Part 46 - perjalanan ke Agra

593 42 7
                                    

Jam 1 dini hari, Jallal dan Jodha melanjutkan perjalanan mereka ke kota Agra menggunakan jalur darat, yaitu menyewa mobil dari hotel, lengkap dengan sopir yang asli India, karena sangat tidak recommended bila menyewa mobil dan mengemudi sendiri di India.

"Kami sarankan agar anda menggunakan sopir yang berpengalaman dan asli orang India, Tuan." Jallal teringat saran dari resepsionis hotel tadi ketika dirinya hendak menyewa mobil hotel.

"Memangnya kenapa?"

"Begini, Tuan ... kami bukannya mendoakan ada sesuatu yang terjadi nanti di jalan, kami cuma ingin memberikan gambaran kalau seandainya nanti mobil yang anda pakai menabrak sapi, resikonya sangat besar sekali, Tuan. Anda bisa saja dikeroyok oleh massa sampai babak belur. Anda tahu kan kalau banyak sapi yang dibiarkan berkeliaran di jalan." Jallal baru mengerti maksud si resepsionis hotel.

Dan pagi ini, Jallal dan Jodha sedang dalam perjalanan menuju ke kota Agra melalui jalan tol bareng sopir mereka yang bernama Raj. Sepanjang jalan tol, Raj berkali-kali harus membunyikan klakson dan ngerem mendadak plus komat-kamit baca doa, karena jalan tol di India tidak seperti jalan tol di Indonesia yang kosong dan lengang. Jalan tol di India bisa saja macet gara-gara ada sapi yang lagi santai di tengah jalan, atau ada orang jualan boneka berjejer panjang di pinggir jalan tol seperti lagi CFD-an, atau juga ada ratusan kambing yang nyebrang jalan tol.

"Rasanya seperti wisata di Taman Safari ya?" ujar Jallal sambil tersenyum geli dan menyapu pandangannya keluar melalui jendela mobil.

"Memangnya kenapa?" sela Jodha penasaran sambil menatap suaminya lekat.

"Yaa ... lihat aja di depan kita, berbagai macam binatang ada di tengah jalan, iya kan?" sahut Jallal sambil menunjuk ke jalanan yang ada di depan mereka. "Cuma bedanya kalau di Taman Safari India ini, selain penuh binatang ... jalannya juga penuh sama sepeda, bajaj, ricksaw, bus kota, truk, lihat kan? Trus ... lihat itu ada orang yang seenaknya aja turun dari bis kota di jalan tol lho! Gimana nggak macet?" sahut Jallal heran sambil geleng-geleng kepala.

"Nah itu ada lagi ... ada yang duduk-duduk, jongkok di tengah jalan, maksudnya apa ya? Trus itu ada sapi yang rebahan santuy di tengah jalan, mungkin memang seperti ini keadaannya, sayang." Jodha juga ikut terheran-heran melihat jalan tol di India.

Beberapa kali terkena macet di jalan tol, rasanya sudah biasa bagi Jallal dan Jodha, hingga akhirnya mereka memasuki rest area. Di tempat ini Jallal dan Jodha banyak belajar cara membeli makanan dan cara makan ala orang India seperti yang diajarkan oleh Raj, sopir mereka yang juga ikut menemani mereka makan. Untungnya Raj faseh berbahasa Inggris, sehingga mereka tidak kesulitan untuk berkomunikasi.

Menikmati makanan di rest area di India, ternyata berbeda jauh dengan rest area di Indonesia. Di India, makan cukup sambil berdiri, di mobil atau duduk di bawah pohon. Sementara cara makan gorengan atau yang dikenal dengan Puree, cukup dicocolkan ke saus sambal rame-rame dengan pembeli lain. Kalau mau duduk di ruang ber AC, harus bayar peron dulu atau beli kupon makanan.

Jallal dan Jodha mencoba menikmati cara makan ala orang India yaitu dengan duduk di bawah pohon, dimana Puree yang mereka beli ditaruh di sebuah nampan logam dengan isi irisan bawang merah dan beberapa mangkuk kecil yang berisi kacang-kacangan.

"Jadi ini makannya pake tangan ya?" tanya Jodha sambil menatap ke nampan logam tersebut.

"Iyaa, seperti yang dibilang sama Raj tadi, kan nggak ada sendok garpu, cara makannya cukup dicampur dan diaduk-aduk kayak gini, tuu kayak Raj!" sahut Jallal sambil menunjuk ke Raj yang sudah mulai menikmati kudapan ringan itu.

Jallal dan Jodha mulai mengikuti apa yang diajarkan Raj dan menikmati Puree tersebut sambil menyapu pandangannya ke sekitar rest area tersebut. Ternyata orang yang beristirahat di rest area ini tidak semuanya menggunakan mobil, bus atau truk, tapi ada juga yang pakai sepeda motor, karena di India, jalan tol bisa dilalui untuk semua kendaraan termasuk sepeda motor dan Tuk Tuk atau Bajaj, tidak seperti di Indonesia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang