Part 34 Salima

904 76 6
                                    


Di rumah Jalal dan Jodha ...

"Jodha, sayang ... nggak semua perempuan seperti kamu, yang bisa dengan mudah mengatakan kata cerai sama suaminya. Kamu nggak bisa menyamakan dirinya dengan dirimu, Nyonya Salima itu berbeda. Dia termasuk istri yang patuh pada suaminya meskipun telah di hajar selama ratusan kali!" Jallal mencoba menenangkan kemarahan istrinya sambil memegang kedua pipi Jodha dengan kedua tangannya. Jodha hanya terdiam membisu. 

"Sayang, aku saksinya ... aku yang selalu mengobati luka-lukanya selama ini kalau dia habis di hajar oleh suaminya, kamu tahu ... butuh keberanian besar untuk seorang Nyonya Salima keluar dari rumahnya dan meninggalkan suaminya seperti sekarang ini. Aku harap kamu bisa ngerti, Jo ... aku mohon ... bantu aku," ujar Jallal sambil memegang tangan Jodha erat.

Sesaat keduanya terdiam, Jodha sadar kalau memang tidak semua perempuan seperti dirinya. "Bagaimana kalau dia tinggal di rumah singgahmu?" Tiba-tiba terbersit sebuah ide di benak Jodha. Namun, Jallal menggeleng.

"Itu nggak mungkin, rumah singgahku sudah penuh, bahkan kabar yang aku dengar dari Bibi Maham Anga, dia sering menolak orang yang mau masuk ke sana karena sudah penuh. Rumah singgahmu sendiri baru bisa dipakai bulan depan kan?" 

Jodha mengangguk membenarkan ucapan Jallal sambil menghela nafas panjang karena itu artinya dirinya harus bisa menerima Nyonya Salima dan anaknya tinggal dirumahnya. Sisi kemanusiaannya sedikit terungkit, akhirnya Jodha mengangguk menyetujui permintaan Jallal.

"Baiklah ... dia boleh tinggal di sini, di kamar tamu, tapi setelah ada jalan keluar untuknya, dia harus segera angkat kaki dari sini!" Jallal menyeringai senang, segera diciumnya bibir Jodha lembut seraya berkata.

"Terima kasih, sayang ... kamu memang istri yang sangat baik," ujar Jallal, Jodha hanya tersenyum masam karena mau tidak mau dia memang harus melakukan hal ini, sebagai seorang dokter Jodha tidak bisa mengabaikan orang lain yang membutuhkan pertolongannya.

Tak lama kemudian mereka berdua keluar dari kamar menuju ke ruang tamu sambil bergandengan tangan untuk menyambut Salima dan Rahim di rumah mereka. Salima sangat senang ketika mendapat kabar kalo mereka berdua diijinkan tinggal sementara waktu di rumah Jodha dan Jallal.

"Terima kasih, Dokter Jodha!" Salima segera memeluk Jodha erat, Jodha hanya bisa manyun ketika Salima memeluknya, Jallal tahu kalau Jodha belum sepenuhnya bisa menerima kehadiran Salima dan anaknya di rumah mereka.

"Jadi kita tinggal di sini, Bu?" Rahim pun tersenyum senang hingga menampilkan barisan gigi susunya yang berbaris rapi, Salima merenggangkan pelukannya di Jodha dan segera mengangguk ke arah anaknya seraya berkata.

"Iyaa, sayang ... ayoo bilang terima kasih sama Dokter Jodha dan Dokter Jalal!" 

Tanpa diminta Rahim segera memeluk paha Jodha sambil mengucapkan terima kasih, Jodha segera menurunkan tubuhnya hingga matanya sejajar dengan mata Rahim.

"Sama-sama, sayang ... Rahim sudah sarapan?" Rahim menggeleng dengan wajahnya yang polos, "kalau begitu kita sarapan yuuk!" Rahim segera mengangguk. Namun, tak lupa Rahim memeluk Jallal terlebih dulu kemudian menyambut uluran tangan Jodha yang menggandengnya menuju ke meja makan. Salima sangat terharu melihatnya, tak lama kemudian mereka berempat menikmati sarapan bersama-sama.

"Dokter Jodha, biar nanti aku saja yang cuci piring dan membereskan mejanya. Dokter Jodha nggak usah khawatir, lebih baik kalau Dokter Jodha mau berangkat, berangkat saja," ujar Salima setelah mereka selesai menikmati sarapan pagi.

"Baiklah, kalau begitu, terima kasih untuk bantuannya, Nyonya Salima." 

Salima menggelengkan kepala. "Kami yang sangat berterima kasih untuk bantuan kalian berdua, kalau nggak ada kalian, kami nggak tahu mau kemana?" Jodha hanya tersenyum sementara Jallal yang masih menikmati teh panasnya hanya memandangi dua wanita di depannya ini silih berganti.

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang