sisinya. Jodha jadi ingin segera terbang ke Agra Fort untuk merasakan sensasi déjà vu nya bersama Jallal di sana.

Tak lama kemudian mereka berdua sudah sampai di kamar dimana Benazir dirawat, selama dalam perjalanan tadi, semua perawat yang mereka jumpai pada tersenyum sambil menganggukkan kepalanya ke arah mereka berdua, Jallal dan Jodha pun membalas senyuman dan anggukkan kepala mereka.

Pasangan dokter sejoli ini memang selalu menjadi favourite dan bahan perbincangan para suster di rumah sakit tersebut, bahkan banyak pula yang iri melihat kemesraan yang tak jarang sering mereka perlihatkan. Meskipun kadang Jodha sering mengelak kalau Jallal mengajaknya bermesraan di depan umum. Namun, hal ini yang membuat semua orang di rumah sakit jadi gemas melihatnya.

"Selamat siang, Nyonya Benazir ... apa kabar?" sapa Jallal begitu menemui Benazir yang masih terbaring di atas kasur. Benazir sendiri berusaha untuk bangun begitu melihat dokter pujaannya datang. "Sudah ... nggak usah bangun, bagaimana keadaanmu? Sudah baikkan?" 

"Sudah, Dok ... perut saya sudah nggak nyeri lagi, terima kasih untuk bantuannya," sahut Benazir lemah. 

"Ternyata kamu sudah tahu kalau saya dokter?"

Benazir tersenyum malu begitu menyadari kalau dirinya sudah tahu identitas Jallal yang sebenarnya, laki-laki yang menolongnya malam itu di pinggir jembatan, ketika dirinya selesai memuaskan nafsu  laki-laki hidung belang langganannya yang bersedia bermain dengannya dalam keadaan hamil.

"Sudah, Dok ... saya coba tanya sama salah satu perawat di sini, saya baru tahu kalau anda adalah salah satu dokter di sini, bahkan anak pemilik rumah sakit ini!"

Jallal hanya tersenyum kecil sambil melirik ke arah Jodha yang saat itu hanya berdiri mematung di sebelah Jallal. "Oh yaa ... kenalkan ini istriku, Dokter Jodha. Dia juga salah satu dokter di rumah sakit ini ... sayang, kenalkan ini Nyonya Benazir!"

"Sialan! Shit! Ternyata dia sudah punya bini! Kirain masih single si dokter ganteng!" rutuk Benazir dalam hati

Jodha tersenyum sambil mendekat ke arah Benazir dan mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan. "Bagaimana kabar anda, Nyonya Benazir? Saya Dokter Jodha!"

"Kabar saya baik, Dok ... terima kasih untuk bantuannya, tanpa suami anda malam itu, saya nggak tahu berada dimana saya sekarang saat ini." 

Kedua bola mata Benazir mulai buram karena pelupuknya dipenuhi airmata, Jodha hanya menggelengkan kepalanya seraya berkata.

"Kita sesama umat manusia memang harus saling membantu, apalagi suami saya kan dokter, jadi dia wajib menjalankan tugasnya. Oh yaa ... kalau boleh saya tahu, dimana suami anda?" 

Benazir hanya mengeluh pelan. "Saya sendiri nggak tahu, Dok ... siapa ayah bayi ini, karena dokter tahu sendiri kan, seperti yang sudah saya ceritakan kemarin ke suami anda, kalau saya ini pemuas nafsu para hidung belang alias wanita malam!" Jodha merasa sedih melihat kondisi Benazir.

"Ooh ... Maaf ... jadi dengan kondisi seperti ini, kamu masih menjalankan pekerjaanmu?" 

Dengan cepat Benazir mengangguk. "Mau gimana lagi, Dok ... karena saya hanya punya pekerjaannya itu dan lagi saya juga harus mempersiapkan kelahiran anak saya nanti. Saya harus membeli semua perlengkapannya, darimana uangnya kalau saya nggak kerja? Dan lagi saya juga sudah ketagihan, Dok ... uupss, maaf ... saya jadi keceplosan, abis enak siiih ..."

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang