Part 35 Deja Vu

883 81 8
                                    


Di jalan raya ...

Malam itu Jallal benar-benar terjebak kemacetan yang membuatnya jengah karena harus berlama-lama di dalam mobil, sementara Atifa merasa nyaman-nyaman saja, karena memang keadaan seperti inilah yang dia inginkan bisa berlama-lama sama Jallal, hingga akhirnya mereka sampai di rumah Atifa.

"Terima kasih, ya Jallal ... akhirnya sampai juga ke rumah, nggak masuk dulu? Mungkin minum kopi atau teh gitu, kamu sendiri pasti capek kan?" 

Atifa sangat berharap Jallal mau mengiyakan ajakannya. Namun, ternyata Atifa harus menelan kekecewaan ketika Jallal hanya menggelengkan kepalanya seraya berkata. "Terima kasih, Nyonya Atifa ... sudah malam, Jodha pasti sudah gelisah menunggu di rumah!" Jallal pun menolak secara halus, akhirnya Atifa turun dari mobil Jallal dengan perasaan kesal.

"Ya sudah, kalau begitu, saya masuk dulu yaaa ... terima kasih untuk tumpangannya!" Jallal hanya tersenyum kemudian segera berlalu meninggalkan Atifa.

Tanpa menunggu lama kemudian ketika sampai di rumahnya sendiri saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, dari kamar atas Jodha bisa mendengar mobil Jallal masuk ke garasi.

Sedari tadi Jodha berusaha untuk tidur. Namun, matanya tak mampu terpejam, hanya saluran televisi yang menjadi pelampiasannya, berulang kali Jodha memindah-mindahkan chanel televisi, tapi tidak menontonnya dengan pasti. Tak lama kemudian begitu Jallal masuk ke dalam kamar, Jodha segera membalikkan badannya membelakangi Jallal.

Jallal hanya tersenyum, Jallal tahu kalau Jodha marah padanya. Jallal segera berjalan berjingkat dan duduk di tepi ranjang sambil memperhatikan istrinya, sekilas Jodha melirik ke arah Jallal, Jallal semakin mengembangkan senyum manisnya. Namun tidak menggoyahkan hati Jodha.

Jodha kembali berbalik membelakangi Jallal dengan perasaan kesal, Jallal mendekatkan wajahnya ke wajah Jodha dari arah belakang sambil hendak menciumnya, Jodha segera menutupinya dengan bantal begitu tau Jallal hendak mendekat kearahnya, Jallal semakin penasaran.

"Kamu kenapa sih? Suami pulang bukannya disambut, malah dikasih pantat beginian!" goda Jalal sambil menepuk pantat Jodha yang lebar, dari dulu sejak pertama kali bertemu, Jallal memang sangat suka dengan bentuk pantat Jodha selain bentuk tubuh yang lain pastinya.

Jodha membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah Jallal dengan perasaan kesal. "Kemana aja? Pulang sampai larut begini?" Jallal hanya tersenyum begitu mendengar gerutuan Jodha.

"Kan aku sudah bilang dari tadi, jalanan macet, nggak bergerak sama sekali, mana aku harus nganter Nyonya Atifa ke rumahnya terlebih dulu, baru pulang, otomatis butuh waktu yang cukup lama untuk sampai di rumah. Jangan marah gini dong, say ... yaa sudah aku minta maaf, pleaseee maafkan aku ..." pinta Jallal sambil menjewer kedua telinganya dan memasang muka memelas ke arah Jodha.

Melihat tingkah suaminya yang lucu seperti itu, akhirnya Jodha tidak jadi marah, Jodha ingin tertawa geli tapi ditahannya. Jodha tidak ingin Jallal tahu, kalau dirinya sebenarnya sudah melunak, jadi Jodha masih menunjukkan sifat kesalnya, sementara Jallal belum juga melepaskan jeweran di kedua telinganya sendiri.

"Masih marah ya? Maafin dong sayang ... ini kan bukan kesalahanku sepenuhnya, kalau tadi pagi kamu larang aku pergi, aku pasti nggak akan pergi." Jodha mencibirkan bibir tipisnya sambil mulai bangun dari tempat tidur.

"Oke, aku maafin ... tapi kamu harus tetap dihukum! Dan hukumannya adalah beliin aku nasi goreng Jawa di depan!" Jallal akhinrya menyerah dan pasrah dengan keinginan Jodha yang lagi ngidam.

"Oke laah ... nanti akan aku belikan, tapi aku mandi dulu yaa, sudah bau asem niii!" ujar Jalal sambil mencium aroma tubuhnya, Jodha menganggukkan kepalanya.

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang