Part 38 Atifa Benazir

921 78 5
                                    


Di rumah Bu Meinawati ...

Malam itu Jodha masih bermanja-manja dengan Bu Meinawati, ibu kandungnya. "Sebagai istri, kamu seharusnya bisa memahami suamimu, Jodha!"

"Seharusnya dia yang lebih memahami aku, ibu ... aku baru saja kehilangan anakku tapi dia malah membela orang lain, yang jelas-jelas nggak ada hubungannya sama sekali dengannya!" Jodha mulai kesal begitu ibunya mengungkit soal Jallal.

"Dia juga sama, Jo ... suamimu itu juga baru saja kehilangan anaknya, cara kalian menyembuhkan rasa luka ini saja yang berbeda."

"Tapi kenapa Jallal selalu menyalahkan aku, Bu ... seolah-olah akulah yang membunuh anak kami. Jallal tidak bisa melihat itu, Bu ... aku selalu saja yang disalahkan!" Nada suara Jodha terdengar semakin kesal.

"Tapi bagaimanapun juga, dia adalah suamimu, Jodha ... surgamu ada padanya. Baik buruknya dirimu ada pada pundaknya, kamu harus bisa memahami itu. Kita para istri, harus bisa menerima kodrat ini!" ucapan Bu Meinawati membuat Jodha sedikit berfikir tentang perannya sebagai seorang istri.

Jodha sadar bagaimanapun juga Jalal adalah laki-laki yang telah dipilihnya sebagai suaminya dan entah kenapa meskipun Jallal selalu menyakiti perasaannya, Jodha tetap tidak bisa membenci Jallal. Rasa cinta dalam hati Jodha telah mendarah daging untuk Jallal, kalau boleh jujur Jodha sebenarnya merasa tersiksa dengan keadaan yang seperti ini yang jauh dari Jallal dan malam itu Jodha memutuskan untuk pulang ke rumahnya sendiri. Bu Meinawati sangat senang ketika mendengar keputusan Jodha.

"Biar Ibu antar kamu pulang yaaa, sayang." 

Jodha menggeleng. "Nggak usah, Bu ... aku bisa pulang sendiri, lagian aku bawa mobil!" 

"Ya sudah, ayooo kita bereskan barang-barangmu!" 

Tak lama kemudian Jodha sudah sampai di rumahnya. Dari luar rumah itu terlihat sepi, Jodha pun turun dari mobil dan dibukanya gerbang rumah perlahan, kemudian dilajukan mobil Porsche Macan Turbo hitamnya masuk ke dalam teras depan rumah. Tak lama berselang Jodha sudah masuk ke dalam rumah, yang telah ditinggalkan selama kurang lebih satu bulan ini.

Jodha tahu kalau Jallal belum pulang ke rumah, karena garasi di dalam rumah kosong. Land Rover putih, mobil kesayangan Jallal belum bertengger di sana. Dan ketika Jodha hendak menuju ke kamarnya sendiri, dilihatnya piring-piring bekas sarapan pagi masih menumpuk di bak cucian piring. Kebetulan mbak Bandinah, pembantu mereka sedang pulang kampung selama beberapa hari, otomatis pekerjaan rumah, mereka kerjakan sendiri, Jodha segera berinisiatif untuk membersihkan semua.

Setelah ganti baju, Jodha lalu mencuci semua piring-piring yang kotor, mencuci baju Jallal, menyapu, mengepel, hingga tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 12 malam, tapi Jallal belum pulang juga. Jodha tidak ambil pusing, setelah selesai menjemur pakaian Jallal dan membersihkan wajah, Jodha segera tertidur di kamarnya sendiri.

Sementara itu di rumah Atifa, setelah selesai makan malam, Atifa mengajak Jallal untuk berdansa bersamanya sambil mencicipi wine yang baru dibelinya kemarin.

"Kamu harus mencicipinya, Jallal ... ini anggur keluaran baru, banyak yang bilang kalau rasanya excellent, perfecto!" ujar Atifa sambil mengeluarkan wine itu dari lemari penyimpanan minuman.

"Aku sudah lama tidak minum-minuman seperti itu, Nyonya-- ..." 

"Atifa! Panggil saja aku Atifa ... biar nggak ada rasa canggung diantara kita, Jallal!" Atifa segera memotong ucapan Jalal.

"Baiklah, Atifa ... tapi aku sudah tidak minum wine lagi!"

 "C'mon ... paling nggak satu sloki saja, kamu bisa kan?" Jallal kembali menggeleng, berusaha menolak permintaan Atifa.

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang