xvii| seventeenth

1.5K 315 94
                                    

➻ Pada akhirnya, Hoseok dan Taehyung berakhir di cafe langganan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pada akhirnya, Hoseok dan Taehyung berakhir di cafe langganan. Hujan turun di siang hari; membuat kaus mahal yang dipakai Taehyung basah di bagian bahu dan punggung.

Hoseok--seperti seorang gentleman--memberikan jaket hitam kepada si adik kelas. Taehyung menerimanya dengan tangan gemetar. Bau maskulin keringat bercampur dengan citrus memenuhi penciuman. Taehyung merona seperti anak gadis yang digoda paruh baya.

"Taehyungie..?"

Taehyung kembali menegakkan kepala setelah sebelumnya membenamkannya ke kerah jaket. Jika dia ketahuan menciumi aroma Hoseok, itu akan sangat aneh.

"Y-ya sunbae?"

"Ayo, kau mau minum apa? Sedari tadi kau diam saja kutanya."

Taehyung meringis, lalu kembali melirik buku menu. Tak ada yang dia suka, cafe ini hanya menyajikan kopi dan sebangsanya. Taehyung tidak membiasakan lidahnya meminum kafein. Rasanya payah.

"Er... Air putih? Ada?"

"Kau bercanda." Hoseok mengibas pada si pelayan. Si flamboyan yang dikenal Hoseok suka menggombal. "Caramel macchiato dan vanilla latte. Sekalian ambil 2 red velvet. Dan berhenti menyisiri rambutmu, Jun. Tanganmu tidak higienis."

"Untuk orang yang memburu diskon, aku menolak perintah itu, hyung," kecap Jun jengkel. Pelayan cina itu berbalik ke dapur dan menyelesaikan pesanannya.

Hoseok tertawa kencang, membentuk bibir menjadi hati. "Ini tempat kerja Namjoon," ucapnya pada Taehyung. "Kalau aku kesini, aku pasti diberi diskon. Manajernya menyayangi Namjoon, soalnya."

Jun membawa pesanan Hoseok setelah 10 menit. Hoseok tersenyum lima jari dan menggeser vanilla latte ke arah Taehyung. "Kata Namjoon kau suka vanilla. Jadi aku memesankannya untukmu," ucapnya.

Ugh, kalau begini kan', Taehyung tidak bisa menolak.

"Terimakasih sunbae," senyum yang lebih muda. Lalu (memaksa) menghirup kopi di tangan. Rasanya tetap payah, namun dibalur dengan manis perhatian oleh pria idaman. Bagi Taehyung, itu suatu pengorbanan yang sepadan.

"Kau tahu Taehyungie."

"Ya?"

"Ternyata benar kata Namjoon. Kau anak yang manis."

"Ah..." untung saja cangkir kopinya tidak jatuh dan pecah. "Terimakasih, sunbae."

"Aku jadi teringat Jimin. Dia anak yang manis juga. Kau kenal dia?"

Hah?

"J-jimin?"

Mata yang lebih tua melengkung, tertarik senyum lebar. "Ya! Park Jimin. Mungkin kau tidak kenal, tapi dia anak yang baik dan manis sekali. Dia seumuran denganmu kok, adik kelasku di klub dance. Mungkin kalau kita main lagi, dia kuajak saja ya biar rame. Namjoon juga. Sayang hari ini dia tidak bisa ikut, padahal asyik sekali kan? Eh... Taehyungie. Kau melamun lagi?"

Taehyung merasa sakit sekali.[]

⏤ heartbeat // namgi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang