Part 29 break the candle

930 78 9
                                    


Selama tiga bulan pisah ranjang dengan Jallal, sebenarnya bukan perkara yang mudah bagi Jodha untuk melalui hari-hari itu, karena pertanyaan demi pertanyaan juga sindiran terus memborbardir Jodha dari segala penjuru, baik dari kedua sahabatnya, keluarga, ibu mertua bahkan ibu kandungnya sendiri yang tidak segan-segan selalu bertanya.

"Sudah isi?" 

Pertanyaan tersebut membuat Jodha jengah, seperti sore itu ketika Jodha sengaja bertandang ke rumah Rukayah yang sebentar lagi juga akan melangsungkan pernikahannya dengan Salim, pacar setianya sejak kuliah dulu yang saat ini sudah menjadi seorang pengacara.

"Apa kamu bilang? Kalian berdua sama sekali belum nglakuinnya? Jadi kalian belum ngerasain malam pertama?" Jodha menggeleng dengan muka cemberut.

"Kenapa sih harus itu terus yang dibahas? Apa nggak ada kabar lain yang bisa dibahas? Tentang kamu kek yang sebentar lagi mau nikah atau tentang Moti yang saat ini lagi sibuk sama bayinya, kenapa harus aku?" tanya Jodha kesal.

"Justru itu, Jo! Apa yang kita bicarakan saat ini saling berkaitan satu sama lain, kalau aku tanya ke kamu, otomatis aku ingin tahu bagaimana rasanya malam pertama? Karena sebentar lagi aku akan menikah, bener kan?  Lalu ... kalau kita bahas soal bayinya Moti, apa kamu juga nggak pengin punya anak seperti Moti?" Sesaat keduanya terdiam, Jodha hanya bisa memijit-mijit keningnya yang sebenarnya tidak begitu pusing.

"Kenapa sih kamu nggak bisa berubah untuk berusaha mencintainya lagi? Bagaimana pun juga kalian berdua ini sudah menjadi suami istri!" Jodha pun mendelik. 

"Pernikahan kami hanya kamuflase, Ruku! Setelah satu tahun kami menikah, kami akan cerai! Untuk itulah aku nggak mau melibatkan hatiku lagi untuk menerima dia! Dan lagi apa kamu lupa ...? Apa yang telah diperbuatnya dulu di belakangku dengan mantan pacarnya itu?" Suara Jodha mulai terdengar lantang, Rukayah hanya terdiam sambil memperhatikan Jodha.

"Kalau aku boleh berteriak, aku benci melihat semua itu, Ruku! Hatiku sakit setiap kali aku mengingatnya, apalagi mendengar suara erangan kenikmatan mereka berdua! Hatiku sakit! Aku benci, Ruku! Aku nggak terima dia memperlakukan aku dengan cara seperti itu!" 

Tangis Jodha mulai pecah, Jodha tertunduk sambil menangis, Rukayah menghampiri sahabatnya ini sambil mengusap-usap punggungnya.

"Aku tahu, Jo ... aku bisa memahami kondisimu, tapi bagaimana pun juga kamu telah menerimanya menjadi suamimu walaupun dengan sejumlah syarat, secara sadar kamu mau menerimanya, itu artinya sebenarnya ... kamu itu masih mencintainya kan? Walaupun kamu nggak mau mengakuinya!" Jodha menggelengkan kepalanya lemah.

"Bukan karena itu juga, Ruku ... aku merasa kasihan sama ibunya. Aku nggak bisa bilang nggak ketika ibunya meminta ke aku!" sahut Jodha sambil menyeka kedua pipinya yang basah.

"Tapi aku yakin, ada hal lain yang berada jauh di lubuk hatimu yang paling dalam yang membuat kamu mau menerimanya. Apa kamu nggak bisa berusaha untuk memaafkannya? Peristiwa itu sudah sangat lama sekali, nggak ada baiknya memendam kemarahan, Jo." Jodha kembali menggelengkan kepalanya.

"Saat ini aku belum bisa, Ruku ... tolong jangan paksa aku!" 

Rukayah akhirnya hanya bisa terdiam, entah sampai kapan Jodha mau membuka pintu hatinya untuk Jallal lagi. Rasanya sulit bagi Jodha untuk berbaikan lagi sama Jallal, meskipun Bu Meinawati juga sempat menasehatinya untuk melayani suaminya dengan baik.

♥♥♥♥♥♥♥

"Surganya seorang istri itu berada pada suaminya, Jodha ... oleh karena itu kamu harus bisa melayani suamimu dengan baik, karena bila suamimu itu nggak ridho, nggak berkenan dengan apa yang kamu lakukan, maka Allah juga nggak akan berkenan sama kamu. Ibaratnya sejelek apapun suamimu, tapi karena kamu telah memilihnya sebagai suamimu maka kamu harus bisa menerima dan melayaninya lahir dan bathin secara ikhlas." Jodha hanya terdiam mendengarkan ucapan ibunya ketika Jodha bertandang ke rumah adiknya.

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang