Part 9 ijinkan aku menyayangimu

838 61 13
                                    


Kebersamaan Jodha dan Jalal selama 4 hari 3 malam di gunung Gede ternyata menjadi cerita tersendiri untuk mereka berdua, tak jarang mereka sering beradu pandang ataupun curi-curi pandang mencari satu sama lain, keduanya seperti magnet yang saling tarik-menarik. Namun, kadang saling tolak-menolak.

Perasaan ini akhirnya berlanjut setelah mereka kembali ke kampus, apalagi ketika Jodha tahu kalau Rukayah sudah jadian sama Salim anak fakultas Hukum anggota Mapala Nusantara yang ikut mendaki bersama mereka kemarin, setelah petualangan mereka selama 4 hari di alam bebas.

"Gila? Bener kamu sudah jadian sama Salim?" Rukayah menganggukkan kepalanya sambil tertawa-tawa senang, sementara Jodha dan Moti memukulinya dengan bantal. Saat itu kebetulan mereka sedang berada di kamar Jodha ketika Rukayah menceritakan kedekatannya dengan Salim si anak Hukum.

"Emang cuma Moti aja yang bisa pacaran! Aku juga bisa kaleee!" bela Rukayah sambil menangkis hantaman bantal dari Jodha dan Moti kemudian mereka tertawa bersama-sama sambil memandang satu sama lain.

"Ruku, apa yang membuat kamu jatuh cinta sama Salim?" Moti mulai membuka pembicaraan setelah perang bantal diantara mereka reda.

"Karena dia anak gunung!" Jodha dan Moti saling berpandang-pandang satu sama lain dengan perasaan heran.

"Anak gunung? Maksudmu?" Rukayah meletakkan kepalanya di bahu Jodha sambil menggelanyut manja dan berkata.

"Jodha, masa kamu nggak tahu sih kalau anak gunung itu kan tipe pacar ideal?" Jodha menggelengkan kepalanya, Moti juga mengerutkan dahinya. 

"Maksud kamu apa sih " Rukayah menyeringai senang.

"Dengerin ya, aku jabarin satu-satu!"

"Jabarin, penyuluhan kali!" Moti mencoba menggoda Rukayah. Namun, Rukayah tetep cuek tidak menggubris ucapan Moti.

"Kenapa aku bilang anak gunung itu tipe pacar ideal karena satu! Dia itu bukan orang-orang yang kurang kerjaan, alay-alay nggak jelas dan nggak punya tujuan! Mereka itu justru orang yang sudah memantapkan tujuan dengan jelas! Yaitu puncak gunung!" ujar Rukayah dengan semangat yang tinggi, Jodha hanya mengangguk-angguk.

"Trus kedua!" sela Jodha.

"Oke, kedua ... hmmm ... nah ini dia! Anak gunung itu punya semangat untuk mengalahkan dirinya sendiri!"

"Maksudnya?" sela Moti yang semakin penasaran.

"Kalian tahu kan musuh terbesar seseorang itu sebenarnya bukan orang lain atau lingkungan di sekitarnya! Melainkan dirinya sendiri!" ujar Rukayah sambil bergaya dengan kedua tangannya yang dilipat di depan dada di depan Jodha dan Moti, mereka berdua tertawa cekikikan melihat tingkah Rukayah.

"Kok ketawa sih? Ini serius!" Jodha dan Moti segera menutup mulut mereka dengan jari telunjuk mereka masing-masing sambil saling berpandangan-pandangan dengan perasaan geli.

"Kalian tahu, kalau ini filosofi yang dipegang oleh kebanyakan pendaki gunung! Karena dengan mendaki gunung, mereka mencoba menantang diri mereka sendiri untuk mengalahkan rasa letih demi menjejakkan kaki di puncak gunung!" Jodha mengacungkan jempolnya ke arah Rukayah.

"Bravo! Aku setuju tapi gayamu itu lho yang bikin kami ketawa. kamu ini lucu, masa begaya gini gitu!" Moti menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Jodha sambil tersenyum.

"Lalu ada lagi?" sela Moti

"Dia itu seorang yang rendah hati!"

"Oh ya ...?" mata bulat Jodha terbelalak.

"Jodha, masa kamu nggak tahu sih kalau anak gunung itu nggak pernah merasa dirinya itu lebih hebat dari orang lain, walaupun dia sudah pernah menjejakkan kaki di berbagai tanah tertinggi sekalipun tapi dia nggak akan merasa lebih baik dari mereka yang belum pernah mendaki, mereka itu justru sadar kalau di tengah ganasnya alam itu, mereka itu nggak ada apa-apanya, bener kan?" Jodha mengangguk membenarkan ucapan Rukayah.

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang