Part 22 pertemuan kedua

745 68 8
                                    


Pagi itu setelah menikmati sarapan pagi bareng Shivani, Jalal mengajak Shivani untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga plus buah buahan, biskuit, minuman dan lain sebagainya dalam jumlah yang cukup banyak. 

Awalnya Shivani bingung, untuk apa Jalal membeli semua kebutuhan tersebut dalam jumlah banyak? Namun, setelah Jalal menjelaskan ternyata semua barang-barang yang dia beli itu untuk keperluan orang-orang yang tinggal di rumah singgahnya, hal ini membuat Shivani semakin meleleh hatinya, melihat kemuliaan hati sang pujaan hati.

Shivani sangat mengagumi Jallal, selain wajahnya yang tampan, otak yang encer dan profesinya sebagai dokter, Jallal juga sosok yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi. 

Hubungan Jalal dan Shivani semakin lama akhirnya semakin dekat. Namun, Jalal belum memberikan sinyal apapun ke Shivani, sementara Mirza yang sebenarnya tidak setuju dengan rencana Jalal, berupaya untuk terus mendekati bahkan menyatakan cintanya untuk Shivani.

Tiga bulan kemudian ...

"Sebenarnya perasaan kamu gimana sih, Shiva? Kamu pilih adiknya atau kakaknya?" tanya Anarkali sore itu, ketika mereka ngobrol panjang lebar di telfon. Sebagai salah satu sahabat Shivani, Anarkali mencoba bertanya lebih jauh tentang hubungan Shivani dengan Jalal dan Mirza.

"Huuufftttt ... aku juga bingung ni Anar! Jujur ya aku lebih suka sama kakaknya, tapi adiknya udah nyatain cintanya ke aku!" ujar Shivani sambil menghempaskan tubuhnya di ranjang.

"Aku kasih saran ya, kamu itu beda 10 tahun sama kak Jalal! Aku yakin kriteria cewek idamannya bukan cewek-cewek imut seperti kita-kita ini yang masih bau kencur! Karena kalaupun iya, dia juga pasti sudah nyatain suka ke kamu, buktinya sampai sekarang belum kan?" Shivani hanya diam mendengarkan ucapan Anarkali.

"Sedangkan rentang usia kamu sama kak Mirza cuma 5 tahun, perhatian dan cintanya sudah jelas-jelas emang buat kamu, lalu kamu mau nunggu yang gimana lagi ? Mau nunggu yang nggak jelas gitu?" suara Anarkali terdengar kesal di telinga Shivani.

"Gimana yaa Anar ... kalau perasaanku lebih condong ke kak Jalal gimana?" sahut Shivani dengan nada memelas.

"Mau sampai kapan? Sadar deh Shiva kalau dia itu nggak selevel sama kamu, dia itu nggak cinta sama kamu!" ucapan Anarkali membuat Shivani berfikir keras, bagaimana caranya agar Jalal tahu tentang perasaannya?

♥♥♥♥♥♥♥

Sementara itu, selama tiga bulan, Jodha masih terus mendapat kiriman buket bunga dari secret admirenya yang tidak pernah menunjukkan jati dirinya selama ini, dan herannya Jodha juga tidak pernah ambil peduli ingin mengetahui siapa si secret admire tersebut.

"Kamu nggak pernah ingin cari tahu atau menyelidiki siapa secret admire itu, Jo?" suara Moti yang terdengar di ujung sana sejenak menyadarkan Jodha, betapa tidak pedulinya dirinya pada makhluk ciptaan Tuhan yang berwujud laki-laki.

Sementara Moti sahabat dekatnya saat ini malah sudah menyandang gelar istri orang yaitu sebagai nyonya Todar Mal, pacar LDR nya sejak kuliah dulu. 

"Aku nggak peduli, Mo ... buang-buang tenaga dan energi, mending ngurusi yang lain!" Moti hanya geleng-geleng kepala dengan sikap Jodha yang benar-benar dingin terhadap pria manapun.

Namun, anehnya selama tiga bulan Jodha mendapat kiriman bunga, selama tiga bulan ini pula Jodha kedatangan seorang pasien special yang selalu menemuinya setiap hari di Puskesmas tempatnya bekerja, entah itu pagi, siang ataupun sore.

Pasien special itu adalah seorang laki-laki tua dengan jenggotnya yang panjang plus jas panjang yang kedodoran menggantung di tubuhnya plus topi yang selalu menutupi matanya dan sore ini laki-laki tua itu sudah ada di depannya, menunggunya di bangku Puskesmas.

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang